“Mama, au capi,” kata Maira setelah sapi tidak kelihatan lagi.
“Kalau mau punya sapi harus luas halamannya. Rumah kita kan kecil. Halamannya sempit,” kata Aida memberi pengertian kepada Maira.
“Kica beyi luma yang jede...cekayi,” kata Maira sambil menggerakkan tangannya ke samping.
“Aamiin. Maira doakan, ya,” kata Aida sambil mengusap kepala Maira.
Akhirnya sampai juga mereka di depan mini market Indojuli yang berada di dekat rumah Aida. Seperti biasa Firas memarkirkan mobilnya di minimarket. Firas dan Aida berjalan menuju ke rumah Aida.
“Assalamualaikum,” Aida mengucapkan salam ketika masuk ke dalam rumahnya.
“Silahkan masuk, Pak," Aida mempersilahkan Firas untuk masuk ke dalam rumah.
Firas masuk ke dalam rumah Aida dan menaruh barang-barang milik Aida di atas kursi.
“Duduk dulu, Pak. Sebentar saya buatkan minum dulu,” kata Aida.
“Maira, turun ya. Mamah mau buatkan Om minum,” Aida menurunkan Maira dari gendongannya.
Batita itu sekarang duduk di kursi. Aida membawa masuk ke kamar barang-barang bawaannya, setelah itu barulah ia membuatkan minuman untuk Firas.
Tak lama kemudian Aida datang dengan membawa secangkir teh dan setoples camilan.
“Maaf, camilannya cuma ada ini,” kata Aida.
“Tidak apa-apa,” jawab Firas.
Firas meminum teh yang disajikan Aida.
“Kapan saya mulai bekerja di rumah Bapak?” tanya Aida.
Mendengar pertanyaan Aida, Firas langsung berhenti minum.
“Mulai minggu depan saja, ya. Kamu masih cape baru pulang dari rumah sakit,” jawab Firas.
“Baiklah,” kata Aida.
Firas melanjutkan minum teh.
“Mama, au uweh,” kata Maira sambil menunjuk ke toples kue di atas meja.
Firas mengambil kue dari toples lalu diberikan kepada Maira.
“Bilang apa, Maira?” tanya Aida setelah diberikan kue oleh Firas.
“Ma acih,” kata Maira.
Firas tersenyum sambil mengusap-usap kepala Maira.
“Saya pamit pulang. Sudah mau magrib,” kata Firas.
“Terima kasih, Pak. Atas semua bantuan yang Bapak berikan,” ucap Aida.
“Sama-sama, Aida,” jawab Firas.
Firas beralih ke Maira.
“Maira, Om pulang dulu. Cepat pulih kembali, ya. Jangan sakit-sakitan lagi! Kasihan Mamah kalau Maira sakit,” kata Firas ke Maira.
Maira menjawab dengan mengangguk.
“Salam dulu,” Firas mengulurkan tangannya ke Maira.
Maira mencium punggung tangan Firas dengan mulutnya yang penuh dengan kue.
“Muah,” suara khas Maira ketika mencium tangan.
“Aduh Maira, tangan Omnya jadi kotor,” kata Aida melihat tangan Firas yang kotor karena kue dari mulut Maira.
“Tidak apa-apa, namanya juga anak-anak,” kata Firas.
“Dadah Maira,” Firas melambaikan tangannya ke Maira.
“Jajah, Om,” jawab Maira sambil melambaikan tangannya.
“Assalamualaikum,” ucap Firas.
“Waalaikumsalam,” jawab Aida.
Aida mengantar Firas sampai ke depan pintu pagar. Setelah Firas menjauh Aida masuk ke dalam rumah, namun tiba-tiba ada yang memanggilnya.
“Aida,” panggil Ibu Ida.
Aida menoleh ke belakang.
“Eh, Ibu,” Aida menghampiri Ibu Ida.
Aida membuka pintu pagar.
“Maira sudah pulang?” tanya Ibu Ida.
“Sudah,” jawab Aida.
“Nene,” panggil Maira dari depan pintu.
Kemudian batita itu berlari ke arah Ibu Ida.
“Jangan lari, sayang!” kata Aida.
Namun Maira tidak menghiraukan perkataan Mamahnya, ia tetap saja berlari ke Ibu Ida. Setelah mendekat Maira langsung memeluk kaki Ibu Ida.
“Maira sudah sembuh?” tanya Ibu Ida kepada Maira sambil mengusap kepala Maira.
“Cudah,” jawab Maira.
“Alhamdullilah, Cucu Nenek sudah sehat,” ucap Ibu Ida.
Tiba-tiba terdengar suara adzan magrib.
Allahu akbar allahu akbar.
“Sudah magrib. Nenek pulang dulu, mau sholat,” kata Ibu Ida.
“Mala uga au colat,” kata Maira ke Aida.
“Nanti Maira sholat sama Mamah,” jawab Aida.
“Nenek pulang dulu, ya. Dadah Maira. Assalamualaikum,” Ibu Ida melambaikan tangannya ke Maira.
“Walacumcalam,” jawab Maira sambil melambaikan tangannya ke Ibu Ida.
Aida menutup pintu pagarnya lalu mengajak Maira masuk ke dalam rumah.
