Ketika mendekati waktu magrib, Aida dikejutkan dengan kedatangan teman-temannya.
“Assalamualaikum,” ucap Uni membuka pintu kamar.
“Waalaikumsalam,” jawab Aida.
Uni masuk ke dalam kamar Maira, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Mereka mendekati tempat tidur Maira.
“Bagaimana keadaan Maira?” tanya Uni.
“Alhamdullilah sudah agak mendingan,” jawab Aida.
“Wah, Da. Hebat kamu, anakmu dirawat di kamar VIP. Di rumah sakit terkenal lagi,” puji Ira sambil terkagum-kagum melihat sekeliling kamar Maira.
“Dibayarin sama Ibu Ida,” jawab Aida dengan berbohong.
“Ibu Ida tetangga kamu?” tanya Uni.
“Iya,” jawab aida.
“Kaya juga tetangga kamu, sampai bisa membiayai anak tetangga di rumah sakit mahal,” puji Uni.
Ketika adzan magrib berkumandang, teman-teman Aida yang perempuan sholat di kamar Maira. Sedangkan yang laki-laki sholat di masjid rumah sakit. Setelah selesai sholat mereka melanjutkan obrolan mereka. Aida tidak merasa cemas, karena malam ini Firas tidak ke rumah sakit. Jadi Aida bisa ngobrol sepuasnya dengan teman-temannya.
Namun ternyata perkiraan Aida salah, pukul tujuh lebih seperempat Firas datang ke rumah sakit.
“Assalamualaikum,” ucap Firas ketika membuka pintu kamar.
“Waalaikumsalam,” jawab semua orang yang berada di kamar itu.
Firas masih menggunakan pakaian kerja, sepertinya dari kantor Firas langsung datang ke rumah sakit. Teman teman Aida terkejut begitu melihat siapa yang datang.
“Wah, lagi banyak tamu, nih,” kata Firas ketika melihat kamar rawat inap penuh dengan teman-temannya Aida.
Teman-teman Aida yang duduk di sofa langsung berdiri.
“Silahkan duduk, Pak,” kata Zulkifli.
“Tidak usah, kalian saja yang duduk. Silahkan diteruskan pembicaraannya,” kata Firas.
Firas menaruh kantong platik belanjaannya di atas nakas. Lalu menghampiri Maira. Firas menempelkan tangan kanannya di dahi Maira.
“Maira sudah makan?” tanya Firas kepada Maira.
“Cudah,” jawab Maira.
“Sudah makan obat?” tanya Firas lagi.
“Cudah. Obatnya udah mau abis,” jawab Maira.
“Wah, Maira pintar makan obatnya,” puji Firas.
Sementara itu yang lain hanya diam dan memperhatikan interaksi Firas dan Maira. Firas menoleh ke belakang.
“Loh, kok pada diam? Teruskan lagi pembicaraannya,” kata Firas.
“Sudah malam, Pak. Kami pamit pulang,” kata Zulkifli.
Akhirnya semua teman-teman Aida pamit pulang. Ketika mereka di luar kamar teman-teman perempuannya semuanya berkata,” Da, pokoknya nanti kalau masuk kerja Aida harus menceritakan semuanya. Tidak boleh ada yang terlewat dari A sampai Z.”
Aida menghela nafas.
“Aida tidak ada hubungan apa-apa dengan Pak Firas,” jawab Aida.
“Pokoknya harus dijelaskan beserta dengan bukti-buktinya,” kata Ira.
Tiba-tiba Firas keluar dari kamar. Melihat Firas keluar dari kamar teman-teman Aida langsung cepat-cepat pergi.
“Maira minta susu,” kata firas.
Aida menghela nafas lalu masuk ke dalam kamar. Aida membuatkan susu untuk Maira. Firas berdiri di dekat Aida.
“Kenapa Bapak ke sini? Bukankah Bapak sedang banyak pekarjaan?” tanya Aida sambil membuat susu.
“Kebetulan pekerjaanya bisa diselesaikan dengan cepat, sehingga saya bisa manpir ke sini,” jawab Firas.
“Kenapa? Saya mengganggu acara bersenang-senang kalian, ya?” tanya Firas ketika melihat wajah Aida seperti orang yang tidak semangat.
“Bukan begitu. Ini bakalan jadi bahan gosip orang sekantor,” jawab Aida.
Aida mengocok dot Maira lalu memberikan dot kepada Maira.
“Biarkan saja mereka ngomong apa. Toh, diantara kita memang tidak ada apa-apa,” jawab Firas.
Memang diantara mereka tidak ada apa-apa, tapi orang lain pasti menyangka yang tidak-tidak tentang hubungan mereka.
“Bapak sudah makan?” tanya Aida ketika melihat plastik yang berisi makanan.
“Belum. Saya lapar sekali,” jawab Firas.
“Kenapa Bapak tidak makan?” tanya Aida.
“Tadikan banyak teman-teman kamu, masa saya makan sendirian,” jawab Firas.
“Ya sudah, sekarang Bapak makan dulu,” kata Aida.
“Kamu sudah makan, belum?” tanya Firas.
