Keesokan harinya tidak ada makanan dirumah Andy. Semua orang sibuk mengurus keluarganya sendiri-sendiri. Biasanya mereka akan menyempatkan diri memasak untuk dikirimkan ke rumah Andy.
Tapi karena kejadian pertempuran melawan para perompak, banyak anggota keluarga mereka terluka dan cedera. Mereka sibuk dan tidak ingat memasak untuk Andy.
Rossa yang biasanya masak untuk dia juga hari ini sibuk datang dari rumah ke rumah untuk meriksa luka dan keadaan mereka.
Diana sudah ada diatas pohon, sementara Andy berjalan-jalan ke hutan. Hanya tangannya yang sakit, tapi kakinya tidak.
Diana sedang makan buah rambutan diatas pohon dan membuang kulitnya ke bawah. Tanpa sengaja tepat jatuh berulang kali ke kepala Andy. Awalnya Andy berfikir jika itu ulah kelelawar. Tapi karena jatuh berulang kali diapun menoleh ke atas.
"Diana?"
"Kau dibawah?"
"Kau melempar semua kulit buah diatas kepalaku."
"Maaf, aku tidak sengaja. Apakah sakit? Aku akan turun untuk memeriksanya."
"Tidak perlu! kau cukup bawa buahnya untukku. Aku sangat ingin makan buah, tapi tanganku terluka, aku tidak bisa manjat pohon."
"Apa aku tidak salah dengar? Bahkan saat tanganmu sehat, kau juga tidak bisa memanjat."
"Tangkaplah! Aku akan mengambilkanya untukmu." Diana lalu memetik buah rambutan yang merah dan penuh buah dirangkainya, lalu dia lemparkan pada Andy.
Diana melempar rambutan yang sudah dia petik untuk Andy yang berdiri dibawahnya.
"Cukup. Ini sudah banyak." Kata Andy sambil memunguti rambutan yang berjatuhan.
Andy lalu duduk dibawah pohon rambutan dan Diana turun dari pohon dengan cepat, dan sudah duduk disamping Andy.
Mereka asyik makan rambutan, Andy lalu terpikir sesuatu. Dia melihat beberapa rambutan yang masih utuh.
"Ayo kita pulang!" Kata Andy dan mengulurkan tanganya pada Diana yang masih duduk diatas rumput.
Diana meraih tangan Andy dan bangkit sambil tersenyum pada Andy yang semakin terlihat manis dimatanya.
"Kau masih membaca novel?"
"Tentu saja. Dan saat kita akan menikah, aku semakin senang membaca novel."
Andy mengangguk.
Mereka berpisah dipersimpangan jalan. Diana pulang ke rumahnya dan Andy mampir dulu kerumah Rossa sebelum sampai dirumahnya sendiri.
Rossa tidak ada dirumah, Andy lalu meninggalkan rambutan itu didepan pintu rumahnya.
"Dia pasti sangat sibuk memeriksa warga."
Gumam Andy disepanjang jalan. Dan tiba-tiba dari jauh dia melihat Rossa sedang berjalan pulang ke arahnya.
Rossa segera melambaikan tangan padanya yang membuat langkah Andy terhenti. Rossa berlari kecil ke arahnya sambil memegangi kotak obat.
"Kok mau pulang? Kau dari rumahku bukan?"
"Ohh, iya."
"Ayo kembali lagi?" ajak Rossa.
"Tidak usah. Kau sangat lelah, kau istirahatlah, lain kali aku akan datang lagi." kata Andy diikuti anggukan oleh Rossa.
"Baiklah,"
Andy lalu melanjutkan langkahnya dan Rossa pulang ke rumahnya.
Saat mau masuk rumah Rossa kaget saat melihat buah rambutan didepan pintu rumahnya. Dia segera menoleh ke Andy, tapi dia sudah tidak terlihat lagi.
***
Andy bertemu Ali di jalan, Ali membisikan sesuatu ke telinganya.
"Apa?" Andy terkejut mendengar apa yang baru saja Ali katakan.
Mereka lalu berlari kerumah dan segera ingin melihat apa yang ditemukan oleh Ali.
