Sore menjelang malam, semua wanita yang ada pulau itu turun dari rumah panggung mereka. Mereka berduyun-duyun pergi ke rumah tetua untuk melihat secara langsung sosok manusia dewa yang ditunggu-tunggu.
Mereka semua sangat antusias dan penasaran dengan wajahnya. Apakah wajahnya mirip mereka atau berbeda.
Andi duduk disamping tetua saat para warga itu datang untuk melihatnya.
"Mereka semua adalah penduduk warga sini. Kami anak-beranak turun temurun layaknya saudara disini. Kami tetangga dan lebih kepada hubungan saudara."
"Ohh, apa mereka juga menunggu kedatangan ku?"
Tanya Andy karena dia dianggap jelmaan dewa bagi mereka. Yang konon katanya sudah ada di kitab yang mereka baca. Tahun, hari, tanggal, jam, sudah sesuai dengan terdamparnya Andy di pulau terpencil itu.
"Kedatanganmu sudah diramalkan turun temurun. Dan kau yang akan membuat hidup kami kekal dan makmur."
"Apa?"
Ini sulit dipercaya, gumam Andy tersenyum sumbing.
Andy tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya pada wanita disampingnya.
"Apakah kau melihat ponselku?"
"Ponsel? Apa itu?" Gadis disampingnya mengangkat bahu dan berjalan kebeberapa temanya.
Dia menanyakan tentang ponsel yang baru saja ditanyakan tamunya, "Apakah kalian melihat ponsel?" dan semua gadis yang menggotong Andy waktu itu mengatakan tidak tahu. Mereka juga tidak mengerti apa yang dimaksud Andy.
"Sudahlah, percuma menanyakan pada kalian, kalian tidak akan tahu. Besok kau bisa temani aku kesana? Aku akan mencari barangku yang mungkin tertinggal disana. Itu bisa membuatku kembali ke keluargaku. Aku tidak mau tinggal disini."
"Apa kau mengatakan sesuatu anak muda?" tanya tetua saat Andy berbisik ketelinga Rossa, gadis didepannya.
Rossa mengedipkan matanya dan Andy tahu maksudnya.
"Tidak, saya hanya merasa lapar," Andy berharap cacing diperutnya berbunyi agar mereka percaya.
Dan benar saja, seperti mereka tahu isyarat Andy, cacing-cacing itu berbunyi dan menandakan jika dia lapar.
Tetua lalu memerintahkan istrinya untuk menyajikan hidangan paling istimewa untuk tamu mereka.
Di atas piring yang terbuat dari rotan dengan alas daun pisang, ada beberapa hidangan yang sudah matang. Diantaranya ada daging rusa, daging ular, daging kambing, daging unggas dan ada ikan segar.
"Wah....apakah saat ini sedang ada pesta? Makanannya begitu banyak," air liur Andy hampir saja menetes melihat semua hidangan didepanya.
"Kau bisa menghabiskanya anak muda."
"Apa?" Gumam Andy didalam hati.
"Silahkan dimakan anak muda."
"Saya merasa tidak enak jika makan sendirian. Bagaimana kalau kita makan bersama."
Tetua lalu tersenyum dan mengangguk.
Mereka mulai menyantap hidangan satu persatu. Andy mengambil daging ular sebagai pembuka, warnanya putih dan seperti setengah matang, tapi aroma bumbunya begitu menyengat dan wangi sekali.
"Daging ular dan biawak dipercaya bisa menambah imun tubuh dan stamina. Kau sebaiknya menghabiskanya," kata tetua dan menyuruh Andy menghabiskan daging ular dan juga daging biawak.
"Rasanya sangat lezat, kalian pandai mengolahnya. Belum pernah saya makan masakan selezat ini."
Setelah makan dan menghabiskan daging ular dan biawak, tiba-tiba Andy merasakan seluruh tubuhnya menjadi hangat.
Melihat Rossa disampingnya dengan badan montok dan bokong yang seksi membuatnya merasa ingin menyentuh nya.
Tapi tentu saja Andy hanya berani menatapnya saja. Dia tidak berani mendekatinya, bisa habis dia jika dikeroyok warga dipulau ini.
"Rossa, antarkan anak muda ini untuk istirahat," kata Tetua saat dia melihat wajah Andi memerah.
"Hari sudah semakin larut, sebaiknya kau istirahat."
Andy lalu diantarkan oleh Rossa ke kamarnya. Andy agak sempoyongan, dan Rossa cepat menahan tubuhnya dengan tangannya.
"Apakah kau sering makan daging ular?"
"Eh, iya..." Rossa tampak manis saat tersenyum.
"Pantas saja wajahmu dan kulitmu begitu halus."
Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara yang menggelegar!
Rossa dan Andy berpandangan. Mereka lalu mengintip dari jendela.
"Paralayang"
"Ayo kita kesana. Kita harus melihatnya!"
Andy dan Rossa keluar dan mereka terkejut saat melihat seorang perempuan menggantung diantara ranting pohon.
