Ali sedang menebang banyak pohon dibantu oleh Andy. Mereka berniat membuat perahu besar untuk pergi dari pulau itu.
Tiba-tiba Diana datang dan membantu apa yang sedang dilakukan Andy dan Ali.
"Aku yang akan naik dan menebangnya." Kata Diana.
"Jangan! Kau hanya seorang wanita. Ini pekerjaan laki-laki."
"Ahh, kau meremehkan ku."
Crekkkkk, crekkkk, crekkkk,
Dengan cepat Diana menebang beberapa pohon dan membuat Andy dan Ali terpukau.
"Hahaha, kau benar-benar tangguh untuk seorang wanita," puji Andy.
Ali lalu menyeret pohon itu dan membelahnya menjadi beberapa bagian.
"Darimana kau dapatkan alat ini?" Tanya Andy pada Diana.
"Ohh, nenek moyang kami mempunyai banyak alat, tapi karena jumlahnya terbatas, jadi hanya disimpan digudang seperti museum. Aku diam-diam suka mengambilnya."
"Ini adalah alat dari dunia modern. Mana mungkin dipulau terpencil ini bisa ada alat seperti ini?" kata Andy sambil mengamati alat itu.
"Ada cerita jika dulunya nenek dan kakek buyut kami kesini dengan kapal besar. Dan memutuskan tinggal disini dan membawa alat-alat yang biasa mereka gunakan. Tapi setelah jumlah anak dan cucunya banyak, mereka memutuskan untuk menyimpanya digudang dan tidak pernah menggunakannya."
"Dimana gudang itu?"tanya Andy sangat tertarik. Mungkin saja disana tersimpan beberapa alat yang bisa membantunya keluar dari pulau ini.
"Untuk apa kau ingin tahu? Kami dilarang kesana jika tidak ada acara khusus. Tidak sembarang orang bisa masuk ke gudang. Ada yang menjaganya."
"Tapi kau bisa masuk?"
"Ahh, aku adalah anak tetua. Aku bisa kemana saja."
"Ohh, pantas saja kau begitu berani."
"hehe...." Diana lalu melambai kearah Rossa yang baru datang.
Mereka bersahabat sejak kecil, usia Rossa lebih tua dari Diana. Rossa lebih dewasa dan menganggap Diana seperti adik perempuannya.
Mereka berdua sama-sama cantik dan seperti bunga desa dipulau terpencil itu.
Belum ada yang menarik perhatian mereka berdua kendati orang tuanya menyuruh mereka untuk segera menikah.
Sepertinya mereka berdua tertarik pada orang yang sama, yaitu Andy.
Andy berfikir jika saja dia bisa masuk ke gudang itu, dan mengambil beberapa alat, maka dia bisa kembali ke negerinya.
"Apa yang kau pikirkan kawan?" tanya Ali pada Andy yang sedang melamun.
"Aku tahu ada sejarah yang belum terungkap dari pulau ini. Coba kau bayangkan, pulau ini tidak diketahui orang, tapi bagaimana mereka bisa punya alat secanggih ini. Kau tahu berapa harga barang ini?"
"Ini terlihat mahal. Mungkin nenek moyang mereka orang kaya. Bagaimana menurutmu?"
Mereka saling berpandangan.
"Aku setuju dengan pendapatmu. Aku harus mencari cara agar bisa pergi ke gudang yang menyimpan barang peninggalan nenek moyang mereka."
"Siapa yang bisa membawamu kesana?" tanya Ali sambil menjemur kayu yang sudah dia belah.
"Dia!" Andy menunjuk Diana yang merupakan anak dari tetua.
***
Diana pulang dan sedang duduk bersama ayahnya yang di tetuakan di desa itu.
"Kau pergi kerumah Andy?"
"Iya, tadi kesana membantunya menebang pohon."
"Untuk apa menebang pohon?"
"Entahlah."
"Aku dengar dia menerima tamu asing? Siapa dia?"
"Ohh, dia orang yang tersesat. Satu Minggu ada ditengah laut bersama keluarganya. Aku kasihan dan menolongnya."
"Undang mereka kemari untuk makan sore ini."
"Ya, ayah." Diana lalu bersandar pada bahu ayahnya.
"Kau sudah dewasa Diana. Pilihlah satu pemuda didesa ini. Dan menikahlah. Kita harus punya banyak keturunan agar bertambah kuat." Kata Ayahnya pada Diana.
"Iya, nanti akan Diana pikirkan ayah."
