“Dimana puskesmasnya?” tanya Firas sambil fokus menyetir.
“Di depan sekitar lima ratus meter lagi,” jawab Aida.
Tiba-tiba Maira bangun dari tidurnya sambil merengek.
“Eekkkk Mama….,” kata Maira.
“Sssttt sayang, Mamah di sini.” Aida mengusap-usap kepala Maira.
Aida mengayun-ayun tubuh Maira agar tidak menangis.
Firas memperlambat laju mobilnya.
“Ini bukan puskesmasnya?” tanya Firas ketika berhenti di depan bangunan yang di depannya bertuliskan puskesmas.
Aida menoleh ke samping mobil.
“Iya betul,” jawab Aida.
“Terima kasih, sudah mengantar kami,” ucap Aida sambil hendak membuka pintu mobil.
“Jangan turun dulu! Saya parkir mobil dulu,” seru Firas.
Aida mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil. Kemudian Firas memarkirkan mobilnya di halaman puskesmas. Setelah mobil berhenti Aida membuka pintu mobil.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena Pak Firas telah mengantarkan kami,” ucap Aida.
“Hm,” jawab Firas sambul mengangukkan kepalanya.
“Assalamualaikum,” ucap Aida lalu keluar dari mobil Firas. Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Firas.
Aida berjalan menuju ke puskesmas. Firas memperhatikan Aida dari dalam mobilnya. Setelah Aida masuk ke dalam puskesmas, Firas bernafas lega.
Firas tidak langsung meninggalkan meninggalkan halaman puskesmas. Namun ia masih memarkirkan mobilnya di halaman puskesmas. Firas membaca chat yang masuk ke ponselnya satu-persatu. Ketika membalas chat di ponselnya ekor mata Firas menangkap Aida yang keluar dari puskesmas. Firas langsung mengalihkan pandangannya ke Aida yang sedang melirik ke kanan dan ke kiri yang sepertinya sedang mencari sesuatu.
“Kok cepat sekali,” kata Firas kepada dirinya sendiri.
Firas membunyikan klakson mobilnya. Aida menoleh ke mobil Firas. Firas menurunkan kaca mobilnya.
“Kok cepat?” tanya Firas kepada Aida.
Aida menghampiri Firas.
“Puskesmasnya tutup sedang makan siang. Saya mau ke rumah sakit saja,” jawab Aida.
“Ya sudah, ayo naik. Saya antar ke rumah sakit,” kata Firas.
“Terima kasih, tidak usah diantar. Saya mau naik ojek saja,” jawab Aida.
“Kalau naik ojek kasihan Maira, nanti kepanasan,” kata Firas.
Tiba-tiba terdengar rengekan Maira karena kena panas matahari.
“Tuh kan Maira menangis. Ayo cepat naik!” seru Firas.
Terpaksa Aida mengikuti perkataan Firas. Aida masuk ke dalam mobil Firas.
“Sebentar saya telepon dokter anak dulu.” Firas mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
“Pak, tidak usah,” cegah Aida.
“Sssttt,” Firas menepelkan telunjuknya ke bibirnya.
Aida langsung diam.
“Assalamualaikum, A,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Odie.
“Aa lagi dimana?” tanya Firas.
“Masih di rumah sakit, lagi istirahat makan siang. Kenapa memangnya?” tanya Odie.
“Ini ada anak pegawai di kantor yang sakit panas, tapi puskesmasnya tutup karena jam istirahat makan siang. Daripada harus menunggu puskesmas buka, lebih baik dibawa ke dokter anak di rumah sakit,” jawab Firas.
“Hah…anak pegawai? Anak pegawai atau “anak pegawai” nih?” goda Odie.
“Anak pegawai beneran, A,” jawab Firas.
“Sejak kapan Pak Diirektur mengurusi anak pegawai yang sedang sakit? Ya sudah. Bawa ke sini saja!” kata Odie.
“Oke, A. Firas berangkat sekarang. Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Odie.
Aida diam mendengar pembicaraan Firas dengan seseorang di seberang sana.
Aida menoleh ke arah Firas dengan wajah seribu tanya. Namun Firas sedang fokus memundurkan mobilnya keluar dari puskesmas sehingga tidak melihat wajah Aida.
Setelah mobil sudah keluar dari halaman puskesmas mobil Firas pun meluncur di jalan raya.
Setengah jam kemudian merekapun sampai ke rumah sakit yang dituju. Firas menghentikan mobilnya di depan lobby rumah sakit.
“Kamu turun duluan. Tunggu saya saya di lobby! Saya mau parkir mobil dulu,” kata Firas.
“Ya, Pak.”
