Ibu Poppy menghampiri Firas yang sedang menikmati kopi sambil menonton tv.
“Aa, Mamah perhatikan kamu sudah beberapa minggu ini setiap hari sabtu dan minggu kamu selalu di rumah,” kata Ibu Poppy.
“Aida sudah tidak bekerja di rumahmu lagi?” tanya Ibu Poppy.
“Aida masih bekerja di rumah Aa,” jawab Firas dengan santai sambil memindah pindahkan channel televisi.
“Kamu tidak ke sana?” tanya Ibu Poppy penasaran.
“Tidak. Aida libur setiap sabtu dan minggu,” jawab Firas.
“Libur? Kapan dia kerjanya kalau sabtu dan minggu libur?” tanya Ibu Poppy.
“Aida kerja dari hari senin sampai jum’at sore,” jawab Firas.
Ibu Poppy langsung mengerut keningnya.
“Bukankah dia kerja menjadi office girl di kantor Wira?” tanya Ibu Poppy.
“Sudah tidak, Mah. Sudah berhenti,” Firas mematikan televisi lalu beralih ke ponselnya.
“Berhenti, kenapa?” tanya Ibu Poppy penasaran.
“Tetangga yang biasa dititipi Maira sering sakit-sakitan. Sehingga Maira harus ikut Aida bekerja, karena tidak ada yang bisa dipercaya untuk dititipi Maira selain Ibu Ida,” jawab Firas.
“Firas pernah melihat Maira tidur di pantry hanya beralaskan sajadah dan diselimuti mukenah,” kata Firas.
“Kenapa tidak dititipkan di sini saja?” tanya Ibu Poppy.
Firas langsung menoleh ke mamahnya.
“Mamah serius?” tanya Firas dengan tidak yakin.
“Seriuslah,” jawab Ibu Poppy.
“Mamah mau dititipi Maira?” tanya Firas sekali lagi.
“Iya,” jawab Ibu Poppy dengan yakin.
“Mamah taukan siapa Maira?” tanya Firas.
“Iya, tau,” jawab Ibu Poppy.
“Maira anak pembantu Aa, Mah,” kata Firas.
“Iya, Mamah tau. Kamu tuh kenapa sih? Kamu tidak percaya sama Mamah?” tanya Ibu Poppy dengan kesal.
“Bukan. Aa merasa aneh saja,” jawab Firas.
“Mamah tidak punya misi yang anaeh-anehkan?” tanya Firas dengan penuh sidik.
“Kamu tuh kenapa, sih? Curiga sama mamahnya sendiri,” kata Ibu Poppy.
“Nanti kalau Aida sedang sakit, Aa akan bawa Maira ke sini,” kata Firas.
“Jadi sekarang dia kerja di rumah Aa?” tanya Ibu Poppy.
“Iya,” jawab Firas.
“Bukankah rumah Aida dekat dengan kantor Wira? Jauh dong dari rumah Aida ke rumah Aa,” kata Ibu Poppy.
“Aida tidur di rumah Aa, Mah. Aida mengurus rumah Aa sekaligus menjaga rumah Aa,” jawab Firas.
Ibu Poppy langsung melotot.
“Aa! Dia itu perempuan, masa kamu suruh jadi penjaga rumah? Kalau ada orang jahat masuk ke rumah bagaimana?’ tanya Ibu Poppy dengan marah.
“Tenang saja, Aa sudah pasang cctv,” jawab Firas.
“Cctv tudak bisa menolong apa-apa. Cuma bisa memantau siapa yang masuk ke rumah,” kata Ibu Poppy dengan kesal.
“Sekarang Aa antarkan Mamah ke rumah Aida!” seru Ibu Poppy.
“Mau ngapain?” tanya Firas bingung.
“Mamah mau main sama Maira,” jawab Ibu Poppy.
Sebenarnya hari ini Firas mau berleha-leha di rumah, karena selama seminggu ini pekarjaannya cukup banyak. Ada banyak dokumen yang harus ia periksa.
“Cepetan sana mandi!” seru Ibu Poppy.
“Iya, Mah. Iya,” dengan malas Firas beranjak menuju ke kamarnya.
***
Firas memarkirkan mobilnya di mini market Indojuli.
“Mah Yah, ayo turun,” kata Firas sambil membuka seat beltnya.
“Rumahnya yang mana?” tanya Ibu Poppy sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
“Rumahnya masuk ke dalam dari jalan itu,” jawab Firas sambil menunjuk ke jalan yang berada di sebelah kanan mini market.
“Oh,” Ibu Poppy membuka pintunya.
Ibu Poppy dan Pak Budi keluar dari mobil Firas.
“Bang, numpang parkir,” sahut Firas ke tukang parkir.
“Siap, Bos,” jawab tukang parkir.
