Tiga hari berlalu. Aku membuat janji dengan para preman itu untuk bertemu di tempat yang sama setelah aku pulang kerja nanti. Kalau kalian bertanya dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu? Ya, aku menerima uang Juragan Ali. Dan kalian ... pasti tahu konsekuensinya.
Sedih? Iya.
Marah? Tentu.
Bodoh? Sangat.
Aku sangat bodoh karena dengan mudahnya terjebak dalam masalah Risha yang ternyata begitu tega memanfaatkan aku. Dan lebih bodohnya, aku justru mau-maunya menanggung resiko yang telah Risha perbuat.
Aku tertawa miris menertawakan diriku yang gila ini. Sebentar lagi, tubuh ini akan menjadi milik kakek-kakek menjijikkan yang aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana nanti.
Kedua temanku--Rosa dan Mayang, mereka hendak meminjamkan aku uang, tapi aku menolak. Kenapa? Karena mereka memiliki kebutuhan sendiri-sendiri. Dan aku yakin, mereka pasti menolak saat aku mengembalikan uang mereka.
Dan di sinilah aku berada. Aku sedang membersihkan papan marmer yang berjejer rapi khusus di lantai dua. Aku sendirian sengaja, karena aku ingin merenungi nasibku yang malang ini. Lalu, bagaimana jika nanti ayah tahu nasibku?
Aku terisak sembari terus mengelap papan marmer dengan kain yang sudah disediakan. Hingga suara bariton seorang pria terdengar merdu berhasil mengagetkanku.
"Kau menangis?" tanya Tuan El kepadaku.
Ya, dia El Barrack Eclair. Sedikit cerita, dia ini putra tunggal Tuan Besar Orlando Eclair dan Nyonya Erlinda Guise Eclair. Kabarnya, dia berusia 25 tahun. Selisih 5 tahun denganku. Dia tampan, aku suka tatapan matanya. Dari rumor yang beredar, dia pemilik optik terbesar di negara kita. Namanya El Clear Optik. Saking besarnya, katanya sudah memiliki sekitar 500 cabang di seluruh Indonesia. Bahkan, aku dengar dia sampai memiliki pabrik lensa sendiri.
Kembali ke percakapanku dengan Tuan El.
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Tuan El, aku merasa perutku tengah digelitiki kupu-kupu yang sangat indah. Aku merasa dia perhatian kepadaku. Katakan, apa aku boleh percaya diri?
"Tidak, Tuan. Saya sedang berlatih akting untuk membuat vlog bersama teman-temanku," jawabku gugup.
"Vlog? Kamu serius?" tanyanya ragu. Aku pun semakin salah tingkah dibuatnya.
"Aku tahu masalah hidupmu. Menurutku, kamu terlalu baik kepada semua orang sampai ada orang yang menyalahgunakan kebaikanmu," tuturnya serius. Aku masih mendengarnya dengan seksama. Aku berpikir, mungkin dia hanya sok tahu.
"Masa sih, Tuan? Sok tau ah," suasana hening seketika. Sejurus kemudian, aku langsung membekap mulutku.
"Maaf, Tuan. Saya lancang," ucapku semakin salah tingkah. Apalagi melihat ekspresinya yang sulit ku baca.
"Ali Suprapto. Dia adalah adik kandung almarhum kakekku, Beni Suprapto. Saat kamu menemui si Ali itu, aku juga ada di sana. Dan aku tahu semuanya," papar Tuan El enteng.
"Kok bisa? Anda tidak sedang mengikuti saya kan?" tanyaku tanpa sadar. Tuan El memicingkan matanya, entah apa yang ia pikirkan terhadapku.
"Aduh, maaf keceplosan lagi saya, Tuan." aku menepuk bibirku merutuki mulutku yang asal ceplos ini.
"Kamu jangan terlalu polos, Eca--"
"Saya Seika, Tuan. Bukan Eca. Atau jangan-jangan, Tuan tahunya saya Eca ya? Eca itu mantan terindahnya Tuan El?" tanyaku sembari memperlihatkan deretan gigiku.
"Memangnya kenapa kalau aku mau memanggilmu Eca. Mau saya panggil kamu Neca kek, Aca kek, rica-rica kek, atau bahkan Suwarti, itu terserah saya. Selain bodoh, ternyata kamu menjengkelkan juga," ucapnya mendengus sebal.
