Pertarungan Terhormat

Roda kendaraanku berdecit begitu aku menginjak pedal rem dalam-dalam. Aku berhenti tepat di depan pintu masuk bangunan laboratorium itu, alih-alih di tempat parkir. Bagaikan macan memburu mangsa, aku melompat turun tanpa menunggu kendaraanku sempurna berhenti. Meletakkan helmku sembarangan kemudian berlari. Aku menerobos pintu masuk dengan terburu-buru. Itu adalah ruangan loby.

Dua orang berpakaian putih dan bertopeng berjaga di sana. Dan aku sangat tahu mereka bukan algojo dari Korp. Masadepan. Mereka terkejut melihat kedatanganku yang seperti hewan kelaparan. Dengan gesit, aku menerkam mereka dan melakukan gerakan tendangan berputar. Gerakan itu membuat lawan yang ada dalam terkamanku terbanting dengan keras, sekaligus menumbangkan rekannya di samping karena terkena tendanganku. Lawan yang ada di dekatku jatuh pingsan. Sementara temannya hanya terbanting jatuh dan kesakitan. Maka dengan lincah aku langsung menerjangnya, sampai orang itu ikut pingsan seperti temannya. Mereka pun tergeletak tak sadarkan diri. Terlihat kedua orang itu menggenggam pistol, namun tak sempat menggunakannya karena gerakanku yang cepat bukan main. Aku merampas pistol jenis Desert Eagle itu.

Aku lanjut melangkah menyeberangi ruangan bersenjatakan dua pucuk pistol rampasan itu. Aku melangkah dengan mengendap-endap, mendekati pintu rangkap yang merupakan pintu langsung menuju ruangan luas laboratorium, ruang utama. Aku berusaha melangkah sesenyap mungkin. Namun, tiba-tiba daun pintu itu terbuka sendiri, lebih cepat beberapa detik sebelum aku mendorongnya. Maka gerombolan orang berpakaian putih menerobos keluar. Mereka membawa senapan-senapan berat. Masing-masing menodong ke arahku. Mau tak mau aku tersurut mundur. Jumlah mereka banyak sekali, sementara aku sendiri. Aku mundur perlahan-perlahan. Senjata-senjata itu masih teracung galak.

Aku berpikir cepat. Dorr, aku menembakkan pistolku. Sehingga senapan di tangan salah satu orang itu terlempar jatuh. Dalam kejap itu juga peluru-peluru langsung berdesingan memburuku. Dalam kejap itu pula aku melompat lincah ke arah sudut ruangan. Menjatuhkan diri di tepi sebuah meja. Tanpa pikir panjang, aku memutar meja itu mengubahnya menjadi tameng perlindunganku. Beberapa saat aku meringkuk di sana. Peluru-peluru berdenting menghantam meja berbahan kaca itu. Satu pun tak ada yang tembus. Kaca itu adalah kaca berkualitas tinggi yang tahan terhadap berbagai jenis peluru.

Pasukan bersenjata itu semakin mendekatiku. Aku terkepung. Lama sekali aku berpikir bagaimana caranya menyelamatkan diri. Sampai tiba-tiba terdengar bunyi tembakan.

Dorr! Dorr! Dorr!

Tembakan itu terdengar datang dari luar. Tembakan tersebut tak ampun lagi langsung menumbangkan pasukan berpakaian putih tadi satu per satu. Tembakan baru berhenti ketika seluruh pasukan yang mengepungku sempurna habis. Barulah aku berdiri, keluar dari perlindungan. Saat itu juga segerombol pasukan bersenjata menerobos masuk. Pasukan itu mengenakan seragam hitam dengan pelindung lengkap, dengan masing-masing tercantum lambang Korp. Masadepan. Mereka itulah pasukan Tim Algojo yang dimiliki perusahaan kami. Aku langsung menghampiri pemimpin mereka, Dani.

"Maaf, Pak! Kami sedikit terlambat!" sapa Dani.

"Tak apa," jawabku. "Sekarang, cepat! Kita ke sana!"