Aida turun dari mobil lalu menuju lobby rumah sakit. Sedangkan Firas memarkirkan mobilnya. Setelah puluh menit Aida menunggu Firas, akhirnya Firas pun datang.
“Maaf lama menunggu,” kata Firas ketika menghampiri Aida.
“Tidak apa-apa, Pak,” jawab Aida.
Mereka pun berjalan menuju tempat pendaftaran. Setelah mendaftar Firas dan Aida menuju ke dokter anak dan duduk di ruang tunggu dokter anak. Sambil menunggu dipanggil Firas menelepon seseorang.
“Assalamualaikum, A. Firas sekarang sudah di ruang tunggu,” kata Firas.
“Waalaikumsalam. Sekarang Aa keluar,” kata Odie.
Pintu ruang dokter anak terbuka seorang dokter sekitar berusia tiga puluh empat tahun keluar dari ruang praktek menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang. Lalu ia tersenyum ketika melihat Firas dan melambaikan tanganya ke arah Firas.
“Ayo, Aida. Maira sudah dipanggil,” kata Firas.
“Eh…” Aida bingung karena ia belum mendengar suster memanggil nama Maira.
Firas langsung beranjak dari tempat duduk lalu menghampiri dokter tersebut. Aida langsung mengikuti Firas dari belakang. Firas menyalami dokter itu. Ia adalah dokter Odie kakak sepupu Firas.
“Mana pegawaimu?” tanya Odie.
“Ini,” jawab Firas sambil menunjuk ke Aida yang berdiri di belakangnya.
“Siapa nama pasiennya?” tanya Odie kepada Aida.
“Maira Puspita,” jawab Aida.
“Sudah daftar di tempat pendaftaran?” tanya Odie.
“Sudah, Dok,” jawab Aida.
“Sus, tolong ambil kasus pasien namanya Maira Puspita. Bawa ke ruangan saya!” kata Odie kepada suster yang duduk di meja yang berada di depan ruang periksa.
“Baik, Dok,” suster itu mulai mencari kartu kasus milik Maira diantara tumpukan kartu kasus pasien yang lainnya.
“Silahkan masuk, Bu,” kata Odie.
Firas dan Aida masuk ke dalam kamar periksa. Mereka duduk di depan meja kerja Odie.
“Kenapa anaknya, Bu?” tanya Odie.
“Sakit panas, Dok,” jawab Aida.
“Dari kapan, Bu?” tanya Odie.
“Dari semalam, Dok. Hanya demam biasa. Tapi tadi sekitar jam sepuluh kata Ibu yang mengasuhnya panasnya tinggi sekali,” jawab Aida.
Tiba-tiba pintu kamar periksa ada yang membuka suster masuk sambil membawa kartu kasus milik Maira.
“Ini Dok, kartu kasus milik Maira Puspita,” kata suster.
“Terima kasih, Sus,” ucap Odie.
“Dibaringkan dulu anaknya, saya mau periksa,” kata Odie.
Aida langsung beranjak menuju brankar yang berada di ruangan tersebut. Sementara itu Odie berbisik kepada Firas, “Kamu hutang penjelasan kepada Aa.”
“Iya,” jawab Firas sambil berbisik.
“Eeekkkkk,” terdengar rengekan Maira ketika ditidurkan di atas brankar.
“Sssstttt diperiksa dulu, ya sayang,” kata Aida yang berusaha menenangkan anaknya yang mulai merengek.
Odie menghampiri brankar untuk memeriksa Maira. Ketika melihat Odie, Maira seperti hendak menangis. Aida mengusap-usap kepala Maira agar tidak menangis.
“Dokter periksa dulu, ya,” kata Odie yang mulai memasang stetoskop ke telinganya.
Odie mulai memeriksa secara keseluruhan.
“ASI nya lancarkan?” tanya Odie.
“Maira tidak minum ASI, Dok. Maira bukan anak kandung saya, dia anak angkat saya,” jawab Aida.
“Oke, saya mengerti.”
Odie menghela nafas panjang.
“Tidak ada radang di tenggorokan dan amandelnya. Saya curiganya Maira terkena demam berdarah. Kalau sudah tiga hari panasnya belum juga turun, harus periksa darah. Kalau buang air kecil atau buang air besarnya ada darah segera bawa ke dokter!” kata Odie.
Aida kaget mendengar penjelasan dokter Odie.
“Ya, Dok,” jawab Aida dengan lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
ujian utk Aida dan Maira belum selesai... semoga mereka berdua tetap bersabar dan bisa saling menguatkan..
2023-11-14
1
Yani
Kasian Aida yang sabar Aida
2022-08-25
2
Dewi Zahra
kasian AIDA nya
2022-07-09
1