Firas pun berjalan menuju ke rumah Aida, Pak Budi dan Ibu Poppy mengikuti Firas dari belakang. Firas berhenti di depan rumah Aida. Di depan rumah Aida ada sebuah tangga seperti sedang digunakan.
“Assalamualaikum,” ucap Firas.
Namun sepi tidak ada yang menjawab.
“Assalamualaikum,” ucap Firas sekali lagi dan agak kencang.
“Waalaikumsalam,” jawab seseorang.
Suara itu tidak berasal dari dalam rumah, seperti berasal dari atas rumah.
“Aida!” panggil Firas dengan mengarah ke atas rumah.
“Ya, siapa ya?” tanya Aida tapi Aida tidak terlihat.
“Saya Firas,” jawab Firas.
“Oh, Pak Firas. Tunggu sebentar, Pak. Saya lagi di atas,” jawab Aida.
Tak lama kemudian Aida menampakan dirinya di atap rumah. Dengan perlahan ia berjalan sambil berjongkok. Ibu Poppy kaget melihat Aida sedang berada di atap rumah.
“Hati-hati, Da!” seru Firas.
“Pak, tolong pegangin tangganya!” kata Aida.
“Sebentar, Da,” Firas masuk ke halaman rumah lalu memegang tangga.
Aida mengarahkan kakinya ke tangga.
“Hati-hati, Da!” seru Firas sekali lagi.
Akhirnya Aida berhasil turun dati atap rumahnya.
“Alhamdullilah,” ucap Aida ketika menapaki kakinya di tanah.
“Fuhhh,” Firas bernafas lega.
“Kamu ngapain di atap?” tanya Firas.
“Betulin genteng yang bocor,” jawab Aida.
Aida melihat Ibu Poppy dan Pak Budi yang berdiri kepanasan di jalan.
“Silahkan masuk, Bu Pak,” kata Aida.
Ibu Poppy dan Pak Budi masuk ke halaman rumah Aida.
“Pak kenapa nggak disuruh masuk?” bisik Aida ke Firas.
“Kamunya kan di atas,” jawab Firas sambil berbisik.
“Masuk, aja! Pintunya tidak di kunci,” seru Aida sambil berbisik.
Aida membuka pintu rumahnya lalu masuk ke dalam.
“Silahkan masuk. Maaf jadi harus menunggu lama di luar,” kata Aida.
Ibu Poppy dan Pak Budi masuk ke dalam rumah Aida. Ibu Poppy memindai rumah Aida.
“Silahkan duduk! Maaf saya mau mandi dulu, bau keringat,” kata Aida.
“Silahkan!” jawab Pak Budi.
Aida pun masuk ke dalam kamar mandi. Ibu Poppy masih memindai rumah Aida.
“Dia mengontrak rumah atau rumah milik sendiri?” tanya Ibu Poppy.
“Rumah milik sendiri,” jawab Firas.
“Punya uang darimana?” tanya Ibu Poppy penasaran.
Firaspun menceritakan tentang Aida yang menjual mobilnya.
“Oh,” kata Ibu Poppy setelah mendengar cerita Firas.
Ibu Poppy mengedarkan pandangannya ke belakang rumah Aida.
“A, Maira mana?” tanya Ibu Poppy.
Dari tadi Ibu Poppy tidak melihat Maira sama sekali.
“Maira ada di rumah Ibu Ida. Tuh, rumahnya di sebelah,” jawab Firas sambil menunjuk ke rumah di sebelah rumah Aida.
“Oh. Apa tidak bisa dipanggil?” tanya Ibu Poppy.
“Nanti suruh Aida panggil,” jawab Firas.
Tak lama kemudian Aida keluar dari kamarnya. Ia sudah selesai mandi.
“Bapak dan Ibu mau mau minum apa?” tanya Aida.
“Teh saja. Tadi Firas dan Ayahnya sudah minum kopi,” jawab Ibu Poppy.
“Baiklah,” Aida langsung menuju ke dapur.
Tak lama kemudian Aida datang membawa tiga buah cangkir yang berisi teh beserta setoples camilan.
Aida menaruh teh dan toples cemilan di atas meja.
“Silahkan diminum tehnya. Maaf tidak punya apa-apa. Ada juga camilan yang biasa di jual di warung,” kata Aida.
“Tidak usah repot-repot,” jawab Pak Budi.
Mereka pun meminum teh yang dihidangkan oleh Aida.
“Da, Maira mana? Kok tidak kelihatan?” tanya Ibu Poppy.
“Coba saya lihat dulu barangkali sedang tidur, soalnya tidak terdengar suaranya. Biasanya celotehannya kedengaran sampai ke sini,” jawab Aida.
Aida keluar dari rumahnya menuju ke rumah Ibu Ida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Aida ini wonder woman serba bisa krn terbiasa apa² sendiri..
2023-11-14
1
Yani
Suka- suka
2022-08-26
1
Dewi Zahra
keren kak
2022-07-10
1