Aida menoleh ke Firas dengan wajah yang bingung.
“Ayah Budi adalah ayah sambung saya. Papah saya sudah lama meninggal, sewaktu saya masih di dalam kandungan Mamah,” kata Firas menerangkan kepada Aida. Agar Aida tidak bingung.
“Oh,” ujar Aida.
Tiba-tiba ponsel Ibu Poppy berdering.
“Teteh nelefon,” kata Ibu Poppy kepada suaminya.
“Assalamualaikum, Teh,” ucap Ibu Poppy.
“Mamah dimana? Teteh sudah sampai di rumah Tante Ranti” tanya Keisya.
“Mamah lagi di rumahnya Aa. Sebentar lagi Mamah ke sana,” jawab Ibu Poppy.
“Udah dulu, ya Teh. Assalamualaikum,” ucap Ibu Poppy.
Ibu Poppy mematikan teleponnya.
“Teteh sudah sampai di rumah Ranti. Dia mencari kita,” Ibu Poppy kepada suaminya.
“Ayo kita berangkat,” kata Ibu Poppy.
“Sebentar, Mah. Kopi Ayah belum habis. Sayang kalau tidak dihabiskan,” kata Budi lalu meneguk kembali kopinya.
“Ayo Mah, kita berangkat,” kata Pak Budi setelah menghabiskan koopinya.
“Aa, Mamah ke pengajian dulu. Nanti ke sini lagi,” kata Ibu Poppy.
“Kalian di sini sampai jam berapa?” tanya Ibu Poppy.
“Sampai pekerjaan Aida selesai,” jawab Firas.
“Jangan kemana-mana dulu. Tunggu Mamah di sini,” kata Ibu Poppy.
Ibu Poppy langsung beranjak keluar dari rumah. Namun suami dan anak-anaknya masih di dalam rumah Firas. Pak Budi masih mengajak Firas berbincang-bincang.
“Ayo, Yah! Nanti keburu kesiangan,” seru Ibu Poppy.
“Iya, Mah,” jawab Pak Budi.
“Aa, Ayah pergi dulu,” pamit Pak Budi kepada Firas.
“Iya, Yah,” jawab Firas.
Kemudian Pak Budi dan anak-anaknya menyusul Ibu Poppy ke mobil.
Di dalam mobil Pak Budi.
“Ayah, tolong dicek. Benar tidak Aida anak Pak Rardjo Handoko,” kata Ibu Poppy.
“Iya. Mudah-mudahan Ayah masih punya nomor kontak pegawai Pak Rardjo,” kata Pak Budi.
“Kalau memang Aida benar-benar anak Pak Rardjo, Mamah mau apa?” tanya Salfa.
“Ya, nggak mau apa-apa. Tapi paling tidak Mamah tau kalau Aida berkata jujur,” jawab Ibu Poppy.
Akhirnya mereka sampai juga di rumah kerabat mereka.
***
Firas keluar dari liff langsung ke ruangan Wira, namun ketika ia berjalan melewati lorong yang menuju ke pantry ia melihat seorang anak kecil yang sedang melompat-lompat di depan pintu pantry. Firas langsung berhenti dan memperhatikan anak kecil itu.
Maira? tanya Firas di dalam hati.
Firas mendekati anak kecil itu.
“Maira!” panggil Firas.
Anak kecil itu menoleh.
“Om Pias,” Maira berlari mendekati Firas.
Seperti biasa Maira mencium tangan Firas.
“Muah.”
“Kamu kok, di sini?” tanya Firas.
Mendengar suara Firas, Aida langsung keluar dari dalam pantry.
“Pak Firas,” kata Aida ketika melihat Firas di depan pantry.
“Kok, Maira di sini? Kemana Ibu Ida?” tanya Firas.
“Ibu Ida sakit. Beberapa hari ini terpaksa Maira harus saya bawa ke tempat kerja, karena tidak ada yang bisa dititipi,” kata Aida.
Firas menghela nafas.
“Saya harap kamu pikirkan lagi tawaran yang saya berikan. Agar kamu masih bisa bekerja tanpa harus meninggalkan Maira,” kata Firas.
“Kalau saya tinggal di rumah Bapak, bagaimana dengan rumah saya?’ tanya Aida.
“Kamu bisa pulang ke rumah kamu kalau hari sabtu dan minggu,” jawab Firas.
“Saya pikirkan dulu, Pak,” kata Aida.
“Saya tunggu jawaban kamu,” kata Firas.
“Maira mau ikut Om, nggak?” tanya Firas.
“Jangan, Pak!” seru Aida.
“Mala au icut Om,” kata Maira.
“Jangan, Maira! Om mau kerja. Maira minum susu aja. Tadi katanya mau susu,” kata Aida.