"Jangan hanya berfikir, pilihlah salah satu. Jumlah pria tidak banyak. Dan jumlah para gadis dua kali lipat. Jika kau tidak cepat memilih salah satu, maka kau tidak akan kebagian."
"Ahh, ayah...tunggulah beberapa saat lagi. Tapi, Diana tertarik pada....."
"Siapa?" tanya ayahnya.
"Permisi tetua......"Kata Andy yang diikuti oleh tatapan terpana dari Diana.
"Silahkan duduk, kebetulan kami sedang ngobrol."
"Apakah saya mengganggu, sebaiknya saya permisi dan akan datang sore nanti."
"Ohh, tidak. Kami hanya ngobrol biasa. Itu, kami sedang mencari jodoh untuk Diana. Lihatlah dia bahkan sudah sangat dewasa. Tapi Balum mau menikah."
"Ohh, mungkin Diana belum siap."
"Janganlah menunggu siap baru menikah. Pria disini jumlahnya sedikit. Hanya sepertiga dari jumlah wanita. Jika dia tidak cepat maka tidak akan ada pria lagi yang tersisa."
Wajah Diana memerah dan malu karena ayahnya berbicara pernikahan dengan tamu yang baru saja datang.
"Ayah, jangan bicara padanya tentang pernikahan Diana. Diana jadi malu."
Diana lalu pergi masuk kedalam sebelum bertambah malu dihadapan Andy.
Andy tersenyum melihat Diana berjalan dengan menggoyangkan bokongnya. Rupanya Tetua melihat jika Andy mungkin tertarik dengan putrinya.
Maka Tetua lalu memancing Andy.
"Kau tentu masih muda dan belum menikah."
"Ehem, iya...saya belum menikah dan tidak ada gadis yang mau dekat sama saya. Kata mereka saya orang yang membosankan." Kata Andy berterus terang, karena itu yang sering dia dengar saat dia bersekolah.
"Itu tidak benar anak muda. Kau gagah dan tampan, bagaimana kalau kau menikah dengan putriku?" tanya Tetua sambil bercanda.
Andy berfikir jika dia menikah dengan putrinya, maka dia bisa masuk ke gudang dengan leluasa. Jika tidak maka akan susah sekali mendapat kepercayaan untuk masuk ke gudang.
Andy tersenyum seakan menyetujui jika menikah dengan putrinya. Dia harus segera kembali ke negaranya. Dia tidak bisa mengulur waktu lagi.
Keluarganya pasti sedang khawatir, dan dia mengkhawatirkan kesehatan ayahnya. Bagaimana jika ada yang berkhianat padanya?
"Sepertinya, saya menyukai Diana." Kata Andy dan berharap bisa secepatnya menikah dengan Diana.
Jika sudah menjadi suaminya, maka dia akan segera masuk ke gudang, dan mengambil alat yang dibutuhkan lalu pergi dari pulau ini.
Diana yang mengintip dari balik pintu, tersenyum dan memegang dadanya yang bergemuruh.
Dia tidak menyangka secepat ini akan bertemu dengan pangeran yang ada didalam mimpinya.
Diana lalu keluar dan pura-pura akan mengambil sesuatu. Ayahnya lalu memanggilnya.
"Diana, kemarilah nak. Ayah sudah menemukan jodoh yang paling tepat untukmu."
"Siapa ayah?" Diana pura-pura tidak tahu.
"Nak Andy, dia adalah orang yang paling tepat untuk menjadi suamimu."
Diana tertunduk dan Andy bisa melihat jika Diana sepertinya tidak keberatan dan menyetujui untuk menikah denganya.
Aku pikir kau akan menolaknya? gumam Andy.
Jika seperti ini maka kita akan secepatnya menikah.
Ayah lalu mengambil tangan Andy dan tangan Diana. "Kalian bicarakan apa yang kalian inginkan dalam pesta pernikahan nanti. Ayah akan membuat pesta yang meriah untuk pernikahan kalian."
Diana dan Andy tersenyum lalu mengangguk.
"Ayah pergi ke ladang dulu."
Sekarang tinggal Andy dan Diana diruang tamu itu. Mereka hanya diam dan suasana menjadi hening.
Andy tidak tahu berbicara masalah cinta pada seorang wanita. Ini pertama kali baginya.
Jika kau terdiam, dan aku terdiam, aku hanya tertunduk, lalu siapa yang akan jelaskan semuanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
nah tampaknya ada harapan nich...hhh utk wik2nya..
2024-01-22
0