Odie kembali ke meja kerjanya dan menuliskan resep obat untuk Maira. Aida menggendong Maira dan kembali ke tempat duduknya.
“Saya kasih obat penurun panas dan vitamin. Mudah-mudahan selama tiga hari ini panasnya cepat turun sehingga tidak usah periksa darah,” kata Odie.
Odie memberikan resep obat kepada Aida.
“Cepat sembuh, ya Maira,” ucap Odie.
“Aamiin yarobal’alamin. Terima kasih, Dok,” balas Aida.
“Terima kasih, A,” ucap Firas.
Odie membalasnya dengan mengangguk.
Firas dan Aida keluar dari kamar periksa, namun ketika Firas hendak keluar dari ruangan itu, Odie memanggil Firas.
“Firas!”
Firas menoleh ke belakang.
“Jaga mereka baik-baik!”
Firas menanggapinya hanya dengan tersenyum, lalu Firas keluar dari ruangan itu.
Firas dan Aida berjalan menuju lobby rumah sakit. Ketika mereka melewati apotik Firas langsung berhenti.
“Mana resepnya?” tanya Firas.
“Nanti saja beli obatnya di apotik dekat rumah,” jawab Aida.
“Di sini saja belinya!” kata Firas dengan sedikit memaksa.
“Kalau beli obat di sini nanti lama. Saya belum sholat dzuhur,” jawab Aida.
“Saya juga belum sholat dzuhur. Nanti kita sholat di masjid rumah sakit setelah membeli obat. Tidak lama, kelihatannya apotiknya sepi,” kata Firas.
Aida menghela nafas.
“Biar saya beli sendiri,” jawab Aida.
Aida berjalan menuju ke apotik. Ia memberikan resep obatnya kepada pegawai apotik. Firas hanya memandangi Aida dari belakang.
Ia benar-benar tidak ingin dikasihani, kata Firas di dalam hati.
Firas menghampiri Aida yang sedang menunggu obat dan duduk di sebelah Aida.
“Maira Puspita,” pegawai apotik memanggil nama Maira.
“Ya,” jawab Firas dan langsung berdiri menghampiri petugas apotik.
Firas membayar semua obat Maira lalu kembali duduk di sebelah Aida.
“Terima kasih, nanti saya ganti semua uang Pak Firas,” ucap Aida.
“Tidak usah diganti. Simpan saja uangmu untuk membeli kebutuhan Maira,” ujar Firas.
“Tapi, Pak….”
Belum selesai Aida berbicara namun sudah disela oleh Firas.
“Tidak usah tapi-tapian.”
Aida menghela nafas. Firas tidak mau di bantah.
Akhirnya obat Mairapun sudah selesai. Mereka langsung menuju ke masjid yang berada di rumah sakit untuk sholat dzuhur.
“Kamu duluan sholat atau saya duluan sholat?” tanya Firas ketika mereka sampai di depan masjid.
“Harus ada yang bergantian menjaga Maira,” kata Firas.
“Pak Firas duluan saja, saya sholat nanti setelah Pak Firas,” jawab Aida.
“Oke, saya sholat duluan. Kamu dan Maira tunggu di situ,” Firas menunjuk ke arah teras masjid.
“Ya, Pak,” Aida berjalan menuju ke teras masjid, sedangkan Firas masuk ke tempat wudhu pria.
Aida duduk di teras masjid sambil membuka kain gendongannya. Setelah diperiksa dokter Maira belum tidur lagi. Selama di dalam dekapan Aida, Maira matanya melarak- melirik kemana-mana memperhatikan pemandangan di sekitarnya.
“Ah….anak sholeha Mamah bangun. Nggak bobo lagi sayang?” Aida mengangkat badan Maira lalu mencium pipinya.
Mata Maira melihat ke sekitarnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan suasana di sekitarnya.
“Kita lagi dimana nih sekarang?” tanya Aida kepada Maira.
“Sekarang kita lagi di masjid rumah sakit,” kata Aida kepada Maira.
Tak lama kemudian Firaspun datang dan duduk di sebelah Aida.
“Sekarang gantian kamu yang sholat. Biar saya yang menjaga Maira,” kata Firas.
Aida langsung diam, ia ragu menitipkan Maira kepada Firas. Apakah Firas bisa dipercaya untuk menjaga Maira? Karena bagaimanapun juga Firas adalah orang lain dan mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu.
