Usai pengucapan janji suci, kini giliran juragan Ali memakaikan cincin di jari manis Seika, dan sebaliknya. Ngomong-ngomong, ini adalah kali pertama juragan Ali menikah dengan membawa cincin di pernikahannya. Jadi, pantaslah jika juragan Ali sampai gemetar dan gugup.
Acara pemakaian cincin telah berjalan dengan lancar. Dengan tiba saatnya kedua mempelai saling berciuman. Jantung Seika berdegup kencang seakan tak sanggup menghadapi momen ini. Rosa dan Mayang hanya mampu menatap teman malangnya ini dengan tatapan iba.
"Cium! Cium! Cium!" sorak para tamu undangan sambil bertepuk tangan.
Ketika juragan Ali hendak mendekatkan bibirnya ke wajah Seika dengan rona merah di pipi beserta tatapan mesumnya, terbesit otak licik Seika untuk menghindari momen ini. Dan inilah yang terjadi.
"T-tunggu. Aku ... ah! Sakit kepalaku!" pekik Seika sambil memegangi kepalanya dan meremas rambutnya sampai mahkota yang ia kenakan terjatuh.
"Sayang-"
Bruk!
Seika sudah jatuh pingsan tepat di depan suami barunya. Nahasnya, kepala Seika justru terbentur vas bunga berbentuk persegi yang berada tepat di belakangnya hingga darah mengucur deras dari kepala bagian belakang. Dan akhirnya, Seika benar-benar pingsan tak sadarkan diri.
Semua panik, tak terkecuali El Barrack yang berada di barisan tamu paling belakang. Pemuda tampan dan gagah itu langsung berlari menghampiri Seika dan mengangkat tubuh Seika dengan entengnya. Juragan Ali masih syok dengan peristiwa yang baru saja terjadi sampai nafasnya tersengal karena sesak.
Istri keduanya segera menuntun juragan Ali masuk ke kamarnya.
"Bang, tenangkan hatimu. Seika pasti baik-baik saja," lirih istri keduanya sambil mengusap punggungnya dengan lembut.
"Istri cantikku, Sri," isak juragan Ali, lalu ia memeluk istri kedua yang bernama Sri Wulandari itu dan menumpahkan segala keresahan hatinya di pundak Sri.
"Iya, Bang. Sri tahu Abang sangat mencintai Seika. Tapi Abang juga harus ingat kondisi kesehatan Abang," omel Sri.
"Aku harus melihat kondisinya, Sri,"
"Tidak, Bang. Abang tak boleh ke rumah sakit dalam kondisi seperti ini. Istirahatlah, besok kita pergi ke sana bersama, oke," Sri mengecup pipi juragan Ali yang sudah mulai keriput.
"Tapi Seika?"
"Dia ada bersama kedua temannya, Bang. Sudah, tenangkan diri Abang. Istirahatlah." pungkas Sri dan lalu menyelimuti tubuh suaminya menggunakan selimut tebal yang berada di ranjang besarnya.
**
Di rumah sakit, Seika tengah ditangani di ruang UGD. Sedangkan di luar, Rosa, Mayang, dan El Barrack duduk di kursi tunggu dengan perasaan cemas.
Meski terbesit tanya besar di kepala Rosa dan Mayang mengenai hubungan Bosnya dengan Seika, mereka berusaha bungkam dan menunggu saat yang tepat untuk membahas hal ini.
Hingga seorang dokter keluar dari ruang tersebut dan bertanya mengenai pihak keluarga pasien.
"Kami sahabatnya, Dok. Bagaimana keadaan Seika?" tanya Mayang dengan langkah tergesa menghampiri dokter, begitu pula dengan Rosa dan El Barrack.
"Pasien mengeluarkan darah yang lumayan banyak. Beruntung, stok darah di rumah sakit ini masih ada beberapa kantong. Sehingga, kami bisa segera melakukan transfusi darah secepatnya terhadap pasien. Luka di bagian belakang kepala lumayan lebar, sehingga harus mendapatkan sepuluh jahitan. Tapi untuk pemeriksaan dalam, syukurlah tidak mendapatkan luka serius," papar sang dokter sembari tersenyum ramah.
"Hah ... syukurlah," ucap ketiga orang itu bersamaan.
"Kalau begitu, bolehkah saya menjenguk Seika sekarang?" tanya El tiba-tiba, membuat Rosa dan Mayang saling melempar pandangan.
"Tentu. Tapi usahakan untuk tidak mengajak pasien ngobrol terlalu asik dan membuat pasien bergerak yang membahayakan jahitan," pesan sang dokter, dan setelah itu pamit pergi.
Sejenak, ketiga orang itu saling membisu dan canggung untuk memulai obrolan. Hingga akhirnya, El berpamitan untuk menjenguk Seika sendirian.
"Baiklah, Tuan. Kami akan menunggu di sini," ucap Rosa lalu menggandeng tangan Mayang untuk menyingkir dari depan pintu UGD.
El menutup pintu ruangan tersebut dan menatap Seika yang terbaring lemah dengan tatapan sayu.
Perlahan, El mendekati Seika dan menggenggam tangan lemas itu dengan lembut.
"Harusnya kamu bersedia waktu aku berencana membawamu kabur tadi, Ca," gumam El lirih.
"Aku menyesal telah membiarkanmu jatuh ke pelukan si tua bajingan itu. Aku terlalu pengecut, Ca," isak El, dan mulai terdengar di telinga Seika.
Perlahan, Seika membuka matanya dan tatapannya langsung tertuju kepada pemuda yang sedang menangis di sampingnya.
"Tuan ..." sapa Seika lirih.
"Ca, kamu terganggu tidurnya, ya? Maaf," bisik El.
"Tidak, Tuan. Aku memang belum terlalu lelap tidurnya. Kalau boleh tahu, kenapa Tuan menangis?" tanya Seika lemah.
"Tak apa. Aku hanya tak tega melihatmu seperti ini, Ca," ujar El setengah jujur.
"Aku tak apa, Tuan. Oh ya, suamiku di mana?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dinda Putri
lanjut kka
2022-06-18
1