Hari ini, Seika sudah diperbolehkan pulang setelah melakukan beberapa pemeriksaan oleh dokter. Tinggal menunggu jahitan yang belum terlalu kering. Dan hal ini justru menguntungkan Seika untuk dijadikan alasan ketika menghindari permintaan suami tuanya.
Kepulangan Seika pagi ini sungguh menggemparkan keluarga Suprapto. Pasalnya, lima hari sejak Seika dirawat di rumah sakit, kakek tua itu sama sekali tak menyentuh nasi barang sedikitpun. Hanya makan mi ayam sehari lima kali.
"Sri!" teriak juragan Ali sambil memakai sepatu pantofelnya.
"Jangan teriak napa, sih, Yang!" sungut Sri Wulandari kesal.
"Kamu ini budeg atau pakdeg, hah? Aku dari tadi manggil kamu, lho?" protes juragan Ali tak mau kalah. Padahal, dia cuma manggil istrinya satu kali.
"Maaf, Bang. Ada apa? Mau pup?"
"Kok sampe ngising-ngising segala dibawa. Aku cuma mau nyuruh kamu ambilkan aku kaca mata hitam yang cat eye itu," ucap juragan Ali seraya membenarkan kancing kemejanya.
Ngising : e'ek/pup/BAB
"Centil, ah, Bang. Jangan pake cat eye. Kaya buldoser saja," Sri memanyunkan bibirnya.
Dari pintu kamar, masuklah Namira--istri ketiga juragan Ali.
"Ini, Pah, kaca matanya," wanita berusia 32 tahun itu menyerahkan kaca mata yang memiliki bentuk seperti cat eye berwarna maroon itu ke tangan juragan Ali.
"Terimakasih, Mah. Mamah memang yang terbaik," juragan Ali mengecup kening Namira lalu menoel p*yud*ra wanita itu dengan genit.
Sri mendengus, sedikit merasa cemburu akan perlakuan suaminya terhadap istri ketiganya yang lebih lembut. Sedangkan padanya, juragan Ali hanya memanggilnya ketika butuh saja.
"Jangan cemburu, Mbak Sri. Aku kan memang lebih seksi dibanding kamu. Makanya, punya muka tu dirawat, pake skincare. Lha ini, muka doang yang siang, leher sampe kaki malam semua," ejek Namira. Sontak Sri segera berlari meninggalkan dua insan beda usia itu dengan lelehan air mata. Malu, dia sangat malu. Karena apa yang Nami katakan memang benar adanya.
Juragan Ali menghela nafasnya kasar. Heran dengan tingkah keempat istrinya yang nggak bisa akur. Apalagi si Mariyatun--istri keempatnya, malah seperti bukan istri. Melainkan musuh juragan Ali beserta ketiga istrinya.
"Untung istri. Kalau pembokat, udah ku lempar ke penangkaran komodo mereka," gerutu juragan Ali, sembari melihat dirinya di cermin.
"Perfect. Sekarang, otewe menjemput istri termuda dan tercantik sepanjang masa." kakek tak sadar diri itu mengerlingkan matanya di depan cermin, lalu menyugar rambutnya ke belakang.
**
Di rumah sakit, Seika tengah berkemas dibantu oleh kedua sahabatnya.
"Sei, lu beneran kagak mau kabur sama gue?" tadi, Rosa sempat menawarkan diri untuk membawa kabur Seika ke kampung halaman neneknya, di Solo.
"Kalau aku kabur, Suamiku pasti akan mengamuk dan membahayakan Bapakku di Temanggung, Ros. Aku nggak mau sampai itu terjadi," Seika menundukkan kepalanya, menatap jemari kakinya yang terlihat masih pucat.
"Sei, aku saranin, mending kamu ikuti dulu permainan kakek Ali. Kaya main layang-layang gitu, loh. Tarik ulur dulu biar seneng, pas dia lengah putusin, deh. Gimana?" Mayang menaik turunkan alisnya sembari memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Tapi aku takut, dia akan menyentuhku lebih jauh, Yang," rengek Seika manja, dengan memanggil Mayang dengan sebutan Yang.
"Bener tuh, kata Seika. Kalau tu aki bangkotan malah ngajak Seika naik kuda, gimana? Ngeri ..." Rosa bergidik ngeri membayangkan jika seandainya, dirinya yang sedang bermain kuda jengking sama juragan Ali.
"Ya ... kamu harus pandai bikin alasan, Sei. Misal gini, sekarang kan kamu lagi terluka. Nah, kan hal ini bisa kamu jadikan alasan. Terus habis lukamu sembuh, bilang aja kamu datang bulan dua minggu. Habis itu, kamu bikin alasan lagi, misal kamu lagi pusing mau muntah. Kan dia pasti jorok, Sei," papar Mayang panjang lebar.
Rosa menganggukkan kepalanya menyetujui saran Mayang.
"Tapi, waktu kaburnya kapan?" tanya Seika.
"Itu bisa diatur. Yang penting, selama satu bulan ini kamu cari alasan supaya jangan sampai tuh si kakek nyentuh kamu,"
"Kenapa harus satu bulan? Nggak bisa apa lebih cepet dikit?" sahut Rosa.
Gluk.
Mayang menelan salivanya kasar.
"Ya ... ya karena satu bulan itu aku yakin, kita berdua pasti bisa nyelametin Seika," kilah Mayang.
"Bener juga, sih. Pokoknya, Sei, kamu harus bertahan selama satu bulan. Aku bakalan cari cara cepat supaya kamu bisa lepas dari genggaman si Ali itu." Mayang mengepalkan tangannya tepat di depan wajahnya, dan menatap kepalan itu dengan sorot mata tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Gabriela Agustina
Penasaran sm Visual engkong Ali pake kacamata cat eye🤣🤣
2022-06-21
1
Dinda Putri
lanjut kka
2022-06-20
1