"Ini peta." Kata Andy saat melihat Ali membuka gulungan kertas itu. Dan untunglah, kertas itu masih kuat tidak robek sedikitpun karena bahanya uang bagus dizamanya.
"Lihatlah ini." Kata Ali.
Andy mengikuti setiap jalur yang ditulis didalam peta.
"Ini adalah pulau yang kita tempati. Dan sepertinya disamarkan dari peta, seakan bukan pulau." Kata Ali lagi.
Andy mengangguk.
"Kau benar kawan. Pulau ini sengaja disamarkan dari peta. Dan kapal tidak akan singgah kemari. Mereka akan lewat jalur sebelahnya." Kata Andy.
"Pantas saja. Aku tidak pernah melihat Kapal pesiar melewati pulau ini. Mereka lewat jalan yang lainya."
"Kita tidak akan bisa kembali jika tidak membuat kapal sendiri."
"Kenapa tidak terpikir olehku untuk ikut kapal perompak itu?" Kata Andy baru sadar, jika mereka seharusnya ikut kapal perompak agar bisa keluar dari pulau itu.
"Kau ingin cari mati hah!" Kata Ali menatap Andy tajam.
"Jumlah kita hanya berdua, mana bisa ikut kapal perompak."
"Sebaiknya ini kita simpan, jangan sampai Diana atau penduduk yang lainya tahu. Mereka tidak senang jika kita keluar dari sini." Kata Ali mengutarakan pendapatnya.
"Kenapa begitu?"
"Entahlah, aku hanya berfikir, mereka tidak akan membiarkanmu keluar dari tempat ini," kata Ali.
"Lalu, bagaimana kita akan membuat perahu yang kuat?"
"Kita akan membuatnya ditempat yang tersembunyi. Atau kita cari goa yang aman. Setelah itu kita akan menyeretnya ke tepi laut."
"Kalau begitu, goanya harus berada di tepi laut. Tidak boleh terlalu jauh. Kita berdua tidak akan mampu menyeretnya," kata Andy.
"Ya. Besok kita akan mulai mencari goanya. Sekarang, kita harus simpan peta ini baik-baik. Kita akan menjadi jalur yang cepat untuk mendapatkan kapal yang bisa kita tumpangi nanti."
"Kau saja yang simpan kawan," kata Andy dan mencium bau wangi makanan.
"Baunya harum, ini seperti masakan ikan yang lezat. Darimana bau harum ini?" gumam Andy dan melihat sekeliling.
"Istriku yang memasak," kata Ali.
"Kau memancing ikan?"
"Aku menjaringnya, Sepertinya kau sangat lapar, ayo kita makan sekarang, sepertinya sudah siap,"
"Naina, apakah makananya sudah siap? Baunya sangat harum, perut kami tiba-tiba lapar," kata Ali sambil memeluk istrinya dari belakang.
Ahh....gumam Andy melihat kemesraan Ali dan istrinya, dia lalu memalingkan mukanya.
Istrinya sedang duduk sambil memasukkan kayu bakar.
Ali mengikat rambut istrinya dan duduk disampingnya.
Andy menolah padanya sebentar, Ali pria yang romantis dan penyayang, gumam Andy.
Tiba-tiba dia melihat paha Naina yang tersingkap saat mengambil kayu dan Naina tidak menyadarinya, begitu pula Ali.
Entah kenapa Andy berdebar saat melihatnya, dia lalu memalingkan mukanya. Satu menit kemudian Andy menoleh kearahnya lagi, dia melihat paha putih, halus dan dadanya kembali berdebar lagi.
Ali menyadari baju istrinya yang tersingkap, Ali segera menutupnya.
Ali lalu mengulurkan tanganya pada istrinya dan membantunya bangun.
"Ini sudah matang, ayo kita bawa keluar, kita sajikan dan makan bersama. Anak-anak sedang tidur bukan?"
"Iya," kata Nayna dan saat menoleh matanya bertemu dengan mata Andy. Entah kenapa jantung Andy berdebar-debar, sementara Nayna kaget, dan menundukkan pandanganya.
Ali membawa makanan keluar dibantu Nayna, Andy sudah duduk disana menunggu makanan disajikan.
Dia benar-benar sangat lapar, dan tidak sabar untuk mencicipi ikan masakan Naina.
