Sesampainya di toilet, Diandra segera menghubungi nomer Wahyu. Diandra tercekat karena yang mengangkat teleponnya bukanlah Wahyu, melainkan seorang wanita.
"Halo....
Suara diseberang sana membuat Diandra terpaku, dia tau itu suara siapa. Diandra mendengar suara itu tanpa menyahuti, berharap Wahyu akan mengambil ponselnya dari istrinya itu dan berbicara padanya.
Sementara Naura, karena tidak ada sahutan dari yang menelpon, dia pun mematikan sambungan teleponnya dan meletakkan kembali ponsel Wahyu di atas nakas.
Wahyu yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat Naura meletakkan ponselnya di atas nakas, tapi setelah mengingat sesuatu Wahyu pun jadi sedikit lega.
Semalam, saat masih berada dihotel Bangka. Wahyu menghapus nama Diandra, dan nomor Diandra juga di arsipkan nya untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Diandra mengirim pesan dan ponselnya berada pada Naura.
"Naura, siapa yang menelpon?" tanya Wahyu santai, sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
Mendengar suara Wahyu, Naura terkejut, dia takut suaminya akan marah, dia dengan lancang menyentuh ponsel suaminya.
"Ma-af Mas, tadi ponsel Mas berdering terus, maaf aku sudah lancang menyentuh ponsel Mas" Naura menundukkan kepalanya.
"Naura kok ngomongnya gitu sih, kan Mas cuma tanya siapa telepon? kamu kenapa malah gugup gitu, kamu pikir Mas bakalan marah kalau kamu sentuh ponselnya Mas?" Naura mengangguk pelan.
"Ya ampun Naura, kenapa kamu bisa mikir klo gitu sih? untuk apa Mas marah, didalam ponsel Mas itu gak ada hal yang mengharuskan Mas untuk marah saat kamu menyentuh ponsel Mas. Didalam ponsel Mas cuma ada chat teman-teman kantor, dan beberapa game online. Kalau kamu mau baca-baca chat dari temen-temen Mas juga gak masalah kok, baca aja kalau mau baca, anggap saja lagi baca novel karena chat temen-temen Mas itu panjang panjang" Wahyu terkekeh, dia melangkah mendekati istrinya yang terlihat seperti orang ketakutan, Wahyu pun menarik pinggang istrinya itu lalu memeluknya sebentar.
"Coba deh, ponsel kamu kasih ke Mas juga, biar Mas lihat apa sih isi ponsel kamu"
Naura pun bergerak mengambil ponselnya yang sedang ia charger, kemudian memberikannya pada Wahyu.
"Ini ponsel Mas" Wahyu pun mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, kemudian juga memberikannya pada Naura.
"Sekarang kamu periksa ponsel Mas, dan Mas periksa ponsel kamu. Mas mau lihat, apa kamu masih simpan chat dari mantan kamu" Wahyu terkekeh melihat wajah istrinya yang terkejut dengan ucapannya.
"Mas...
" Kenapa? takut Mas lihat chat kamu sama mantanmu?"
Naura menggeleng.
"Terus...?
" Aku gak punya mantan, Mas" ucap Naura kembali menundukkan kepalanya.
"Apa? kamu gak punya mantan?"
Naura mengangguk.
"Mas kok gak percaya ya? kamu cantik loh Naura, masa gak ada laki-laki yang suka sama kamu?"
"Bukannya gak ada yang suka Mas, ada kok yang pernah nembak aku, tapi aku gak mau pacaran"
"Kenapa...?" makin kesini, Wahyu jadi penasaran dengan cerita istrinya yang tidak punya mantan. Dia pun jadi bersemangat mengorek tentang istrinya itu.
"Karena menurut aku, pacaran itu buang buang waktu, mendingan aku gunain waktu aku buat belajar"
Naura pun teringat Lusi, temannya. Lusi selalu di posesifin sama pacarnya, di atur ini itu, dan di larang ini dan itu, serta selalu dicemburuin gak jelas hingga pada akhirnya Lusi sudah tidak tahan dan akhirnya memutuskan pacarnya itu. Itulah salah satu alasan Naura tidak mau pacaran, dia tidak ingin seperti Lusi.
"Cuma itu alasannya?"
Naura mengangguk. "Iya Mas.
" Wah, jadi Mas yang pertama dong ya buat kamu?"
