Pemberitahuan.
Novel yang biasa di up 00.00 WIB akan saya pindahkan ke jam 20.00 WIB. Jadi mulai nanti tidak ada up tengah malam.
***
Aida sedang membereskan barang-barang yang akan dibawanya ke rumah Firas. Ibu Ida membantunya membereskan barang-barang.
“Mestinya kamu pikirkan baik-baik tawaran pekerjaan itu,” kata Ibu Ida sambil memasukkan baju-baju Maira ke dalam tas.
Aida hanya diam sambil mendengar perkataan Ibu Ida.
“Menjadi penjaga rumah bukanlah pekerjaan yang gampang. Pekerjaan itu tidak cocok untuk perempuan, lebih cocok untuk laki-laki. Ini pekerjaan yang berbahaya. Bagaimana kalau ada yang tau rumah sebesar itu hanya dihuni oleh perempuan dan seorang batita,” kata Ibu Ida sambil terus memasukkan baju Maira ke dalam tas.
“Kalau saja kemarin Ibu tidak sakit-sakitan, tentu kamu tidak akan menerima pekerjaan ini,” kata Ibu Ida lagi.
Aida menghentikan pekerjaannya lalu meraih tangan Ibu Ida.
“Bu, bukan karena Ibu sakit-sakitan Aida menerima pekerjaan ini. Pekerjaan ini ditawarkan Pak Firas sudah dari dulu, hanya saja Aida belum memikirkannya. Puncaknya Pak Firas melihat Aida membawa Maira ke kantor, ia mendesak Aida untuk menerima pekerjaan ini. Gaji yang Pak Firas tawarkan besar sekali dibandingkan dengan gaji office girl,” kata Aida.
“Tapi Da, resikonya juga besar. Gajinya tidak sebanding dengan resikonya,” kata Ibu ida.
“Bagaimana kalau ada orang jahat masuk dan mem….”
“Astagfirullahaladzim. Nauzubillah min zalik. Ya, Alloh lindungilah anakku,” ucap Ibu Ida sambil menangis.
Aida langsung memeluk Ibu Ida.
“Doakan Aida, Bu. Supaya Aida dan Maira selamat,” kata Aida.
“Ibu selalu mendoakanmu,” kata Ibu Ida sambil mengusap punggung Aida.
***
Keesokan harinya Firas datang menjemput Aida.
“Sudah siap yang mau kamu bawa?” tanya Firas.
“Sudah, Pak,’ jawab Aida.
“Peralatan dapur tidak usah dibawa. Nanti kita beli saja kalau ada yang diperlukan,” kata Firas.
“Iya, Pak,” jawab Aida.
Ibu Ida menghampiri Firas.
“Pak Firas, titip Aida, ya! Tolong selalu dipantau, Ibu takut ada apa-apa menimpa Aida. Aida sudah Ibu anggap seperti anak Ibu sendiri,’ kata Ibu Ida.
Firas tersenyum.
“Ibu tidak usah khawatir, saya tidak melepas Aida begitu saja. Saya akan terus memantau Aida. Lagipula di lingkungan rumah saya di jaga oleh satpam komplek selama dua puluh empat jam,” jawab Firas.
“Terima kasih, Pak Firas,” ucap Ibu Ida.
“Sama-sama, Bu,” jawab Firas.
“Bu, Aida pergi dulu,” pamit Aida.
“Jaga diri baik-baik, Da. Kalau hari sabtu dan minggu pulang ke sini, ya,” kata Ibu Ida.
“Iya, Bu,” jawab Aida.
Aida mencium tangan Ibu Ida. Maira ikut mencium tangan Ibu Ida.
“Maira, jaga Mamah ya,” kata Ibu Ida sambil mengusap kepala Maira.
“Iya, Nene,” jawab Maira.
“Saya permisi dulu, Bu. Assalamualaikum,” ucap Firas
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Ida.
Aida dan Firas pun meninggalkan rumah Aida. Ibu Ida memperhatikan mereka dari belakang sambil berlinang air mata.
***
Aida tertegun di depan paviliun yang berada di halaman belakang. Paviliun itu tadinya kosong dan catnya sudah mulai kusam. Namun kini sudah berubah menjadi sebuah paviliun yang nyaman untuk dihuni. Di dalam paviliun ada sofa yang nyaman lengkap dengan meja dan televisinya. Tidak jauh dari televis ada sebuah sebuah pantry yang lengkap dengan kompor, kulkas serta wastafel untuk mencuci piring.
“Saya pindahkan dapur ke sini agar kamu nggak usah jauh-jauh ke rumah utama untuk masak. Kamu bisa masak sambil mengawasi Maira,” kata Firas tanpa ditanya.