"Bukan begitu, Tuan. Maksud saya gini, saya kan Seika. Paling tidak, panggil saya Sei, Eik, atau Ika gitu lho. Lha ini, Anda asal sebut Eca gitu aja. Kadohan to, Tuan ..." ucapku kesal.
Kadohan : Kejauhan.
"Berisik kamu," ucapnya sepertinya juga ikutan kesal.
"Tuan, kasihan Bapak saya yang sudah susah-susah memikirkan nama saya. Coba kalau saya panggil Tuan dengan sebutan Rack atau Ec gitu. Rak yo wagu to, Tuan,"
Rak yo wagu : kan ya aneh, norak, nggak bagus, kaku.
Lalu setelah itu, aku dibuat membeku oleh serangan bibir yang secara tiba-tiba. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Tuan El?
Ia mencium bibirku, hanya mencium. Tak ada lum*tan atau his*pan. Tapi bagiku, ini sangat wow. Seorang putra pemilik Orland Mart mencium bibirku yang hanya seorang gadis kampungan, tak berkasta dan tak bertahta apalagi bermahkota. Harga lip care nya saja pasti lebih mahal dari harga rumahku di kampung.
Ciuman itu berlangsung selama beberapa detik. Hingga akhirnya, aku yang mengakhiri ciuman itu terlebih dahulu. Terus terang, aku tidak percaya diri. Aku takut nafasku bau, apalagi tadi pagi aku sarapan pake ikan asin sambal mentah. Kacau!
"Tuan, Anda mencuri ciuman pertama saya," sungutku kesal. Jujur aku tetap marah, meski aku mengidolakan Tuan El ini. Tapi aku ... ah aku merasa ternoda sebelum malam pertama.
"Maaf, aku hanya kesal melihat bibirmu yang tidak berhenti ngomel tanpa jeda. Cerewet sekali," ucapnya terlihat sama sekali tidak menyesali perbuatannya.
"Saya malu, Tuan," rengekku dan yang pastinya, wajahku pasti sudah merah semerah warna kulit orang masuk angin habis kerokan.
"Tapi ini manis, sungguh manis,"
Duarrrr!
Jantungku serasa sedang healing ke puncak Mahameru mendapat serangan bertubi-tubi dari Tuan El ini. Sejenak, aku merasa apakah ini mimpi? Seorang El Barrack yang terkenal akan keangkuhannya, kearoganannya, dan kedataran wajahnya tiba-tiba mencium bibirku. Bolehkah aku meminta kepada Tuhan untuk memberhentikan waktu sepuluh tahun saja? Supaya aku bisa puas menghayati mimpi ini.
Tapi aku berusaha untuk sadar diri dan membentengi hatiku agar tak kepincut oleh pesona Tuan El Barrack. Bahkan kalau perlu, aku akan memakai benteng Takeshi supaya lebih kuat.
"Aku akan melindungimu dan membantumu menyelesaikan masalahmu. Tapi kalau untuk menggagalkan pernikahanmu dengan kakek Ali, itu tidak mungkin," ucapnya tiba-tiba serius sambil menatapku lekat.
"Saya tahu, Tuan. Saya ikhlas jika nanti malam saya harus sudah menjadi istri sah Juragan Ali," lirihku menunduk tajam.
"Aku akan membantumu lepas dari genggaman kakek Ali nanti. Tapi tidak sekarang. Melawan kakek licik seperti Ali itu tidak mudah. Bahkan kakekku saja sampai meninggal karena ulahnya."
Aku tak menyangka bisa berbicara sedekat ini dengan Tuan El. Sepertinya dari seluruh penghuni Orland Mart ini, hanya aku yang bisa ngobrol dengannya sampai hampir dua jam lamanya. Mimpi apa aku semalam? Yang pasti, kehadirannya membuatku lupa akan bebanku walau hanya sekejap.
Tinggalkan like n komen ya man teman! 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Vi
knp g lngsung lunasin aja smua utangnya jd biar g berlarut atau bahkan smpe d nikahi aki²
2022-10-02
4
Dinda Putri
lanjut thor semangat
2022-06-11
1