Andy masih bersembunyi disemak-semak bersama Diana, telinganya mendengarkan dengan seksama setiap ada gerakan kecil.
Dia khawatir jika tiba-tiba Macan datang dan menyerang tanpa diduga sebelumnya. Benar saja dari kau terlihat seekor macam besar datang dengan wajah dan mata yang tajam.
"Dia datang," bisik Diana ditelinga Andy.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Bertarung!" kata Diana.
"Apa!?"
"Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan diri," kata Diana. "Kau bawa busur bukan?" Tanya Diana karena kemarin malam Andy mengatakan akan berburu.
"Tidak, aku...."
"Jika kau akan berburu, kenapa kau tudakbawa busur?"
"Aku hanya mencari kelinci,"
"Kau ini!" Diana kesal karena saat genting seperti ini teman prianya tidak bisa di andalkan.
"Jika pergi kehutan, kenapa tidak membawa senjata? Bagaimana jika bertemu binatang buas seperti ini?"
"Kau takut?" Tanya Andy.
"Kita akan menjadi makananya. Tamatlah riwayat kita bahkan sebelum kita menikah," Kata Diana masih terlihat kesal.
"Tenanglah. Tetaplah disini. Aku akan menghadapinya," kata Andy.
"Kau jangan konyol. Tanpa senjata lebih baik kita lari saja." Usul Diana.
"Jika lari maka pasti akan tertangkap. Larinya lebih cepat dari kita."
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan bertarung melawanya."
"Andy...jangan...kita bahkan belum menikah, bagaimana jika terjadi apa-apa denganmu."
"Kau percaya padaku? Kau bilang kita harus bertarung, maka tidak ada cara lain. Aku akan bertarung melawanya." Kata Andy mantap.
"Tapi...."
Saat Diana bilang tapi dan dia khawatir dengan keselamatan Andy, dia lihat Andy sudah berhadapan dengan Macan yang akan mendekati semak-semak tempat mereka bersembunyi.
Macan itu mengerang dan langsung menerkam. Andy menghindar dengan cepat ke arah kanan. Macan itu menerkam lagi, dan Andy menghindar ke arah kanan lagi.
Ternyata saat dia menghindar ke arah kanan, dia sengaja ingin mendekati sebuah ranting pohon yang akan dia gunakan sebagai tombak.
Dengan cepat, dia mematahkan ranting itu dan dia pukulan pada kepala Macam.
Macam itu menjadi lebih marah dan garang. Dia seakan berdiri dan tingginya hampir sedada Andy. Dia akan menerkam Andy dengan cakar dikedua kaki depannya.
Andy menghindar dan memukulkan tombak pada kaki belakangnya dengan gerakan memutar.
Ilmu bela diri Andy memang benar-benar tinggi. Badannya begitu ringan saat berputar tadi. Sangat lentur bahkan untuk ukuran seorang pria.
Macan itu bangkit lagi dan mengaum. Dia dan Andy sama-sama memasang kuda-kuda dan siap untuk menyerang dengan sekali serangan yang dahsyat.
Macan itu rupanya tidak bodoh, dia menyerang dan Andy terluka. Diana hampir saja menjerit saat dada Andy terkena cakaran ya yang tajam.
Darah keluar dari kulitnya dan bajunya basah oleh darah akibat cakaran harimau itu.
Tapi luka itu tidak berarti bagi Andy. Dia akan tetap menyerang harimau itu dan berusaha melumpuhkanya.
Kali ini, Andy benar-benar marah dan dia bergerak seperti kilat melompat kesana kemari dan memukul setiap kaki macan itu dengan kekuatan penuh hingga macan itu tidak kuat lagi berdiri.
Kecepatan lompatannya seperti petir dan kilat, bahkan mirip bayangan. Diana sampai terpukau dan kepalanya bergerak kesana kemari mengikuti lompatan Andy.
Macan itu tidak berdaya mengangkat badannya yang besar setelah semua tilang dikakinya patah. Andy segera menusukan tombak yang terbuat dari ranting itu ke arah perutnya.
Dan erangan macan itu sangat panjang kali ini sambil matanya terpejam dan mati.
"Keluarlah! Dia sudah mati,"
Diana segera keluar dan melihat jika macan itu sudah mati. Tapi dia lalu menoleh pada Dada Andy yang berwarna merah oleh darah.
"Ayo cepat pulang. Kita harus segera mengobati lukamu,"
"Tunggu dulu!" Kata Andy dan segera mengikat harimau itu pada dua ranting pohong dan membawanya pulang ke desa.