“Ayo Maira, kita lihat kamar Maira dan Mamah,” Firas mengajak Maira ke kamar tidur.
Aida mengikuti mereka dari belakang. Firas membuka pintu kamar tidur. Di dalam kamar itu terdapat dua buah lemari. Yang satu berukuran sedang dan satu lagi berukuran kecil. Yang berukuran sedang berwarna coklat muda serasi dengan warna headboard tempat tidur. Sedangkan lemari yang kecil bergambar film animasi frozen dengan gambar tokoh Elsa.
“Ini lemari baju Maira. Om tidak tau Maira suka gambar apa. Jadi Om pilihkan gambar Elsa,” kata Firas.
Aida menghela nafas. Bagi Aida ini sangat berlebihan.
“Maira suka, nggak?” tanya Firas kepada Maira.
“Mala cuka, Om,” jawab Maira.
“Pak, ini sangat berlebihan! Saya memang akan bekerja di sini, tapi bukan seperti ini caranya,” Aida protes.
“Tidak apa-apa. Sengaja saya siapkan ini agar kamu dan Maira betah tinggal di sini,” jawab Firas.
“Tapi jadi merepotkan Bapak untuk menyiapkan ini semua,” kata Aida.
“Bukan saya yang mengurus ini semua, saya menyuruh asisten saya untuk mengurusnya,’ jawab Firas dengan tenang.
Aida menghela nafas. Ia tidak setuju dengan semua ini, apalagi melibatkan karyawan kantor Firas.
“Bapak pasti sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli ini semua,” kata Aida.
“Tidak banyak cuma sedikit,” jawab Firas dengan santai.
Aida membawa tas-tasnya ke dalam kamar.
“Membereskan barangnya nanti saja. Sekarang kita makan dulu, saya sudah lapar,” kata Firas di depan pintu kamar.
Aida ke luar dari kamar.
“Mau pesan makanan atau mau makan di luar?” tanya Firas sambil memegang ponselnya. Sepertinya ia siap untuk memesan makanan.
“Saya masak saja, Pak,” jawab Aida.
Aida berjalan menuju ke kulkas.
“Kulkasnya kosong belum diisi apa-apa,” kata Firas.
Aida membuka kulkas, benar saja kulkasnya masih kosong. Besok pagi ia akan berbelanja ke pasar. Namun Aida bingung naik apa dia ke pasar. Biasanya dia ke pasar naik sepeda, namun di sini tidak ada sepeda. Sepertinya ia ke pasar harus naik ojek. Aida menghela nafas.
“Oh, ya. Ada satu hal yang belum saya beritahu kamu,” sahut Firas.
“Apa itu, Pak?” tanya Aida.
“Ayo ikut saya,” kata Firas.
Aida mengikuti Firas ke rumah utama. Mereka meninggalkan Maira yang sedang asyik menonton televisi. Firas berjalan menuju ke garasi. Di dalam garasi ada sebuah motor matik yang masih baru dan belum ada plat nomornya.
“Kamu bisa naik motor, kan?” tanya Firas.
“Bisa, Pak,” jawab Aida.
“Motor ini bisa kamu pakai untuk berbelanja atau untuk keperluan yang lain,” kata Firas.
“Plat nomornya belum keluar. Nanti kalau sudah ada akan langsung dipasang,” kata Firas lagi.
“Kamu punya sim motor?’ tanya Firas.
“Punya, Pak,” jawab Aida.
“Baguslah. Jadi lebih leluasa kamu memakainya,” kata Firas.
“Sekarang kita pesan makanan. Saya sudah lapar sekali. Atau kamu mau makan di luar sekalian ke supermarket sekalian belanja untuk isi kulkas?” tanya Firas.
“Tidak usah, Pak. Besok subuh saya belanja ke pasar,” jawab Aida.
“Maira bagaimana? Kalau subuh Maira pasti masih tidur,” tanya Firas.
“Saya bawa, Pak. Maira sudah biasa dibawa ke pasar,” jawab Aida.
“Ya sudah. Hati-hati ke pasarnya,” kata Firas.
“Ya, Pak,” jawab Aida.
“Jadi kita makannya pesan aja?” tanya Firas sekali lagi.
“Iya, pesan saja. Saya mau membereskan barang-barang,” jawab Aida.
“Oke,” Firas mulai berselancar dengan gawainya mencari makanan untuk makan siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
Firas itu bos rasa suami ya Aida... 🤭
2023-11-14
1
Yani
Kayanya Furas ada hati ni 🤭
2022-08-26
1
Dewi Zahra
lanjut
2022-07-10
1