Aku benar-benar tak bisa berkata lagi mengetahui kenyataan ini. Tuhan ... makhluk jenis apa yang sudah aku nikahi? Maya, dia masih lajang. Kenapa suamiku tega berlaku demikian terhadapnya.
Bagaimana sistem pemerintahan di rumah ini? Apa kakek itu memang hiperseks? Tapi kenapa semua wanita di rumah ini seperti tidak memiliki anak?
Ah, berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalaku.
"Ca, bengong lagi?" tuan El benar-benar tidak ingin membiarkanku menghayati dan merenungi setiap kejadian demi kejadian memang.
"Jangan berfikir macam-macam. Ingatlah, aku akan tetap membawamu keluar dari sini, apapun yang terjadi. Kamu harus bebas," ucapnya mantap dan tegas. Sejenak, aku dibuat terpesona oleh orang satu ini. Kadang baik, kadang seram, kadang menyebalkan. Dan apa ini? Jantungku kenapa berdebar secepat ini? Apa karena tatapan matanya yang begitu dalam terhadapku?
"Bengong lagi." tuan El menyentil dahiku hingga aku merintih kesakitan.
"Sakit, Tuan," gerutuku.
"Makanya, jangan kebanyakan ngelamun. Oh ya, aku bawa sesuatu buat kamu." kulihat tuan El merogoh sesuatu dari celananya. Kukira uang atau cincin atau apa gitu. Ternyata setelah tangan itu keluar dari saku celana, semua dugaanku salah. Yang keluar cuma tangan kosong yang membentuk simbol saranghae.
Aku tersipu malu. Jantungku berdetak semakin kencang. Apalagi, tuan El sedang merapatkan dahinya di dahiku.
"Jangan biarkan si tua bangka itu menyentuhmu, apalagi menyentuh hatimu. Aku di sini selalu menanti hari kebebasanmu. Dan setelah hari itu tiba, kamu harus jatuh ke pelukanku. Apapun yang terjadi, kamu hanya akan menjadi milikku, Nona Penolong,"
Deg.
Apa yang dia katakan? Nona Penolong? Siapa dan siapa?
"Maksud Tuan, penolong siapa? Dan siapa yang menolong?" tanyaku heran, dengan dahi kami yang masih menempel. Entah mengapa aku sangat menikmati momen ini.
"Nggak ada."
Aku dibuat terkejut dengan serangan tuan El yang tiba-tiba mencium bibirku. Lagi-lagi tanpa seizinku. Ciuman ini terasa lembut dan bergairah. Aku dibuat mabuk kepayang oleh pria ini. Aku terus menikmati permainannya, hingga ciuman itu berakhir aku masih memejamkan mata. Masih terasa lembut dan harumnya bibir itu.
"Jadilah kekasihku, Seika Annahita." tuan El menyentuh pundakku dan menatapku lekat.
"Apa maksudmu, Tuan? Aku berstatus seorang istri. Mana mungkin aku menerimamu," ucapku kesal. Meski dalam hati, aku ragu untuk menolak.
"Aku nggak peduli, Ca. Kamu bukan istri dia, kamu seperti tawanan baginya. Nggak ada salahnya kamu mencari kebahagiaanmu sendiri. Asal dia nggak tahu, nggak ada salahnya, kan?"
Menurutku ini gila. Dia seorang berpendidikan, tampan, dan kaya lagi. Kenapa malah menginginkan aku yang telah bersuami, miskin, dan nggak berpendidikan ini untuk menjadi kekasihnya.
"Tuan, bolehkah aku tertawa?" aku tergelak kencang sambil memegang perutku yang sedikit kaku. Tuan El sendiri masih diam menatapku.
"Tuan, gadis lajang bahkan model internasional pun dapat Anda dapatkan. Mengapa aku?"
"Karena cinta tak memerlukan harta ataupun kasta. Cinta yang sesungguhnya ada di hati kita. Cinta itu buta dan nggak mengenal logika. Bahkan orang gila pun punya hak untuk jatuh cinta. Bagiku, asal kita sama-sama suka, maka kita berhak bersama," ucapnya penuh ketegasan.
"Tuan, aku nggak bisa. Aku takut-"
"Tak ada yang perlu kamu takutkan, Eca. Selagi kamu mantap bersamaku, maka aku memiliki sejuta cara untuk melindungimu. Hanya saja, untuk saat ini bertahanlah sebentar. Aku masih berusaha mencari titik kelemahan seorang Ali Suprapto, adik dari kakekku yang telah ia bunuh,"
Deg!
Fakta apalagi ini?
Aku terdiam mencoba mencerna apa yang tuan El katakan. Apa sekejam itu suamiku?
"Jangan takut. Aku sudah mengutus beberapa orang untuk bersembunyi dan melindungimu di sini. Zack akan selalu memantau pergerakan Ali dari jauh. Bertahanlah, aku dan Papaku masih berusaha membebaskan semua orang yang terkurung di sini, termasuk kamu." tuan El mengusap pipiku, lalu mencium kedua mataku dengan mesra.
Anehnya, kecupan itu sedikit membuat rasa takutku berkurang. Apa benar aku mencintainya?
"Tuan ..." aku mulai membalas kecupan tuan El dengan cara menyentuh kedua tangannya yang sedang menangkup pipiku, menggenggamnya, dan mengecupnya. Bodo amat kata orang, aku hanya mengikuti kata hatiku. Katakan, apa aku salah?
"Kamu mencintaiku rupanya," terlihat raut wajah tuan El berubah seketika. Ada binar kebahagiaan di matanya.
"Jika benar Tuan mencintaiku dan ingin melindungiku, bolehkah aku tahu alasannya?" bisikku di tengah degup kencang jantungku.
"Karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama terhadapmu. Saat itu, kamu baru saja bergabung dengan Orland Mart. Kamu masih belum tahu apa-apa, cuma bisa menggerakkan sapu dan kain pembersih kaca. Sungguh, saat itu kamu terlihat seperti gadis bodoh dan norak," kekeh tuan El. Aku tak terima dengan sebutannya padaku.
"Jangan marah, karena justru kepolosanmu itu membuat jantungku berdetak tak karuan tiap mengingatmu."
Aku tersipu malu mendengarnya. Ah ... manis sekali dia ini.
"Malu? Hmmm?" tanyanya padaku, lalu meraih daguku dan mengecup bibirku kilat.
"Tuan ..." rengekku manja, aku menutup wajahku menggunakan kedua tanganku. Entah semerah apa wajahku saat ini.
"Jangan panggil aku Tuan lagi. Mulai sekarang, aku kekasihmu,"
"Eh, siapa yang menerimamu?" tanyaku, aku mengulum bibirku menahan senyum.
"Lalu, bagaimana jawabanmu?" tiba-tiba raut wajahnya berubah murung. Apa ini? Apa dia memang mellow seperti ini?
Aku mengecup bibirnya dan sedikit memberi lum*tan di sana.
"Apa ini sudah cukup untuk kamu jadikan jawaban?" bisikku tepat di telinganya. Dan aku segera berlari menjauh dari pria yang berhasil membuatku jatuh cinta ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dinda Putri
Di tunggu kelanjutan nya thor
2022-06-24
2