Aida memakan soto ayam sambil menyuapi nasi tim ke Maira sedikit demi sedikit. Sengaja Aida memilih menu soto ayam, agar ia mudah memakannya sambil menyuapi Maira. Sementara itu Firas terlihat begitu lahap memakan nasi timbelnya, sepertinya ia lapar sekali.
Setelah Maira selesai makan Aida memberi Maira obat dan vitamin dari Dokter Odie.
“Mamis,” kata Maira ketika diberi obat dan vitamin.
“Enak, ya obatnya?” tanya Firas yang memperhatikan Maira sedang minum obat tanpa ada penolakan terlebih dahulu.
Maira menjawab dengan mengacungkan jempolnya kepada Firas
Setelah Maira selesai makan obat merekapun pergi meninggalkan kantin menuju ke tempat Firas memarkirkan mobilnya.
Sepanjang perjalan pulang menuju rumah Aida, Maira nampak ceria, batita kecil itu asyik memainnkan fentilasi lubang ac mobil.
“Maira jangan nanti rusak!” seru Aida sambil berusaha agar tangan Maira melepas fentilasi lubang ac.
Akhirnya Maira melepas fentilasi lubang ac, lalu Maira beralih pada kaleng permen yang berada di dekat rem tangan. Maira mengambil kaleng permen itu lalu digoyang-goyangkan hingga terdengar bunyi klontang-klontang dari dalam kaleng itu. Maira tertawa mendengar suara yang ditimbulkan dari kaleng permen itu. Firas menyetir mobil sambil tersenyum melihat ulah batita itu.
Akhirnya sampailah mereka di mini market IndoJuli yang dekat dengan rumah Aida.
“Alhamdullilah akhirnya sampai juga,” ucap Aida.
“Bilang apa sama Om Firas?” tanya Aida.
“Ma acih, Om,” ucap Maira.
“Sama-sama, Maira. Semoga lekas sembuh, ya,” jawab Firas sambil mengacak-acak rambut Maira.
Firas mengambil ponselnya lalu diberikan kepada Aida.
“Masukkan nomor ponselmu!” kata Firas.
“Untuk apa?” tanya Aida bingung.
“Kalau ada apa-apa sama Maira kamu bisa menghubungi saya,” jawab Firas.
“Nggak usah, Pak. Saya sudah banyak merepotkan Pak Firas,” jawab Aida.
“Saya tidak merasa direpotkan,” jawab Firas.
“Ayo, cepat masukkan nomor ponselmu!” seru Firas yang masih menyodorkan ponselnya ke Aida.
Dengan ragu Aida mengambil ponsel milik Firas, lalu mengetik nomor ponselnya di ponsel Firas. Setelah itu Aida mengembalikann ponsel itu ke Firas. Firas menelepon ke nomor yang diberikan oleh Aida. Terdengar suara ponsel Aida berdering.
“Itu nomor saya. Kalau Maira belum turun juga panasnya, telepon saya!” kata Firas.
Aida menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
“Terima kasih atas semua kebaikan Pak Firas. Semoga Allah membalas semua kebaikan Pak Firas,” ucap Aida.
“Sama-sama, Aida,” jawab Firas.
“Assalamualaikum,” ucap Aida.
“Waalaikumsalam,” balas Firas.
Aida pun keluar dari mobil Firas. Maira melambaikan tangannya ke Firas. Firas membalas lambaian tangan Maira. Kemudian Firas melajukan mobilnya setelah Aida berjalan menuju ke rumahnya.
****
Firas berjalan memasuki lobby kantor Pak Broto, tempat Aida bekerja. Ia hendak bertemu dengan anak Pak Broto yang bernawa Wira. Ketika hendak menuju liff tanpa sengaja Firas mendengarkan percakapan office boy, office girl dan resepsionis yang sedang berbicara di depan meja resepsionis.
“Aida hari ini tidak masuk kerja lagi, dia ijin mau membawa anaknya ke laboraturium untuk periksa darah,” kata Uni .
“Memangnya anaknya belum sembuh juga?” tanya Zulkifli kepada Uni.
“Katanya kemarin sudah agak mendingan. Tapi tadi subuh anaknya panas lagi. Kata Dokter di rumah sakit kalau sudah tiga hari tidak sembuh juga harus periksa darah,” jawab Uni.
“Kasihan ya, Aida. Mana dia belum punya suami, jadi tidak ada yang membantu mengurus Maira,” kata Ira.