"Pasukan, berpencar!" perintah Dani. Maka pasukan pun terpecah menjadi tiga. Pasukan di kiri dan kanan segera putar balik ke luar. Tanpa diberi arahan, mereka langsung mengerti untuk segera menuju ke jalan masuk di sisi lain bangunan ini. Sementara yang tersisa, bersiap dengan senjata masing-masing menuju pintu rangkap tadi.

Aku memimpin di paling depan. Dani di belakangku, dan selusin pasukan siap tempur itu. Kami melangkah pelan. Menerobos masuk. Ruangan itu luas sekali. Di setiap tempat banyak sekali perangkat keras elektronik yang aktif dan menyala. Begitu masuk ke sana, kami disambut berondongan peluru. Aku langsung menjatuhkan diri, peluru berdentum menghantam-hantam tembok. Pasukan algojo balas menembak. Mereka mulai membuat formasi melindungi aku. Baku tembak tak dapat dielakkan. Ledakan demi ledakan terjadi. Mau tidak mau berbagai komponen elektronik rusak diterjang peluru.

Aku merangkak ke arah samping. Sembari mengintip lewat celah-celah kaki pasukan algojo. Orang-orang berpakaian putih itu berjumlah banyak. Namun kekurangan mereka, mereka tidak menggunakan pelindung. Jadi, sedikit demi sedikit pasukan mereka berjatuhan. Terkapar tertembak peluru. Bahkan mungkin ada yang tewas di tempat. Ruangan ini luasnya tidak main-main, untuk mencapai pintu di seberang sana akan lama sekali jika aku terus merangkak seperti ini. Aku harus mencari akal. Sementara baku tembak terus menderu. Ruangan ini adalah tempat kerja para ilmuwan-ilmuwan yang aku kisahkan itu. Masalahnya, tak ada satu pun dari semua ilmuwan itu yang

kelihatan di sana. Hanya ada beberapa petugas keamanan yang jatuh pingsan, atau para algojo yang sejak awal berjaga di sini yang terkapar di lantai karena terluka parah.

Tepat di tengah-tengah ruangan ini adalah perangkat mesin waktu itu. Proyek raksasa kami yang hampir selesai. Namun, kini perangkat setengah jadi itu dikelilingi oleh pasukan misterius berpakaian putih. Aku menatap tajam ke arah mereka, menilik satu per satu. Meski percuma, aku tidak dapat mengenali siapa mereka. Namun, setidaknya aku menemukan pimpinan mereka, satu orang yang berperan mengatur serangan itu. Ia berada tepat di depan perangkat mesin waktu kami. Orang itu juga sibuk menembaki dan menghindari tembakan lawan, tapi terlihat jelas dia yang pengatur pasukan yang begitu banyak itu.

Aku merogoh kantong, mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor Sanjaya.

"Sanjaya, kau di mana? Bagaimana keadaan para ilmuwan?" tanyaku langsung.

"Selamat sore, Ren! Aku bukan Sanjaya!" Terdengar suara seorang pria tua. Darahku langsung berdesir mendengarnya. Aku tidak mengenali suara siapa itu, tapi pasti dia adalah orang yang berperan besar di balik semua ini, dan lebih penting dia mengenalku. Sejujurnya aku tidak terlalu heran, perusahaan kami memang memiliki banyak sekali saingan dan bahkan musuh bebuyutan.

"Siapa kau? Mana Sanjaya?"

"Sanjaya sedang tak sadarkan diri! Dia aman, dan juga ilmuwan-ilmuwan itu!" jawab orang itu dengan nada mengejek setengah tertawa.

Seketika rahangku mengeras karena geram dan emosi. Aku membentak, "Jangan berani mencelakakan mereka!"

"Dengarkan aku, Ren, aku hanya ...."