"I-ya Mas" Naura agak ragu menjawabnya, karena yang sebenarnya adalah ayahnya sendirilah yang lebih dulu bertahta dihatinya, kemudian Noval kakak sepupunya.
"Em, gimana kalau Mas bilang, Mas punya mantan?" Wahyu ingin melihat bagaimana reaksi istrinya.
Sejenak Naura diam, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan suaminya ini. Dan pada akhirnya Naura memberikan jawaban yang membuat wahyu tidak bisa lagi menahan tawanya.
"Aku rasa, semua orang punya mantan, kecuali aku"
"Hahahaha, ya ampun Naura, kamu jujur sekali" Wahyu pun menarik istrinya itu kedalam pelukannya.
"Mas bangga sama kamu, jarang-jarang ada gadis yang berpikir luas seperti kamu"
.............
Seminggu kemudian...
Pagi-pagi sekali Naura sudah bangun, dia sudah mandi dan rapi. Naura tidak biasa berdandan, dia hanya memoles sedikit bedak diwajahnya serta pewarna bibir yang natural. Sementara Wahyu sehabis shalat subuh dia tidur lagi, karena hari ini suaminya itu memang belum ke kantor.
Naura berinisiatif untuk membuat sarapan. Tapi, sesampainya di dapur ternyata disana sudah ada Ibu mertuanya yang tengah membuat nasi goreng. Akhirnya, Naura pun hanya kebagian menata nasi goreng yang sudah dibuat ibu mertuanya, di atas meja makan.
Setelah semua siap, Naura kembali ke kamarnya membangunkan Wahyu untuk sarapan.
"Mas ayo bangun, sarapan sudah siap. Mama udah nungguin"
Tapi, bukannya bangun, Wahyu malah menarik istrinya hingga Naura terjatuh tepat di atas tubuhnya. Dan berakhirlah Naura yang harus mandi lagi karena ulah suaminya.
.... ..........
Setelah selesai mandi, Naura dan Wahyu menuju ruang makan. Disana Bu Winda duduk dengan kedua tangan menumpu dagunya, serta matanya menatap tajam pada sepasang pengantin baru yang baru saja duduk di hadapan nya.
"Bilangnya mau bangunin suami untuk sarapan, tapi 1 jam baru keluar kamar"
"Maaf Ma"
" Kamu juga Wahyu, mentang-mentang gak ke kantor, bangunnya siangan"
"Maaf Ma. Aku hari ini udah masuk kerja kok"
"Maaf maaf, bisa nya bilang minta maaf aja, gak tau apa Mama sampai kelaparan nungguin kalian!"
"Ya udah Ma, kalau gitu sekarang ayo kita sarapan"
"Engga! Mama udah kenyang, kalian aja yang makan" Bu Winda pun beranjak dari tempat duduknya, mencari keberadaan Putri bungsu nya yang sedari tadi juga tidak keluar kamar. "Tasya ngapain sih didalam kamar? gak mau pergi sekolah apa?''
" Mama gimana sih, tadi katanya kelaparan, sekarang kenyang " Wahyu dan Naura hanya saling pandang, kemudian sama-sama mengangkat bahu.
Setelah selesai sarapan, Wahyu dan Naura berpamitan pada Bu Winda. Wahyu akan mengantar Naura telebih dahulu, barulah dia akan ke kantor.
Hari ini, Tasya ikut menumpang dengan kakaknya ke sekolah. Sebelumnya Tasya selalu pergi sekolah di antar oleh Papa nya. Gadis remaja yang mengenakan seragam putih biru itu tampak diam menatap ke luar jendela menatap apa saja yang dilalui oleh mobil kakaknya. Semenjak Papanya meninggal, Tasya kebanyakan diam dan mengurung diri dikamar, keluar dari kamar hanya seperlunya saja.
Disekolah pun Tasya selalu menyendiri didalam kelas saat pelajaran telah usai, dan kini tak ada lagi Tasya yang barbar.
.
.
.
Udah 20 bab, tapi basa basi aja🤔🤔🤔
entar deh bikin intinya, tunggu kontrak🤭🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Aas Azah
sekedar ingetin aja y Wahyu selingkuh pada kamu yg sudah berkeluarga itu dosa besar,lain halnya kalau kamu masih sendiri 🙄
2022-12-25
1
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
tetap semangat utk author.
2022-07-12
1
irendunk
kasian Tasya, aku tau banget rasanya kehilangan papa😢
itu si wahyu rakus banget y. nerkam naura melulu😂
2022-06-13
3