“Ayo cepat! Sebentar lagi waktu sholat dzuhurnya habis,” seru Firas,
“Jangan khawatir, saya bisa menjaga Maira,” kata Firas.
Dengan berat hati Aida memberikan Maira kepada Firas. Sambil berdoa di dalam hati.
Ya Allah, titip anak saya Maira dan lindungi dia.
Ketika Maira diberikan kepada Firas wajah Maira seperti hendak menangis.
“Maira sama Om, ya! Mamahnya sholat dulu,” kata Firas ketika melihat Maira sudah hendak menangis.
Dengan berat hati Aida berjalan menuju ke tempat wudhu dan terdengar suara Maira yang mulai menangis. Aida cepat-cepat berwudhu, setelah selesai berwudhu Aida masih mendengar suara Maira yang menangis.
Ya Allah, lindungi anakku, kata Aida di dalam hati.
Aida masuk ke dalam masjid dan memulai sholatnya. Aida berusaha sholat dengan kusyu walaupun pikirannya fokus kepada anaknya Maira. Setelah selesai sholat, berzikir dan berdoa, Aida cepat-cepat keluar dari masjid, namun ia tidak menemukan Firas dan Maira di depan teras masjid. Dia hanya menemukan kain untuk menggendong Maira. Cepat-cepat Aida memakai sandalnya dan mencari Firas dan Maira.
Aida melihat seorang laki-laki yang sedang berjongkok membelakanginya. Perawakan dan warna baju mirip dengan Firas. Dibelakang laki-laki itu menggantung tas yang mirip dengan tas milik Aida. Aida menghampiri laki-laki itu. Ternyata benar laki-laki itu adalah Firas yang sedang jongkok sambil menggendong Maira. Mereka seperti sedang asyik memperhatikan sesuatu.
Sedang apa mereka? tanya Aida di dalam hati.
Aida mendekati keduanya.
“Hei lagi pada ngapain?” tegur Aida.
Firas menoleh ke Aida.
“Lagi lihat kodok,” jawab Firas.
“Mama liat ada kodok,” ujar Maira sambil menunjuk ke arah kodok.
“Kodok? Iiihhhh jijik ah,” kata Aida.
“Lutu kodoknya, Mah. Yompat-yompat,” sahut Maira sambil menggerakkan tubuh mungilnya.
“Sini Maira digendong sama Mamah lagi. Kasihan Om Firasnya keberatan,” kata Aida.
Maira mengangkat kedua tangannya, lalu Aida mengangkat tubuh Maira dan menggendongnya dengan menggunakan kain. Kemudian Firaspun berdiri.
“Sini Pak, tasnya biar saya yang bawa,” kata Aida yang berusaha mengambil tas yang di selempangkan di tubuh Firas.
“Tidak usah, biar saya bawa. Kamu gendong Maira saja,” jawab Firas.
“Sekarang kita makan, saya sudah lapar,” kata Firas.
“Pak Firas saja yang makan. Saya makannya nanti saja di rumah,” kata Aida.
Firas melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
“Ini sudah jam dua. Kalau menunggu sampai rumah, kamu mau makan jam berapa? Lagipula Maira harus makan obat,” kata Firas sambil menunjukkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
Aida berpikir sejenak. Benar apa yang dikatakan Firas, Maira harus makan obat.
“Ya sudah, makan dimana?” tanya Aida.
“Di kantin rumah sakit. Di sana ada nasi tim yang enak, Maira pasti suka,” jawab Firas.
Akhirnya mereka berjalan menuju ke kantin rumah sakit. Sesampainya mereka di sana, kantin nampak sudah sepi, mungkin karena sudah lewat waktu makan siang.
“Mau makan apa?” tanya Firas kepada Aida.
Aida melihat ke daftar makanan yang menempel pada dinding kantin.
“Sama soto ayam saja,” jawab Aida.
“Maira makan nasi tim, ya,” kata Firas kepada Maira. Batita itupun mengangguk.
Setelah memesan makanan mereka pun mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Firas memilih tempat di dekat kaca, agar Maira bisa melihat pemandangan di luar.
Tak lama kemudian pesanan merekapun datang, sehingga mereka bisa langsung makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
penasaran siapa ortunya Maira..?
2023-11-14
1
Neneng cinta
serasa keluarga kecil ya mereka😍🤗
2022-10-15
2
Yani
Firas baik
2022-08-25
2