Setelah makan bersama, semua keluarga berkumpul di ruang keluarga, bercengkrama hingga tak terasa malam hari pun tiba.
"Kak, udah malam, masuk kamar gih, aku udah gak sabar loh mau jadi aunty" Celetuk Tasya di sela-sela perbincangan keluarga yang sedang membahas tentang pekerjaan mereka masing-masing.
Sontak semua pasang mata langsung menatap ke arah Tasya, sementara Tasya yang merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya, tidak terima ditatap oleh semua orang seperti sedang ketahuan mencuri mangga di kebun pak RT.
"Apa sih pada lihatin aku kayak gitu? Emangnya, omongan aku tadi salah ya, enggak kan!"
"Tasya, jangan ngomong gitu ih, lihat tuh muka kakak ipar kamu jadi merah gitu" Tegur Bu Winda, sembari menunjuk ke arah menantunya yang saat ini sudah tertunduk malu.
Mendapat teguran dari Mama nya, Tasya mengerucut bibirnya sembari bergelayut di lengan Wahyu, sudah kebiasaan Tasya bermanja meminta pembelaan pada kakaknya saat mendapat ocehan dari Mama atau Papa nya.
"Kak, belain aku dong. Aku benar kan kak, kalau kakak udah nikah, berarti aku bentar lagi bakalan jadi aunty iya kan? Iya kan, Kak Naura?" Naura hanya mengangguk, sungguh dia sangat malu saat ini. Mempunyai adik ipar yang barbar sepertinya akan membuatnya senam jantung setiap hari.
Wahyu tersenyum, dia mengusap lembut puncak kepala adik kesayangannya itu. Apapun permintaan Tasya, pasti dia turuti, termasuk saat ini, adik manja nya ini sudah ingin menjadi aunty, dan sudah pasti dengan senang hati dia akan mengabulkannya.
"Iya kamu benar, coba deh sekarang bilang sama kakak, kamu mau punya ponakan berapa?"
Pshhhh... Sontak Naura mengangkat kepalanya menatap sang suami. Ternyata suaminya itu sama saja dengan adiknya.
"Em, satu, dua, tiga, empat, lima. Eh enggak enggak, lima kebanyakan, tiga aja deh Kak, Cowok Cewek Cowok" ujar Tasya cekikikan, dia membayangkan bermain bersama tiga keponakannya yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan, dan dialah yang selalu menjadi pemenang disetiap permainan.
"Hem, okeh. Kakak bakalan kasih kamu tiga keponakan" ucap Wahyu terkekeh, dia sudah seperti orang bodoh saja dibuat oleh adik manja nya ini.
"Ayo, Naura kita ke kamar, kamu dengarkan kalau Tasya sudah kepingin jadi aunty?"
Naura mengangguk, tapi dia terasa berat untuk beranjak dari tempat duduknya. Dia menatap orang-orang yang berada di ruangan itu seperti sedang menahan tawa. Saat ini Naura merasa sudah seperti tawanan yang sebentar lagi akan di eksekusi mati.
"Naura, ayo," Kini Wahyu sudah berdiri dihadapan istrinya, dengan mengulurkan tangannya, tapi Naura hanya menatap uluran tangan Wahyu tanpa berani menyambutnya.
Sekali lagi, Naura menatap satu-persatu orang-orang yang berada di dalam ruangan itu berharap ada yang mencegahnya dan meminta dia untuk tetap berada di ruangan itu bercengkrama bersama keluarga, namun mereka semua malah langsung mengalihkan tatapan mereka ke arah lain saat Naura menatap mereka.
'Ya ampun, kenapa sih tidak ada satupun yang menahan aku untuk tetap disini'
"Udah sih, Kak, langsung gendong aja ala Bridal Style, kayak yang di drama-drama Korea gitu" Tasya lagi-lagi memprovokasi kakaknya. Dan Wahyu pun menuruti saran sang adik, lalu segera menggendong istrinya seperti yang disarankan oleh adiknya itu.
Hampir saja Naura memekik kalau saja diruangan itu tidak ada siapa-siapa, dia menahan suaranya sembari memejamkan mata. Ini pertama kalinya dia disentuh oleh laki-laki selain ayahnya.
Sepanjang langkah berada di dalam gendong suaminya, Naura menutup matanya dengan rapat, rasanya begitu malu, jantungnya pun berdegup tak beraturan, nafasnya mulai memburu. Cerita malam pertama yang sering dia dengar dari teman-temannya, membuat bulu kuduk Naura seketika meremang.