“Belum,” jawab Aida.
“Ayo, makan bareng dengan saya,” ajak Firas.
Aida duduk di sebelah Firas dan merekapun makan bersama. Setelah selesai makan, Firas pun pamit pulang. Namun kali ini Firas tidak pamit kepada Maira, karena Maira sudah tidur sambil menge-nyot dotnya.
***
Keesokan harinya dokter Odie memperbolehkan Maira pulang.
“Alhamdullilah,” ucap Aida.
“Tapi makanannya masih harus dijaga ya, Bu,” kata dokter Odie.
“Baik, Dokter,” jawab Aida.
Setelah dokter Odie pergi Aida menelepon Firas.
“Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Aida.
“Ada apa Aida?” tanya Firas.
“Kata Dokter Odie, Maira sudah boleh pulang,” jawab Aida.
“Alhamdullilah. Nanti saya sore saya jemput. Sekarang hari juma’at, saya harus sholat jum’at. Setelah sholat jum’at saya ada rapat,” kata Firas.
“Baik, Pak. Assalamualaikum,” ucap Aida.
“Waalaikumsalam,” jawab Firas.
Aida mengakhiri pembicaraannya. Aida mulai bersiap-siap untuk pulang.
Pukul setengah lima Firas datang menjemput Maira dan Aida.
“Pak, apakah tagihan rumah sakitnya sudah dibayar?” tanya Aida sebelum mereka pulang.
“Sudah saya bayar,” jawab Firas.
“Alhamdullilah. Terima kasih, Pak,” ucap Aida.
“Sama-sama,” jawab Firas.
Firas beralih ke Maira.
“Maira mau digendong Mamah atau duduk di kursi roda?” tanya Firas.
Maira bingung menjawabnya.
“Sebentar Om ambilkan kursi rodanya.”
Firas keluar dari kamar dan tak lama kemudian Firas datang dengan membawa kursi roda khusus untuk anak.
“Ini kursi rodanya,” kata Firas.
Melihat kursi roda yang dibawa oleh Firas, Maira jadi tertarik untuk duduk di atas. Ia langsung berdiri di atas tempat tidur.
“Au, Om. Mala au dudut di citu,” kata Maira sambil mengulurkan kedua tangannya minta untuk digendong.
Firas langsung mengendong Maira dan menaruhnya di atas kursi roda. Maira senang ketika duduk di atas kursi roda.
“Sudah siap semuanya?” tanya Firas kepada Aida.
“Sudah, Pak,” jawab Aida.
“Let’s go, kita pulang,” Firas mendorong kursi roda keluar dari kamar. Aida mengikuti mereka dari belakang.
Maira terlihat gembira ketika Firas mendorong kursi rodanya. Senyum merekah terlihat di bibir mungil Maira. Sesekali ia menoleh ke belakang melihat ke Mamahnya.
“Lihat ke depan, Nak. Nanti jatuh,” kata Aida dengan khawatir.
Maira langsung melihat ke depan lagi.
Setelah sampai di depan lobby rumah sakit Firas berhenti mendorong.
“Maira tunggu di sini sama Mamah. Om mau ambil mobil dulu,” kata Firas.
Maira menjawab sambil mengangguk.
“Saya ambil mobil dulu,” kata Firas kepada Aida.
“Iya, Pak,” jawab Aida.
Firas langsung berjalan menuju ke tempat parkir. Tak lama kemudian mobil yang dikendarai Firas berhenti di depan lobby rumah sakit. Firas membukakan pintu untuk Aida dan memasukkan barang-barang ke dalam bagasi. Setelah itu Firas mengemudikan kendaraan meninggalkan rumah sakit.
Sepanjang jalan seperti biasa Maira memainkan fentilasi AC.
“Jangan, Maira! Nanti rusak,” Aida menghalangi fentilasi AC dengan tangannya.
Lalu Maira beralih pada laci dashboard. Maira membuka tutup laci.
“Jangan, Maira! Nanti mobil Om rusak,” kata Aida sambil menghalangi tangan Maira.
Kemudian Maira beralih ke kaleng permen. Ia menggoyang-goyangkan kaleng hingga berbunyi klontang .klontang klontang dengan nyaring.
“Maira, berisik,” Aida berusaha mengambil kaleng itu.
“Biarkan saja,” kata Firas sambil menyetir mobil.
Tiba-tiba di depan ada orang sedang berjalan sambil menggiring sapi.
“Maira, lihat ada sapi,” Aida menunjuk ke depan.
Maira langsung melihat ke jalan. Ketika Firas menyusul sapi, Maira langsung melambaikan tangannya ke arah sapi.
“Jajah capi,” ujar Maira.
Firas menoleh ke samping sambil tersenyum melihat Maira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
manusia egois seperti apa yg tega membuang darah dagingnya sendiri... takutnya saat Maira sudah besar ini nantinya mereka datang buat memiliki Maira.. pasti Aida bakal sedih banget tuh..
2023-11-14
0
Yani
Maira lucu
2022-08-26
0
Dewi Zahra
aku suka
2022-07-09
1