"Istriku tidak pernah masak. Biasanya aku yang akan memasak untuknya, tapi tadi dia memaksa untuk memasak, ayo kita mulai makan," kata Ali dan terlihat Ali dan Naina memejamkan matanya dan berdoa lalu mengbil makananya.
Andy hanya menatap mereka berdua bergantian dan menatap wajah Naina sebentar, entah kenapa saat berdoa dan terpejam, wajah Naina begitu indah dan teduh. Bahkan lebih indah dari cahaya bulan, gumam Andy tanpa dia sadari.
Ali tersenyum lalu mengambilkan makan untuk istrinya lebih dulu.
"Kau makanlah dulu, kau harus lebih dulu kenyang, karena jika tiba-tiba anak kita bangun, maka kau tidak sempat makan nanti," kata Ali dan terlihat sangat menyayangi istrinya.
Nayna mengangguk pelan dan dalam hati dia memuji nama Tuhan karena memberikan suami sebaik suaminya.
Meskipun hidupnya berubah 180 derajat, tapi dia bahagia. Tadinya dia begitu dicintai dalam keluarganya dan hidup dalam kemewahan, tapi begitu menikah, dia menjadi nomaden, atau hidup berpindah-pindah dan bahkan sekarang terdampar di pulau terpencil.
Tapi Nayna tetap bersyukur dan tidak mengeluh, dia bahagia meskipun tidak punya apa-apa.
Setelah makan, Nayna dan Ali masuk kedalam kamarnya. Andy sendirian duduk sambil terus berfikir tentang peta yang ditemukan Ali.
Tiba-tiba dia dikagetkan oleh pelukan seorang wanita dari belakang.
Andy menoleh, ternyata itu Diana.
"Lepaskan, kita belum suami istri, ini tidak boleh dilakukan," kata Andy dan melepaskan pelukan Diana.
"Kita akan menikah, apa bedanya sekarang atau nanti?" kata Diana.
"ck, novel yang kau baca sudah mempengaruhimu sepertinya. Kau pasti mengikuti apa yang ditulis didalam novel itu bukan?"
"Hehe, aku hanya ingin mencobanya. Tapi aku kesal karena kau tidak seromantis pria didalam novel itu."
"Apa maksudmu?"
"Kau sangat kaku dan naif. Bagaimana kita akan punya anak jika kau sekaku ini?" kata Diana dengan lugu.
"Ahh, pikiranmu sudah terlalu jauh. Semua orang akan punya anak setelah menikah. Kau tidak perlu risau. Sekarang kau mau apa datang kemari?"
"Tadi aku kerumah Rossa. Disana banyak rambutan, kenapa kau berikan semuanya padanya?"
"Dia kelelahan mengobati warga. Dia mungkin ingin makan buah yang segar."
"Kau begitu peduli padanya."
"Aku peduli pada semua orang, bukan hanya padanya saja. Kitakan tetangga, jadi harus saling peduli," kata Andy yang merasakan kecemburuan Diana terhadap Rossa.
"Kenapa kau berikan padanya. Aku memanjat untukmu tapi kau berikan pada orang lain," keluh Diana seperti tidak rela.
"Maafkan aku, jika begitu, lain kali aku akan memanjat sendiri dan memetik buahnya," kata Andy lalu menatap kearah lain.
"Bukan begitu, tapi aku sungguh-sungguh ingin makan bersamamu," kata Diana tiba-tiba sudah duduk didepannya.
"Aku akan belajar naik pohon," kata Andy dan masih melihat kearah yang lainya.
"Tidak perlu, nanti kau jatuh. Jika kau mau aku akan memanjat lagi," kata Diana pelan dan mulai sadar jika Andy tidak suka dia mempermasalahkan buah rambutan yang sudah dia berikan pada Rossa.
"Kau akan marah jika aku memberikanya pada orang lain," kata Andy menatap lekat wajah Diana yang ada didepannya.
Diana tertunduk saat matanya bertemu dengan tatapan tajam manik mata Andy yang semakin terlihat indah diwajahnya.
"Kau boleh memberikan pada siapapun. Tapi kau tidak perlu memanjat pohon, aku yang akan memetik untukmu," kata Diana lalu memegang tangan Andy dan menggenggamnya.