Hingga, Naura merasakan tubuhnya diletakkan di atas kasur yang empuk membuatnya semakin merapatkan matanya, dia tidak berani menatap suaminya. Lama tidak ada pergerakan, Naura pun sedikit membuka matanya untuk mengintip keadaan sekitar, dia pun merasa lega mendapati suaminya sudah tidak berada di hadapannya.
Namun, baru beberapa saat merasa lega, Naura seakan ingin lompat dari atas ranjang itu melihat suaminya berjalan ke arah nya.
"Aku habis mengunci pintu dan menyumpal lubang kuncinya" ucap Wahyu, lalu duduk disamping istrinya yang masih berbaring di atas ranjang yang penuh dengan taburan kelopak bunga-bunga.
"Adik aku itu orangnya barbar banget, gak menutup kemungkinan dia gak ngintipin kita, makanya aku menyumpal lubang kuncinya. Kamu lihat kan tadi, dia semangat banget pengen jadi aunty. Em, Kira-kira kamu mau gak mengabulkan permintaan adik ipar mu itu?"
Naura hanya diam saja, dia tidak tau harus menjawab bagaimana pertanyaan suaminya ini. Situasinya sekarang benar-benar membuatnya senam jantung.
"Tunggu dulu," Naura menangkap tangan suaminya yang hendak menyentuh pipinya, kemudian dia pun bergerak untuk duduk.
"Apa aku boleh bicara sebentar?" Wahyu mengangguk, dia pun menarik kembali tangannya.
"Em, Aku harus panggil kamu dengan sebutan apa?" tanya Naura pelan.
Wahyu nampak berpikir, Kira-kira sebutan apa yang bagus untuk dirinya.
"Em, usia kamu 22 tahun kan?" Naura mengangguk. "Dan usia aku 28 tahun, yah terserah kamu deh mau panggil aku dengan sebutan apa. Abang, sayang, kakak, my lovely, my honey, my husband, suka-suka kamu ajalah" jawab Wahyu dengan tersenyum.
"Em, gimana kalau aku manggilnya, Mas? Mas Wahyu" ucap Naura sedikit canggung, takut-takut suaminya tidak setuju dipanggil dengan sebutan seperti itu.
"Mas Wahyu? Em, menarik juga, itu juga boleh" Wahyu tersenyum, dia kembali ingin menyentuh pipi istrinya, namun Naura menahannya lagi.
"Oh ya, Mas. Satu lagi, apa aku masih boleh kuliah?" tanyanya dengan hati-hati, khawatir suaminya akan marah jika dia membahas tentang kuliahnya.
"Tentu saja boleh, kenapa bertanya seperti itu? apa kamu pikir aku akan melarangmu untuk kuliah, malah sekarang semua biaya kuliah mu adalah tanggung jawab ku" Ucap Wahyu, dan membuat Naura berkaca-kaca. Dia tidak menyangka akan mendapatkan suami sebaik ini, meski mereka hanya di jodohkan.
"Naura, ngomongnya nanti aja ya, kamu tidak kasihan sama ranjang dan bunga-bunga ini dari tadi kita anggurin"
"Mas, aku... Mpthhh....
Belum sempat Naura berbicara, mulutnya sudah disumpal oleh bibir suaminya.
Bukan hanya di bibir, Wahyu menuntun bibirnya turun ke leher jenjang istrinya, mencecap dan memberikan gigitan kecil sehingga meninggalkan tanda kemerahan disana.
" Mas, udah stop" Naura mendorong tubuh suaminya, sehingga membuat Wahyu kecewa, dia berpikir jika istrinya ini tidak ingin di sentuh.
"Kenapa Naura? aku ini sudah menjadi suamimu"
"Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud untuk menolak Mas, tapi sekarang aku lagi P-M-S...
"Apa? Ya ampun Naura, kenapa gak bilang dari tadi sih! Aduh, jadi pusing kepalaku" Wahyu mengacak-acak rambutnya sendiri, benar-benar menjengkelkan, menahan sesuatu yang sudah bergejolak itu sangat tidak enak.
"Mas, maaf...
Walau merasa kesal, tapi Wahyu tetap tersenyum. Dia meraih tubuh istrinya ke dalam dekapannya, kemudian merebahkan tubuh mereka di atas ranjang. Wahyu mencium kening istrinya, lama tak melepaskan hingga dia akhirnya pun tidur dengan posisi saling memeluk dan bibir Wahyu yang terus menempel di kening istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
May
kecewa. malam pertama 😀😀
2023-03-28
0
Muhammad Jaya Qusairi
lanjut
2022-07-09
1
Senajudifa
hai thor salken dr kutukan cinta y mampirlah jika berkenan kenovelku...sdh kumasukan dlm favoritku y
2022-06-25
1