Semua penduduk desa kaget dengan apa yang dilihatnya. Seekor harimau besar ada diatas kayu dan sudah mati, sedang dibawa oleh Andy.
Penduduk desa yang bar-bar itu segera mengambil buruannya dan merasa senang karena akan memasak daging harimau.
Sementara Diana membawa Andy pada Tetua dan Andy diobati oleh Tetua, yang tidak lain ayahnya Diana.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Tetua lalu Diana menceritakan apa yang terjadi pada ayahnya.
Bagaimana Andy dengan berani menghadapi macan tanpa senjata, dan akhirnya mendapatkan ranting pohon sebagai senjatanya. Gerakannya seperti kilat dan petir, sangat cepat hingga akhirnya macan itu bisa dikalahkan dan mati.
Ayahnya mengangguk senang, karena Andy memang orang yang dikirim dewa untuk pelindung didesanya.
Mata Andy masih terpejam karena lemas dan juga darah yang keluar agak banyak. Dia juga mulai merasakan perih pada lukanya.
"Panggilkan Rossa, dia akan membantuku mengobati Nak Andy," titah ayahnya.
"Iya ayah." Diana lalu berlari seperti kuda dan bertemu Diana dijalan yang baru saja dari rumah warga desa.
Setelah Diana mengatakan jika Andy terluka, tanpa mendengar cerita selanjutnya, Rossa langsung berlari dan diikuti Diana dibelakangnya.
Rossa sampai didepan Andy dan matanya berkaca-kaca saat melihat keadaanya.
Andy membuka matanya dan mata mereka bertemu. Andy tersenyum melihat mata Rossa yang berkaca-kaca. Artinya Rossa mengkhawatirkan dirinya, dan itu membuat Andy merasa senang.
Mata Andy lalu terpejam lagi dan membiarkan tangan Rossa bekerja didadanya yang terluka.
Tadi Tetua sudah mengobatinya tapi dia ingin agar Rossa yang lebih paham tentang cara mengobati orang, melihatnya dan menambahkan obat pada lukanya.
Rossa lalu memeriksa dan menambahkan sedikit obat berwarna kuning diatas lukanya yang terbuka.
Andy masih memejamkan matanya karena sakit itu semakin terasa.
"Minumlah ini, " Kata Rossa memberikan obat yang dimasukan kedalam cangkir kecil dan meminumkannya pada Andy.
"Lukanya cukup dalam, aku sudah memberikan obat padanya. Biarkan dia istirahat dan tidur dan obatnya akan bekerja lebih efektif."
Semua warga yang ingin melihat keadaan Andy dihalangin oleh Diana dan Tetua.
Andy sedang istirahat dan dia butuh suasana tenang, jadi besok baru boleh mengunjunginya.
Rossa, Diana dan Tetua menunggunya sepanjang malam. Mata Andy masih terpejam akibat obat itu.
***
Sementara sore hari, Ali pulang dan mencari Andy. Istrinya segera menghampirinya dan mengatakan jika Andy terluka karena bertarung melawan macan.
"Apa?" Ali sangat terkejut dan menaruh barang yang sedang dia pegang.
"Diamana dia sekarang?" Tanyanya penuh rasa khawatir.
"Dirumah Tetua," kata Naina dan Ali berpamitan untuk melihatnya.
Sampai dirumah Tetua beberapa warga nampak berkumpul untuk berdoa. Mereka sedang mendoakan keselamatan Andy.
Diana dan Rossa juga terus berdoa untuk Andy. Ali masuk kekamarnya dan dia lihat sahabatnya itu masih terpejam dan tidak bergerak sama sekali.
Dadanya diperban akibat cakar kuku macan yang tajam.
Ali duduk disamping Andy dan menatapnya. Saat itulah Andy membuka matanya perlahan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ali saat dia lihat Andy membuka matanya.
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." kata Andy tersenyum.
"Baik-baik saja apa maksudmu? Kau terluka, dan sekarang apakah masih sakit?"
Andy mengangguk.
"Kalau begitu, istirahatlah, aku akan menunggumu diluar,"
"Kau disini saja. Maafkan aku, tadi aku tidak membantumu..." kenang Andy yang tidak bisa membantu sahabatnya mengerjakan kapal untuk mereka pergi dari pulau ini.
"Jangan pikirkan itu, kau sedang sakit. Sebaiknya kau segera sembuh, baru kau pikirkan rencana kita."
"Sudah kubilang aku baik-baik saja dan besok lusa akan sembuh."
"Jangan khawatir jika masalah kapal itu, aku bisa membuatnya sendiri. Yang penting sekarang lukamu segera sembuh," kata Ali dan membiarkan sahabatnya beristirahat kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments