Aida sedang mencuci tangannya, tiba-tiba Maya masuk ke dalam pantry.
“Da, buatkan minum untuk tamu Pak Wira,” kata Maya.
“Kopi atau teh, Mbak?” tanya Aida.
“Teh saja,” jawab Maya.
“Sekalian buatkan minum untuk Pak Wira dan Ibu Haifa,” kata Maya.
“Baik, Mbak,” jawab Aida.
Tanpa membuang waktu lama Aida langsung membuatkan minuman. Setelah selesai ia membawa ke ruangan Wira. Maya membantu membukakan pintu ruangan Wira. Ketika Aida masuk ruangan, Wira sedang berbicara dengan tamunya. Aida seperti mengenal suara tamu tersebut. Sewaktu Aida menaruh minuman di atas meja, Wira langsung protes.
“Kok tamunya dibuatkan teh, bukan dibuatkan kopi?” tegur Wira.
“Mbak Maya menyuruh membuat teh,” jawab Aida.
“Teh juga tidak apa-apa. Terima kasih, ya,” kata Firas.
“Kamu harus coba kopi buatan Aida, rasanya nikmat sekali,” kata Wira kepada Firas.
“Iya, saya tau,” jawab Firas sambil tersenyum ke Aida.
“Da, lain kali kalau Pak Firas datang buatkan kopi jangan teh!” kata Wira kepada Aida.
“Ya, Pak,” jawab Aida.
“Saya permisi dulu,” kata Aida.
“Terima kasih, Aida,” ucap Haifa.
Aida pun keluar dari ruangan Wira. Ketika berada di luar ruangan Aida langsung menarik nafas lega.
“Kenapa, Da?” tanya Maya heran.
“Pak Wira mau tamunya dibuatkan kopi bukan teh,” jawab Aida.
“Biasanya Pak Wira tidak pernah protes kalau tamunya dikasih teh,” kata Maya.
“Saya juga nggak tau, Mbak,” jawab Aida sambil mengangkat bahu.
Aida kembali ke pantry.
***
Tak terasa sebulan sudah Aida bekerja dengan Firas. Aida mengerjakan semua pekerjaannya dengan ikkhlas mengingat besarnya biaya yang dikeluarkan oleh Firas untuk pengobatan Maira. Sebenarnya Aida masih memiliki tabungan di bank untuk menggantikan uang Firas. Hanya saja Aida tidak mau mempergunakannya karena itu adalah uang untuk jaga-jaga jika sewaktu-waktu ia membutuhkan uang banyak.
Hari ini seperti biasa Firas datang menjemput untuk pergi ke rumah Firas. Di jalan Firas berhenti sebentar di sebuah ruko.
“Tunggu sebentar. Saya mau ke ATM dulu,” kata Firas.
Firas keluar dari mobilnya dan menuju ke ATM yang berada di ruko tersebut. Tak lama kemudian Firas kembali. Firas mengeluarkan amplop coklat dari dalam saku celananya lalu diberikan kepada Aida.
“Ini gaji kamu selama kamu membersihkan rumah saya,” kata Firas.
“Tidak usah, Pak. Bapak sudah banyak membantu saya,” Aida menolak menerima pemberian Firas.
Firas memegang pergelangan tangan Aida lalu di taruhnya amplop itu di atas telapak tangan Aida.
“Terima uang ini. ini hak kamu karena sudah membantu saya. Jangan jadikan saya orang yang zolim karena tidak memberikan hak pegawai saya,”kata Firas.
Aida menghela nafas. Dan ia pun menerima uang pemberian Firas. Namun tanpa membukanya Aida memberikan kembali amplop itu kepada Firas.
“Saya mau menyicil pembayaran rumah sakit Maira,” kata Aida.
“Tidak usah, saya ikhlas membayarkannya. Maira anak yang dibuang oleh kedua orang tuanya. Sudah selayaknya saya menolongnya,” kata Firas.
Aida terharu mendengarnya. Firas benar, ia tidak berhak menghalangi jika ada orang yang ingin memberikan bantuan untuk Maira.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka.
“Maira, mau sarapan apa?” tanya Firas sambil fokus menyetir mobil.
Maira tidak menjawab pertanyaan Firas. Ia sdang asyik dengan mainan yang menepel di dashboard mobil. Firas sengaja menempel hiasan pada dashboard mobilnya untuk mainan Maira. Agar anak itu anteng selama di dalam mobil.
“Maira, ditanyain tuh sama Om Firas,” kata Aida sambil mengusap rambut Maira.
Maira menoleh ke Aida.
“Napa, Mama?” tanya Maira.
“Ditanyain Om Firas, tu,” jawab Aida.
Maira menoleh ke Firas.
“Napa, Om?” tanya Maira.
