Sore telah tiba, langit senja berwarna jingga menambah keindahan sekaligus kekaguman kepada Sang Pencipta. Sayangnya, aku yang pecinta senja ini sedang kacau mengingat sebentar lagi tiba waktunya untukku memenuhi janjiku bertemu dengan para preman pemalak itu.
"Huh ..." aku menyentak nafasku kasar mengurai rasa sesak yang menekan dada.
"Aku mana tahu hukum-hukum pemalakan seperti itu. Aku mana berani pula lapor polisi. Kasus tuduhan apa coba? Iya kalau Risha nggak nyuri, lha kalau Risha beneran nyuri, bakalan ada pepatah sudah jatuh ketimpa duren dong? Apalagi, yang aku dengar dari para rumput bergoyang, katanya mau lapor polisi aja harus ada duit. Hah ... Indonesia mah, hukum bisa dibeli," gumamku sambil membereskan beberapa regulator kompor yang berserakan di lantai.
"Nggak usah bawa nama-nama Indonesia, Sei. Keselnya sama preman, ngomelnya sampai pemerintah segala dibawa. Nggak dapet BLT kayak Ibu Kos kita?" sahut Rosa yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.
"Kamu ini ngagetin aku aja. Aku cuma kesel, kenapa selalu rakyat kecil seperti aku yang ditindas. Sekali-kali tikus negara kek yang ditindas, kalau perlu kasih racun biar tau rasa,"
"Sssst ... kamu kenapa to, Sei? Kalau kamu takut ketemu preman itu, aku antar aja ya?" tawar Rosa sembari membantuku menata regulator ke tempat semula. Biasalah, para konsumen kebanyakan berpegang pada prinsip siap bongkar tidak menerima pasang.
"Nggak usah, aku nggak mau kamu terlibat dalam masalahku. Apalagi, aku juga sekalian mau bawa Risha biar jelas semuanya," tukasku.
"Nggak ada penolakan. Kamu harus sama aku, ntar kita sekalian cari makan, oke," ucap Rosa yang aku tahu pasti dia sedang memberiku semangat.
"Baiklah kalau kamu maksa," jawabku lesu.
"Uang udah kamu bawa?" tanya Rosa lembut.
"Udah, tadi sebelum berangkat kerja aku mampir ke gudang calsu-ku dulu ambil duit. Mintanya 20 juta malah dikasih 25 juta," aku terkekeh. Bukan senang, melainkan rasa perih yang tiba-tiba muncul di ulu hati setiap aku membahas tentang calon suami tuaku.
"Semoga kamu bahagia ya, Sei. Aku mendo'akan yang terbaik untukmu. Semoga Tuhan memberkatimu," pungkas Rosa, lalu dia memelukku, menyalurkan kehangatan dan dukungan layaknya seorang kakak yang mendukung adiknya.
"Aku menyayangimu, Rosa," isakku mempererat pelukanku.
"Aku lebih menyayangimu. Kamu adalah adikku, selamanya kamu tetap adikku. Jangan bersedih, ada Tuhan di hatimu. Dia pemilik segalanya yang ada di dunia ini," bisiknya sambil mengelus punggungku. Dan aku membalasnya dengan anggukan.
Tepat pukul lima sore, aku menyeret kakiku keluar dari Orland Mart. Dan di depanku sudah ada Rosa dengan motor maticnya siap menemaniku. Mayang, dia libur kerja hari ini karena sakit.
Beberapa saat kemudian, kami telah sampai di tempat tujuan. Di sana sudah ada Risha dan Cemeng yang menungguku. Karena selama dalam perjalanan, aku menghubungi Risha terlebih dahulu agar datang dan membawa teman.
"Eh, yang bocannya nambah lagi. Aduh, geulis ... boleh kenalan nggak sih? Kenalin, aku Nanang Suhendro, panggil saja Abang Hendro," ucap salah seorang preman berwajah paling tampan dibanding empat preman lainnya.
"Ogah gua kenalan ama lu, yang ada gua kena virus malaki duiti kek penyakit lu, bisa payah ntar. Nggak perlu basa basi dah, ini sahabat gue mau ngasih duit perjanjian kemarin. Mau nggak!" seru Rosa dengan tatapan matanya yang tajam. Dia benar-benar seperti seorang kakak bagiku karena dia berdiri di garda terdepan untuk melindungiku.
"Kirain nggak dapet duitnya. Ya sudah, mana?" tanya seorang preman gondrong mendekatiku. Tak perlu nunggu waktu lagi, aku pun mengeluarkan uang itu dan langsung ku serahkan untuknya. Risha dan Cemeng hanya diam menatapku. Dan tatapan itu, seperti tatapan marah dan benci. Tak ada belas kasih sedikitpun terhadapku yang sudah berjuang demi dirinya
"Oke, cukup. Kalau gitu, kalian boleh pergi. Kalian sudah bebas kasus dan untuk ponsel yang tak kembali, tak apalah. Merk Indomie doang," aku terbelalak kaget mendengarnya. Cuma sekelas indomie, 2 juta udah dapet baru. Ini dia minta 20 juta. Bener-bener gila emang si preman itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dinda Putri
lanjut KK sayang semangat
2022-06-12
1