***
Tak terasa hari Senin pun tiba. Aida sudah bisa masuk kerja kembali. Seperti biasa Maira dititipkan di rumah Ibu Ida. Ketika Aida sedang mengisi absen, teman-temannya sesama office girl langsung menghampirinya.
“Bagaimana keadaan Maira?” tanya Uni.
“Alhamdullilah sudah sehat,” jawab Aida.
“Jangan lupa nanti ceritakan dari A sampai Z tentang kamu dan Pak Firas!” seru Ade.
“Ssssttttt jangan kenceng-kenceng, nanti ada yang dengar,” kata Uni sambil berbisik.
“Ada yang denger juga nggak apa-apa,” kata Ade.
“Takut ada yang sirik sama Aida,” ujar Uni.
“Benar juga, ya. Nanti Aida diteror seperti Ibu Haifa,” kata Ade.
“Tuh, kan sudah tau,” kata Uni.
“Ceritanya pas makan siang saja. Di pantry lantai tujuh, biar nggak ada yang dengar,” usul Ade.
“Iya, bener. Siapa yang berani ke pantry lantai tujuh? Lantai tujuh khusus untuk ruangan Pak Broto saja,” kata Uni.
“Oke, makan siang kita kumpul di lantai tujuh,” kata Ade.
Mendengar ucapan teman-temannya Aida hanya bisa pasrah saja.
Ketika waktunya makan siang, teman-teman Aida sudah bersiap-siap dengan membawa makan siang mereka untuk mendengarkan cerita Aida. Di sinilah mereka semua berkumpul, di pantry lantai tujuh.
“Ayo, Da. Kamu harus menceritakan semua. Mulai dari bagaimana caranya kamu bisa berkenalan dengan Pak Firas, sampai kenapa Pak Firas datang ke rumah sakit,” kata Uni.
Aida menghela nafas terlebih dahulu dan mulailah ia bercerita. Teman-teman Aida makan sambil mendengarkan sambil cerita Aida.
“Sungguh beruntung kamu bisa berkenalan dengan Pak Firas. Aku saja yang sering bertemu Pak Firas, cuma bisa memandang wajahnya,” kata Ira.
Tiba-tiba pintu pantry terbuka.
“Wah, rupanya lagi pada ngumpul,” kata Pak Broto yang tiba-tiba nongol dari balik pintu.
Melihat Pak Broto nongol di depan pintu, semua orang yang berada di pantry langsung berdiri.
“Lagi ngomongin apa sih?” tanya Pak Broto.
“Lagi kangen-kangenan sama Aida, Pak. Sudah lama tidak bertemu,” jawab Ade.
“Keadaan Maira, bagaimana? Sudah pulang dari rumah sakit?” tanya Pak Broto.
“Alhamdullilah sudah sehat, Pak. Sekarang sudah ada di rumah,” jawab Aida.
“Syukurlah kalau begitu. Ayo terusin lagi makannya. Saya mau makan siang juga,” kata Pak Broto.
“Iya, Pak,” jawab semuanya.
Pak Broto menutup kembali pintu pantry. Semua orang langsung bernafas lega.
“Ayo, terusin lagi,” kata Ira.
Aida melanjutkan ceritanya.
Sore harinya ketika Aida sedang mengisi absen pulang, Pak Heru memanggil Aida dan Uni. Pak Heru yang mengepalai office boy dan office girl di kantor ini.
“Aida, Uni ke sini dulu ada yang mau saya bicarakan,” kata Pak Heru.
Aida dan Uni menghampiri meja Pak Heru.
“Duduk,” kata Pak Heru.
Aida dan Uni duduk di depan meja kerja Pak Heru.
“Tadi pagi saya dipanggil oleh Pak Broto. Beliau menyuruh saya untuk menukar kembali wilayah kerja kalian,” kata Pak Heru.
“Kamu Aida, kembali ke lantai enam. Uni kamu kembali ke lantai tujuh,” lanjut Pak Heru.
“Baik, Pak,” jawab Aida dan Uni bersamaan.
“Ya sudah. Kalian boleh pulang,” kata Pak Heru.
Aida dan Uni meninggalkan ruangan Pak Heru.
“Da, kamu merasa ada yang aneh nggak dengan penukaran wilayah kerja kita,” bisik Uni ketika mereka berjalan keluar.
“Maksud Uni?” tanya Aida.
“Maksudku, sepertinya Pak Broto sengaja memindahkanmu ke lantai enam. Agar Aida bisa sering bertemu Pak Firas,” jawab Uni sambil berbisik.
“Uni, saya nggak memiliki hubungan apa-apa dengan Pak Firas,” kata Aida.
“Mungkin, Pak Broto mau menjodohkan kalian berdua,” ujar Uni.
“Sudah sore, aku pulang duluan ya,” Aida melangkah cepat-cepat meninggalkan Uni
“Aida…..kenapa aku ditinggalin!” teriak Uni.
Aida tidak menghiraukan Uni. Meladeni omongan teman-temannya tidak ada habisnya. Lebih baik ia pulang cepat, kasihan Maira sudah menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Hendro 212
maira yg imut dengan omongan cadelnya😀😀😀
2024-09-18
1
Sandisalbiah
wah.. semoga semuanya dimudahkan utk Aida krn dia berhak buat bahagian...
2023-11-14
1
Yani
Suka ma ceritanya bagus
2022-08-26
1