"Kau tidak marah?" tanya Andy dan membiarkan Diana menggenggam tangannya.
"Tidak," jawab Diana semakin erat menggenggam tangan Andy. Dia tidak tahan melihat Andy kesal karena sikapnya.
"Aku tidak ingin kau jatuh dan terluka. Hatiku sangat sakit saat melihatmu terluka seperti kemarin,"
"Kenapa?" tanya Andy mantap Diana dan mereka saling bertatapan.
"Tidak tahu...."
Andy mengangguk pelan.
"Apakah kau pernah merasa sedih?" tanya Diana tiba-tiba.
"Sedih? tidak." jawab Andy kalem.
"Kau sangat beruntung." Diana lalu menatap kelantai dan setelah itu menatap Andy lagi.
"Kenapa bertanya begitu?" Andy jadi penasaran.
"Karena aku sering sedih akhir-akhir ini. Dan itu seperti anak kecil yang punya mainan kesayanganya, lalu tiba-tiba temanmu mengambilnya. Anak itu pasti akan sedih dan menangis. Benar bukan?"
"Ya. Anak kecil menangis saat mainannya di ambil oleh orang lain," itu mengingatkan Andy saat masih kecil, dia sering di-bully beramai-ramai karena dia pendiam.
Dia tidak pernah membalas. Maknanya selalu diambil dengan paksa. Tidak ada teman yang berani menolongnya dan mau dekat dengannya.
Dia dianggap membosankan karena terlalu diam. Akhirnya dia punya teman yang setia menemaninya, yaitu komputer.
Dia seperti teman dan kekasih baginya.
"Pernah?" tanya Diana sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Andy.
"Tidak." Andy berbohong.
Andy tetap tidak mengerti maksud dan pertanyaan Diana. Padahal yang Diana maksudkan mainanya adalah dirinya.
Sejak bertemu dengan Andy dan dilamar olehnya, dia mulai menyukainya. Dan entah kenapa dia juga merasa jika Andy menyukai sahabatnya Rossa.
"Diana, kau dicari oleh ayahmu. Ayahmu ingin pergi ke gudang bersamamu," kata seorang tetangganya.
"Baiklah, saya akan segera kesana."
"Kak, Andy, aku pulang dulu. Ayah ingin agar aku menemaninya ke gudang," kata Diana.
"Apakah aku boleh ikut?"
"Tidak." jawab Diana lalu pergi meninggalkan Andy sendirian.
"Aku tidak akan bisa ikut sampai aku menjadi suaminya," gumam Andy.
Hari mulai gelap, Andy masuk kekamarnya.
Dia lalu berbaring dan membayangkan pertemuannya dengan Rossa. Dan tiba-tiba apa yang tadi dia lihat dari Naina, berputar lagi dikepalanya.
Ahh, kenapa aku memikirkanya lagi? Ini tidak benar, dia adalah istri Ali, kenapa dia berputar dikepalaku?
Pagi harinya, Ali sudah pergi kehutan pagi-pagi sekali dan Naina sudah bangun lalu menggendong bayinya.
Pintu kamarnya sedikit terbuka. Rupanya Ali tidak menutupnya dengan rapat.
Saat lewat, entah kenapa Andy ingin menoleh kekamar itu. Andy lalu menoleh dan dia lihat Naina sedang menyusui anaknya.
Andy tertegun dan menelan salivanya, dia lalu berjalan dengan cepat keluar dan menggelengkan kepalanya.
"Ini tidak boleh terjadi!" Kata Andy tiba-tiba, entah apa yang dia pikirkan hingga dia berkata seperti itu.
Andy mengatur nafasnya dan dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdebar dan bergemuruh.
"Kenapa jantungku berdegup cepat sekali setiap melihat istri Ali? Apa yang terjadi? Apapun yang terjadi, ini tetap tidak benar. Aku harus melawannya," kata Andy dan berjalan ke arah hutan.
Dia akan menyusul Ali dan mencari goa tempat membuat kapal tanpa di ketahui oleh warga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
mc nya terlalu naif n dungu dk peka dgn situasi hajar tuh Diana jgn nksir istri org/teman...
2024-01-22
0