"Hai bantu aku turun!" Teriak Diana.
"Wanita? Apa yang dia lakukan di atas pohon?"
"Aku melihat sebuah perahu menuju kemari. Cepat bantu aku turun," teriak Diana, anak dari tetua yang pandai memanjat pohon layaknya monyet.
"Bagaimana membantunya turun? Aku tidak bisa memanjat," ujar Andy yang memang seumur hidupnya dia belum pernah memanjat pohon seperti yang dilakukan Diana.
"Rossa, bantu aku. Bajuku tersangkut ranting itu." kata Diana dengan memohon.
"Ini yang terakhir kali. Lain kali aku tidak akan membantumu lagi," Andy terpana melihat dua wanita yang dia temui begitu lihai memanjat pohon.
"Kalian sungguh pandai. Aku sangat kagum."
Buuukkk!
Mereka lompat dan sekarang berdiri dihadapan Andy.
"Kami dari kecil biasa memanjat seperti ini untuk memetik buah," terang Rossa.
Diana memicingkan matanya dan menatap Andy sangat lama.
"Aku dengar mereka menganggapmu dewa yang menjelma menjadi manusia, termasuk ayahku. Tapi aku tahu kau bukan dewa. Kau adalah pria yang lari dari tanggung jawab!"
"Apa kau bilang? Lari dari tanggung jawab? Kau berbicara sangat ngawur, aku di khianati dan bukanya lari dari tanggung jawab."
"Aku bisa melihat masa depanmu. Kau akan sulit keluar dari sini."
"Maksudmu?"
"Mungkin seumur hidup kau akan terjebak disini."
"Tidak mungkin! Aku pasti menemukan cara untuk keluar dari pulau ini," kata Andy dan menatap jauh ke arah laut yang tidak berujung.
"Ayo kita lihat perahu yang datang?" kata Diana dan menyeret Rossa.
Andy hanya berjalan dibelakang mereka dan mengikuti saja.
"Diamlah, apakah mereka bersahabat atau berbahaya," kata Diana dan bertindak paling depan.
Andy memperhatikan apa yang dilakukan Diana dengan seksama. Dan dia bergumam, gadis ini bernyali besar. Dia sungguh pemberani.
Diana melihat apa yang orang dalam perahu itu lakukan. Ternyata dia berempat, usianya sekitar 30 tahun bersama seorang wanita dan dua anak kecil berusia 7 tahunan. Dan yang satu lagi masih bayi.
"Kita harus menolong mereka," kata Andy.
"Tunggu dulu, biar ku periksa," ujar Diana dan mengintip dari jarak dekat.
Dia lihat wanita itu sedang bingung dan anaknya terus saja menangis.
Diana lalu menoleh pada Rossa dan Andy yang berdiri dibelakangnya.
"Mereka sepertinya tersesat. Ayo kita dekati," ajak Diana berjalan lebih dulu.
"Pak, ada orang disini! Lihat itu?" Ibu yang sedang menggendong anaknya berteriak pada suaminya.
Suaminya menoleh dan tersenyum lalu mengangkat kedua tangannya didepan dadanya.
"Alhamdulillah," terdengar pria paruh baya itu mengucapkan kata asing bagi Rossa dan Diana.
Sedangkan Andy tahu jika mereka adalah muslim. Andy sendiri muslim tapi dia masih suka bar-bar. Hanya KTP nya saja yang muslim tapi dia masih suka melanggar apa yang dilarang, seperti yang baru saja dia lakukan, yaitu memakan daging ular.
Dia juga tidak pernah melakukan ibadah layaknya orang yang taat beragama.
"Kak, tolonglah kami. Kami tersesat. Kami sudah satu Minggu terombang-ambing ditengah laut," cerita ibu itu sambil menatap anaknya yang berusia 7 tahun.
"Ikutlah dengan kami." Kata Diana yang mudah iba jika melihat orang lain membutuhkan bantuannya.
Diana lalu menggendong bayi itu.
"Biarkan aku menggendongnya," kata Diana sambil mengulurkan tanganya karena melihat wanita itu begitu lemah.
Andy juga menggendong anak perempuan itu yang berusia kira-kira 7 tahun. Dia juga terlihat sangat lemah.
"Alhamdulillah, ya Allah, akhirnya kau datangkan pertolongan pada hambamu yang lemah ini....." ucap wanita itu lalu sujud syukur.
Andy tertegun melihat apa yang wanita ini lakukan. Suami istri itu lalu berpelukan dan saling mengusap airmata mereka.
Mereka lalu membawa keluarga itu di rumah Andy yang kosong. Andy diberikan rumah yang tidak besar oleh tetua sebagai tempat untuk pribadinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
MrQues Ques
Munyu nyu hyu gyu..sumbing
2024-04-25
0
Edy Sulaiman
thor jgn lupa adgn wik wik nya biar asyik ngbacanya...hhh
2024-01-22
0
@Heni khan 😚❤️🇵🇸
tersenyum sumbang Gak seh? Kok sumbing???🤔🤔
2023-02-20
0