“Maira mau sarapan apa?” tanya Firas.
“Mala au bubuy ayam,” jawab Maira.
“Oke kalau mau bubur ayam,” kata Firas.
“Mamahnya mau apa?” tanya Firas.
“Terserah Bapak saja,” jawab Aida.
“Saya sih mau nasi uduk. Sudah lama tidak makan nasi uduk,” kata Firas.
Firas menoleh ke Aida.
“Kamu mau nggak nasi uduk?” tanya Firas.
“Mau, Pak,” jawab Aida.
“Oke, kita cari penjual nasi uduk yang bersebelahan dengan bubur ayam,” kata Firas.
Firas melaju mobilnya sambil mencari penjual nasi uduk dan bubur ayam.
“Ah, akhirnya ketemu,” kata Firas.
Firas memarkirkan mobilnya.
“Makan di sini , nggak apa-apa kan?” tanya Firas ke Aida.
“Iya, nggak apa-apa,” jawab Aida.
“Ayo Maira, kita sarapan dulu,” kata Firas.
Mereka pun keluar dari mobil menuju ke penjual nasi uduk.
“Bang, nasi uduk komplit dua,” kata Firas ke penjual nasi.
Setelah itu Firas ke penjual bubur ayam.
“Bang, buburnya setengah. Jangan pakai kacang dan sambal. Anterin ke tempat nasi uduk, ya Bang,” kata Firas ke penjual bubur.
“Baik, Mas,” jawab penjual bubur.
Ketika Firas kembali ke tempat nasi uduk, sudah tersedia dua piring nasi uduk di atas meja.
“Kok, belum dimakan?” tanya Firas.
“Nunggu Bapak,” jawab Aida.
“Ayo kita makan. Saya sudah lapar,” kata Firas.
Lalu mereka pun menyantap nasi uduknya.
“Pak, bubur ayamnya,” penjual bubur ayam mengantarkan pesanannya.
“Terima kasih,” ucap Firas.
“Maira, ini bubur ayamnya,” Firas memberikan bubur ayam kepada Aida.
Aida menyuapi Maira sambil makan.
Setelah selesai sarapan mereka melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Firas. Akhirnya mereka sampai di rumah Firas.
“Campe, deh,” kata Maira ketika Firas berhenti di depan rumahnya.
“Kamu sudah hafal rumah, Om,” kata Firas sambil mengusap rambut Maira.
Firas turun dari mobil dan membuka pintu pagar rumahnya, lalu memasukkan mobilnya ke halaman rumahnya. Kemudian menggembok kembali pintu pagar rumahnya.
Aida bersiap-siap untuk membersihkan rumah namun sebelum memulai pekerjaannya Aida mau membuatkan minum untuk Firas.
“Bapak mau minum apa?” tanya Aida.
“Kopi saja,” jawab Firas.
Aida pun membuatkan kopi untuk Firas. Setelah memberi kopi kepada Firas Aida mulai bekerja membersihkan rumah Firas.
Selama Aida membersihkan rumah Maira bermain di halaman belakang. Batita itu sangat senang bernain di halaman belakang. Ia mengejar kupu-kupu. Meloncat-loncat hendak menangkap burung atau mengikuti kodok dari belakang. Batita itu tidak takut dengan binatang repitel, berbeda dengan Mamahnya yang sangat jijik dengan binatang reptile.
Firas duduk di teras memperhatikan Maira yang sedang bermain. Tiba-tiba Firas merasa lapar perutnya.
“Maira,” Firas memanggil Maira.
Maira menoleh ke Firas.
“Sini. Om mau ngomong sama Maira,” kata Firas.
Maira mendekati Firas.
“Aja apa?” tanya Maira.
“Kita ke mini market, yuk. Om mau jajan,” kata Firas.
“Mala boyeh beyi ekim?’ tanya Maira.
“Boleh. Maira boleh beli ice cream,” jawab Firas.
“Sekarang ke Mamah, cuci tangan dan kaki,” kata Firas.
Maira langsung menghampiri mamahnya yang sedang mengelap kaca.
“Mamah, au tuti ngangan dan tati,” kata Maira.
“Maira sudah mainnya?’ tanya Aida.
“Mala au beyi ekim cama Om,” jawab Maira.
Aida menoleh ke Firas.
“Mau jajan ke mini market,” kata Firas.
“Ayo ke kamar mandi,” ajak Aida.
Setelah bersih Maira dan Firas pun pergi ke mini market. Karena mini market cukup jauh dari rumah Firas, terpaksa harus naik mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Faras udah cocok jadi papa tuh.. telaten banget jagain Maira... 😊😊
2023-11-14
1
Yani
Siapa ya orang tuanya Maira ?
2022-08-26
1
Dewi Zahra
semangat kak
2022-07-10
1