Mendengar percakapan mereka, Firas langsung membatalkan niatnya untuk menemui Wira. Firas mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang.
“Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Aida.
“Kamu dimana sekarang?” tanya Firas.
“Di rumah mau ke puskesmas,” jawab Aida.
“Diam di situ jangan kemana-mana! Saya akan ke sana sekarang,” seru Firas.
“Maaf, Pak saya harus pergi sekarang, supir ojol sudah menunggu di depan rumah,” jawab Aida kemudian mematikan teleponnya.
Tanpa berpikir panjang Firas pun langsung berjalan menuju ke tempat parkir.
“Eh…Pak Firas mau kemana, tuh? Kenapa balik lagi ke luar?” tanya Uni ketika melihat Firas ke luar dari kantornya.
“Nggak tau. Mungkin ada keperluan mendadak jadi tidak jadi menemui Pak Wira,” jawab Zulkifli.
Firas mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke puskesmas yang biasa Aida datangi. Jarak kantor Wira dengan puskesmas tidak terlalu jauh hanya sekitar satu kilo. Sehingga Firas bisa cepat sampai ke puskesmas.
Ketika Firas hendak memasukkan mobilnya ke halaman puskesmas Firas melihat Aida baru turun dari motor sambil menggendong Maira. Firas menunggu sampai Aida membayar ojek. Ketika Aida hendak berjalan menuju ke puskesmas Firas langsung membunyikan klakson mobilnya.
Aida menoleh ke arah mobil Firas. Firas langsung turun dari mobilnya.
“Ayo naik! Kita ke rumah sakit sekarang,” seru Firas.
Firas memutar menbuka pintu untuk Aida.
“Tapi…”
“Nggak usah tapi-tapian! Cepat masuk! Agar cepat kita sampai ke rumah sakit,” kata Firas.
Aida kaget mendengar kata-kata Firas.
Apakah segitu bahayanya jika batita sakit panas? tanya Aida di dalam hati.
“Ayo, nanti keburu istirahat makan siang,” kata Firas.
Akhirnya Aida masuk ke dalam mobil Firas. Setelah Aida masuk ke dalam mobil, barulah Firas masuk ke dalam mobil. Firaspun mengemudikan kendaraannya.
Firas fokus menyetir mobilnya menuju ke rumah sakit tempat dokter Odie praktek. Sedangkan Aida dari tadi hanya diam membungkam seribu bahasa. Aida hanya mengusap sesekali kepala Maira yang sedang tertidur.
“Apa dari kemarin panas Maira belum juga turun?” tanya Firas yang memecahkan kesunyian.
“Sewaktu pulang dari rumah sakit sudah turun panasnya. Kemarin juga sudah tidak panas. Tapi hari ini badan MaIra kembali panas,” jawab Aida.
“Dokter Odie menyuruh untuk periksa darah jika panasnya tidak turun juga,” kata Aida.
“Terus tadi kamu ngapain ke puskesmas bukannya ke rumah sakit?” tanya Firas sambil fokus menyetir mobilnya.
“Saya mau minta surat pengantar ke laboraturium,” jawab Hanifa.
“Oh.”
Tak lama kemudian merekapun sampai di rumah sakit. Firas menghentikan mobilnya di depan lobby rumah sakit.
“Kamu turun duluan. Saya mau memarkirkan mobil dulu,” kata Firas.
Aida pun mengangguk lalu turun dari mobil. Firas langsung mengendarai mobilnya menuju ke tempat parkir. Setelah memarkirkan kendaraannya Firas langsung menghampiri Aida yang sedang mengantri di loket pendaftaran.
“Sudah daftar?” tanya Firas ketika baru datang.
“Belum, Pak. Masih mengantri,” jawab Aida.
Mungkin karena mereka datangnya masih pagi sehingga rumah sakit masih penuh dengan orang-orang yang hendak periksa ke dokter. Cukup lama juga mereka mengantri tapi akhirnya nomor Maira dipanggil. Setelah mendaftar mereka langsung ke tempat poly anak dan menunggu hingga dipanggil.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya suster memanggil nama Maira.
“Maira,” panggil suster.
Aida dan Firas langsung berdiri dan masuk ke dalam kamar periksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
berasa punya bapak si Maira...
2023-11-14
1
Yani
Baik banget Firas
2022-08-26
1
Dewi Zahra
sabar ya AIDA
2022-07-09
2