Aida memberikan dot yang berisi susu kepada Maira. Maira lebih memilih minum susu daripada ikut Firas.
“Om ke ruangan Om Wira dulu, ya,” pamit Firas kepada Maira.
“Dadah, Maira,” Firas melambaikan tangannya.
“Jajah, Om,” Maira membalas lambaian tangan Firas.
Firaspun meninggalkan pantry menuju ruangan Wira.
Aida duduk termenung memikirkan tawaran Firas. Tawaran Firas cukup menggiurkan. Ia bisa bekerja tanpa harus meninggalkan Maira. Namun yang Aida khawatirkan kalau Firas menikah, bagaimana nasibnya dan Maira? Apakah Firas akan tetap mempekerjakannya? Sudah pasti istri Firas tidak akan mau memiliki pembantu yang masih muda dan memiliki anak seperti dirinya. Aida menghela nafas.
“Lagi apa?” tanya Firas tiba-tiba.
Aida langsung kaget mendengar suara Firas.
“Lagi ngelamunin apa?” tanya Firas.
“Tidak melamunin apa-apa,” jawab Aida.
“Maira mana?” tanya Firas karena pantry terlihat sepi.
“Sedang tidur,” jawab Aida.
Firas mengerut keningnya.
“Tidur dimana?” tanya Firas.
“Tuh,” Aida menunjuk ke bawah pojokan pantry.
Firas melihat ke arah yang ditunjuk oleh Aida. Maira sedang tidur diatas sajadah dan diselimuti mukenah. Firas merasa kasihan melihat batita itu.
“Saya harap kamu menerima tawaran saya,” kata Firas.
Aida menghela nafas.
“Saya mau menerima tawaran Bapak. Hanya saja jika Bapak menikah apakah saya masih bisa tetap bekerja di rumah Bapak? Istri Bapak tentu tidak akan menerima saya,” kata Aida.
Firas tertawa memdengarkan perkataan Aida.
“Kamu tenang saja, saya belum punya calon istri. Saya masih lama untuk menikah. Lagipula kalau istri saya tidak mau mempekerjakan kamu, kamu bisa bekerja menjadi office girl di kantor saya,” kata Firas.
Mendengar jawaban Firas, Aida serasa mendapatkan pencerahan.
“Baiklah. Saya terima tawaran Bapak,” jawab Aida.
“Kapan kamu mulai bekerja?” tanya Firas.
“Beri saya waktu, saya harus mengajukan surat pengunduran diri,” jawab Aida.
“Oke, saya tunggu. Saya kembali ke kantor. Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikum salam,” jawab Aida.
Firas pun pergi meninggalkan pantry.
***
Berita pengunduran diri Aida membuat heboh semua orang.
“Da, kamu mau pindah kerja kemana?” tanya Uni penasaran.
“Sudah enak kerja di sini kenapa kamu pindah?” tanya Uni.
“Kenalan Ibu Ida butuh orang untuk menjaga rumahnya,” jawab Aida dengan berbohong.
Kalau ia mengatakan yang sebenarnya pasti anak menjadi gosip orang sekantor. Mereka akan menyangka kalau ia adalah perempuan simpanan Firas.
“Kalau kamu menjaga rumah orang, siapa yang akan menjaga rumahmu?” tanya Uni.
“Saya pulang setiap hari sabtu dan minggu,” jawab Aida.
“Kapan-kapan kita boleh ke tempat kerjamu,” kata Ade.
“Jangan ke tempat kerja. Tidak enak sama yang punya rumah. Kalian main ke rumah saya saja,” jawab Aida.
“Oke, nanti kita kontek-kontekan lagi,” kata Ade.
Akhirnya Aida sudah resmi bukan karyawan PT. Hutama lagi. Banyak yang menyayangkan pengunduran diri Aida, termasuk Wira. Wira sangat menyayangkan pengunduran diri Aida. Bukan karena tidak bisa mendapatkan lagi kopi yang nikmat, namun menurut Wira menjadi penjaga rumah bukanlah pekerjaan yang aman untuk seorang perempuan. Pekerjaan itu lebih cocok untuk laki-laki.Wira mencium bau sebuah sabotase. Sepertinya ada seseorang yang merebut paksa Aida dari kantornya. Dan Wira sepertinya mengetahui siapa orang itu. Namun Wira belum tahu motifnya apa menyuruh Aida pindah dari tempat kerjanya yang lama. Wira berharap orang itu bertanggung jawab atas keputusan yang ia ambil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
di Bismillah in aja Aida semoga keputusanmu membawa kebaikan buat kamu dan Maira kedepannya...
2023-11-14
1
Yani
👍👍👍👍
2022-08-26
1
Dewi Zahra
semangat kak
2022-07-10
1