Aku langsung memutus panggilan itu. Beralih menatap pertempuran. Berpikir keras. Baku tembak masih berlangsung. Kerusakan semakin banyak. Bunga api terlihat memercik di sana-sini. Aku mengambil keputusan beresiko setelah berhitung cepat. Aku segera bangkit dan berlari menuju pintu samping. Untung saja pasukan berpakaian putih itu perhatiannya terfokus pada tim algojo. Jadi mereka tidak menyadari gerakanku. Aku menerobos pintu itu buru-buru, berpindah ruangan ke sebuah koridor. Aku berhenti sebentar dan mengintip keluar dari balik daun pintu. Aku mengacungkan pistol dan memejamkan mata sebelah. Membidik ke arah satu orang, mencari sudut tembakan yang tepat. Kemudian, Dorr, peluru melesat kencang dan tepat menghantam kepala sasaranku. Yakni orang yang tadi memimpin dan mengatur serangan. Tak ampun lagi ia jatuh dan terkapar dengan kepala ditembus peluru. Pasukan penyerang lain langsung terkejut dan menjadi panik, karena ulah tembakanku yang sangat jitu itu. Satu tembakan yang tepat mengenai kepala, sekaligus membuat kacau serangan mereka. Aku tidak pernah ikut akademi kepolisian, atau latihan menembak apapun. Kemampuan menembak jitu tadi aku dapat dari sahabatku, Jan. Dia yang mengajariku sampai sekarang aku mahir menggunakan berbagai macam senjata. Dan jelas itu sangat berguna untuk pekerjaanku, khususnya dalam situasi seperti ini.

Aku buru-buru menutup pintu itu rapat-rapat. Mulai menyusuri koridor itu. Terlihat beberapa petugas keamanan dan algojo penjaga yang terkapar, bergelimpangan sepanjang koridor itu. Aku melangkah dengan hati-hati. Mengendap-endap agar jangan menimbulkan bunyi. Sampai di persimpangan lorong, aku meningkat kewaspadaan. Namun, memang tak ada siapapun di sana, hanya ada bekas-bekas pertempuran dan petugas keamanan yang tergeletak tak berdaya. Aku lanjut menyusuri koridor ke arah belakang dan berhenti di ujungnya. Di depan sebuah pintu besi. Aku menyiapkan diri. Menyiapkan pistolku. Kemudian mendobrak dan menerobos pintu itu.

Aku masuk dengan pistol teracung. Langsung menodong orang yang berdiri di sudut ruangan itu. Orang berjas rapi dengan warna serba putih. Wajahnya terlihat cukup tua, dengan kumis tebal. Akan tetapi, aku benar-benar tak mengenal siapa dia. Sepanjang karirku yang selalu berurusan dengan banyak orang, rasanya aku memang tak pernah bertemu dengannya. Kemudian aku mengedarkan pandangan ke setiap sisi ruangan. Betapa geramnya aku melihat belasan orang berjas laboratorium berlutut tak berdaya dengan kepala di ujung senapan. Tidak lain lagi, mereka adalah 23 ilmuwan utama yang mengerjakan proyek mesin waktu itu. Sekarang mereka berlutut tak berdaya dan ketakutan di bawah ancaman pasukan berpakaian putih itu. Juga ada Sanjaya dan beberapa petugas kantor yang tergeletak tak sadarkan diri. Napasku memburu. Mataku membeliak melihat itu. Aku menatap tajam.

"Lepaskan mereka!" seruku dengan galak. Aku menodong pistol tepat membidik kepala orang tua misterius tadi. Namun, dirinya tenang-tenang saja, meskipun tak ada pelindung di tubuhnya. Padahal cukup dengan sekali tarik pelatuk, peluru pistol akan langsung menembus sampai ke otaknya. Orang itu justru menyeringai mengejek. Bahkan menahan tiga orang pengawalnya yang sudah mengangkat senjata.

"Lepaskan mereka sekarang!" Aku kembali membentak.

"Tidak semudah itu, Renato!" jawab orang tua itu dengan nada begitu tenang. "Di mana kehormatanmu? Apakah kau akan menembak aku yang tak bersenjata? Begitukah caramu bekerja?"

Aku mendengus. Lantas menjawab, "Tentu saja kau tak bersenjata dan tak berpelindung, tapi tiga orang di belakangmu itu pasti rela mati untukmu!"

"Ah, benar sekali!" jawabnya sambil tertawa garing. Kemudian menatap tiga pengawalnya, dan memberi perintah, "Kalian bertiga, turunkan senjata kalian!"

Ketiga pengawal itu terlihat kaget dan keberatan. Namun, akhirnya mereka menurut, meletakkan senapan-senapan mereka ke lantai. Aku sedikit tercengang dan heran, apa-apaan maksudnya ini?

"Maju!" perintah orang tua itu kemudian. Maka salah satu dari tiga pengawal itu maju mendekati aku. Kami berdiri berhadap-hadapan dengan jarak kurang dari dua meter. Pengawal itu tidak gentar sedikit pun padahal aku bersenjata sedangkan ia bertangan kosong.

"Kau mau menembak dia, Ren? Tembaklah!" ucap orang tua misterius itu dengan lantang.

Aku menyeringai balas mengejek. Tentu saja tidak. Aku bukan pengecut. Aku tidak akan melakukan hal tidak terhormat dengan menembak lawanku ini. Maka aku langsung melemparkan kedua pistol dari tanganku. Kini aku benar-benar bertangan kosong. Siap untuk berduel secara terhormat dengan lawanku ini. Ia bersiaga dan melirik tajam ke seluruh tubuhku. Tajam mengawasi gerak-gerikku. Bersiap dengan segala gerakan. Aku pun begitu, aku mulai melangkah bergeser sesenti demi sesenti. Mata kami beradu dengan tatapan tajam.

Aku memberikan isyarat dengan tangan, agar lawanku menyerang lebih dulu. Maka tanpa pikir panjang, ia melancarkan pukulan. Aku gesit mengelak dan menepis. Lantas balas mendorong hingga lawan terhuyung. Lawanku sigap mengirimkan tendangan berputar. Dengan fokus yang tinggi aku merunduk sambil berpikir mencari celah dan kelemahannya. Aku balas mengirim tendangan, meskipun tendangan itu sukses dihindarinya. Dalam kejap itu ia langsung mengirim pukulan cepat yang membuat aku terkejut. Namun, gerak refleksku sangat kuat, aku berhasil menepis pukulan itu lantas mendorongnya hingga terhuyung lagi. Ia tak mau kalah, pengawal ini melompat dan melancarkan terjangan. Aku berkelit ke samping dan bergeser melewatinya. Tanpa membuang waktu aku langsung mengirim pukulan cepat yang membuat ia terdesak ke pinggir dinding. Satu pukulan darinya sukses membuat aku termundur beberapa langkah, tapi aku tak kehilangan fokus. Saat lawanku melompat untuk menerjang sekali lagi, saat itu pula dengan gerakan yang sangat cepat aku berdahulu mengirimkan tendangan bertenaga tinggi. Lawanku tak sempat mengambil sempurna posisi untuk gerakannya, tubuhnya keburu terkena terjanganku yang bukan main cepatnya. Maka tak pelak, tubuhnya menghantam tembok dengan keras. Ia menjerit kesakitan. Perlahan-lahan meluncur turun dan terkapar tak berdaya.

Aku memutar badan, memandang ke arah orang tua tadi dengan seringai penuh kemenangan.

"Maju!" perintah orang tua itu lagi. Kali ini sekaligus dua pengawalnya maju menghadapi aku.

"Tunggu sebentar," protesku. "Apa-apaan ini? Apa begini prinsip anda bekerja? Dua lawan satu? Apakah itu adalah satu tindakan terhormat?"

Orang tua itu tersenyum jahat penuh maksud. Sementara aku tersenyum puas bisa membalas kalimatnya.

"Kau sudah berhasil dalam pertarungan satu lawan satu, anak muda. Sekarang level kesulitanmu naik tingkat!"

"Aku tidak sedang ujian!" Aku berseru penuh amarah. Tak menunggu apa-apa lagi, dengan beringas aku maju menyerang dua pengawal itu.

Terpopuler

Comments

Martina Krista

Martina Krista

boomlike dan 5rate untuk author...
feedback ke novelku ya...
- de luminous
- the second throne
sankyuu 😍😍😍

2020-07-24

1

lihat semua
Episodes
1 Jan dan Ren
2 Pertaruhan dengan Koh Shung
3 Meledakkan Mobil
4 Ingin Pergi ke Masa Lalu
5 Tentang Ayah
6 Pilihan Paling Berat
7 Benci, Trauma, dan Penyesalan
8 Kebenaran dari Masa Lalu
9 Keinginan yang Mustahil
10 Atas Nama Ayah
11 Pertarungan Terhormat
12 Pertaruhan Paling Emosional
13 Konspirasi di Balik Semua Ini
14 Aksi Menyusup
15 Pertempuran Besar
16 "Di mana Prof. Ram?"
17 Enam Mata Dadu
18 Pertarungan Babak Akhir
19 Tamat Riwayatnya
20 Wajah Tidak Asing
21 Penerbangan ke Nusa Tenggara
22 Dendam yang Belum Selesai
23 Serbuan di Pelabuhan
24 Di Ujung Gang
25 Sisi Lain Kehidupan
26 Telepon Mengejutkan
27 Aksi Penyamaran
28 Kobaran Api di Tengah Laut
29 Ledakan demi Ledakan
30 Kau ...
31 Si Orang Tua
32 Tanpa Nama
33 Tendangan Maut
34 Kau Tidak Tahu
35 Bunuh
36 Bala Bantuan
37 Penerbangan Pulang
38 Kepulangan
39 Cerita Dini Hari
40 Sidang dan Pemulihan
41 Konsep Waktu dan Kehidupan
42 Pergi ke Masa Lalu
43 Wajah Tidak Asing(2)
44 Pengkhianatan
45 Katakan Padaku
46 Mata Dibalas Mata
47 Pergi Sejauh Mungkin
48 Kakek Baik
49 Harta dan Ketenangan Hidup
50 Bersembunyi Lebih Jauh
51 Mencapai Kesendirian
52 Pulanglah
53 Tentang Jan
54 Direktur?
55 Tan dan Liani
56 Kembali ke Tujuan
57 Orang Tua Jan
58 Sekarang Aku Bisa Tenang
59 Dibebaskan
60 Pidato Perpisahan
61 Alasan Sempurna Untuk Jatuh Cinta
62 EPILOG
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Jan dan Ren
2
Pertaruhan dengan Koh Shung
3
Meledakkan Mobil
4
Ingin Pergi ke Masa Lalu
5
Tentang Ayah
6
Pilihan Paling Berat
7
Benci, Trauma, dan Penyesalan
8
Kebenaran dari Masa Lalu
9
Keinginan yang Mustahil
10
Atas Nama Ayah
11
Pertarungan Terhormat
12
Pertaruhan Paling Emosional
13
Konspirasi di Balik Semua Ini
14
Aksi Menyusup
15
Pertempuran Besar
16
"Di mana Prof. Ram?"
17
Enam Mata Dadu
18
Pertarungan Babak Akhir
19
Tamat Riwayatnya
20
Wajah Tidak Asing
21
Penerbangan ke Nusa Tenggara
22
Dendam yang Belum Selesai
23
Serbuan di Pelabuhan
24
Di Ujung Gang
25
Sisi Lain Kehidupan
26
Telepon Mengejutkan
27
Aksi Penyamaran
28
Kobaran Api di Tengah Laut
29
Ledakan demi Ledakan
30
Kau ...
31
Si Orang Tua
32
Tanpa Nama
33
Tendangan Maut
34
Kau Tidak Tahu
35
Bunuh
36
Bala Bantuan
37
Penerbangan Pulang
38
Kepulangan
39
Cerita Dini Hari
40
Sidang dan Pemulihan
41
Konsep Waktu dan Kehidupan
42
Pergi ke Masa Lalu
43
Wajah Tidak Asing(2)
44
Pengkhianatan
45
Katakan Padaku
46
Mata Dibalas Mata
47
Pergi Sejauh Mungkin
48
Kakek Baik
49
Harta dan Ketenangan Hidup
50
Bersembunyi Lebih Jauh
51
Mencapai Kesendirian
52
Pulanglah
53
Tentang Jan
54
Direktur?
55
Tan dan Liani
56
Kembali ke Tujuan
57
Orang Tua Jan
58
Sekarang Aku Bisa Tenang
59
Dibebaskan
60
Pidato Perpisahan
61
Alasan Sempurna Untuk Jatuh Cinta
62
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!