KULKAS

Lynn terus termenung di sofa sambil menatap ke arah jendela. Saat Giovan keluar dari kamarnya, Lynn langsung menoleh.

"Apa ada telepon untukku?" tanya Lynn penuh harap.

"Tidak," jawab Giovan, membuat Lynn kembali tertunduk lesu.

"Apa karena aku tidak bisa melakukan apa apa? Apa sebaiknya aku kembali saja ke rumah dan membiarkan orang tuaku menjodohkanku?"

Giovan duduk di sebelah Lynn. Ia sangat tahu bagaimana perasaan saat akan dijodohkan dengan seseorang yang tidak kita cintai, bahkan tidak kita kenal.

"Kalau begitu bekerja saja padaku," ucap Giovan.

"Bekerja padamu?"

"Ya, memangnya kenapa?"

"Memangnya apa pekerjaanmu? Rasanya aku hanya melihatmu memainkan ponsel, makan, tidur, main ponsel lagi, dan begitu saja berputar putar," jawab Lynn.

"Hei, aku juga mandi," ucap Giovan yang tidak suka saat Lynn mengatakan bahwa dia hanya melakukan 3M (Main, Makan, Molor).

"Iya, iya, mandi juga. Lalu apa pekerjaanmu?" tanya Lynn sambil menatap Giovan dengan puppy eyes nya. Tiba tiba saja jantung Giovan berdetak cepat, tak seperti biasanya.

"Kamu tidak perlu tahu apa pekerjaanku, kamu hanya perlu menjadi asistenku," jawab Giovan.

"Asisten? Apa kamu seorang bos mafia?" tanya Lynn menelisik dan memicingkan kedua matanya.

"Menurutmu?"

"Kalau melihat dari wajahmu yang 11 12 dengan kulkas sih sepertinya iya," ucap Lynn.

Whattt??? dia kembali menyamakanku dengan kulkas. - gerutu Giovan.

"Ahhh aku mau mandi dulu," Giovan bangkit dari duduknya dab berlalu menuju kamar mandi. Sementara itu Grace menyalakan televisi dan menekan remote untuk mencari acara yang bisa mengalihkan perhatiannya sementara ini dari masalah pekerjaan.

Selang 15 menit, Giovan keluar dari kamar mandi. Kebetulan apartemen yang disewa oleh Giovan memiliki kamar mandi di luar. Giovan keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

Lynn yang awalnya fokus pada acara televisi, kini melihat ke arah Giovan dengan mulut sedikit menganga.

"Tutup mulutmu itu, nanti sofaku kena tumpahan ilermu," ucap Giovan.

"Ehh," Lynn langsung menutup mulutnya dan mengusapnya, mengira ia benar benar akan menjatuhkan ilernya.

"Kenapa? nggak pernah lihat tubuh keren begini?" tanya Giovan sedikit membanggakan diri. Ia memang rajin pergi ke gym untuk membentuk tubuhnya.

"Hmm, emang body goals!" Lynn mengancungkan ibu jarinya ke hadapan Giovan, "Kalau Daddyku dulu juga punya tubuh sepertimu, tapi sejak menikah ... roti sobeknya mulai berubah jadi roti bantal. Katanya sih itu tanda kalau ia bahagia," Lynn sedikit menggoyangkan kepalanya.

Lynn tidak terlalu tergoda dengan tubuh milik Giovan, hal itu karena ia sering melihat tubuh kakaknya sendiri. Michael juga memiliki tubuh yang keren, bahkan Lynn sampai bosan kadang melihatnya.

Lynn memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada acara televisi. Ia sebenarnya ingin memainkan ponsel dan melihat ke akun media sosialnya. Ia ingin melihat apakah keluarganya melakukan postingan di akun mereka dan apa mereka merindukannya.

"Kamu tidak tergoda?" tanya Giovan pada Lynn. Ia masih berdiri di dekat pintu kamar tidurnya dengan menggunakan handuk.

Lynn tertawa keras, "Tergoda? nggak lha. Aku malah bayangin perut garis garis kamu itu nantinya bakalan berubah kalau kamu menikah, sama seperti Daddy."

Lynn kembali tertawa ketika ia membayangkan Giovan dengan perut roti bantalnya dan wajahnya yang masih 11 12 dengan kulkas.

"Hei!! kenapa kamu terus menertawakanku? Sudah tidak mau tinggal di sini lagi?" ancam Giovan yang seketika membuat Lynn menutup mulutnya rapat rapat dengan gerakan tangannya.

Giovan akhirnya masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Ia langsung memakai pakaiannya. Ia merasa cukup aneh dengan Lynn. Biasanya para wanita akan meleleh dan tergila gila dengan tubuhnya, apalagi ia juga memiliki wajah yang tampan.

Menyebalkan! Ia malah membayangkan diriku yang berubah jadi ... apa tadi ... roti bantal? - Giovan mencebik kesal kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

*****

Lynn mengipasi tubuhnya dengan sebuah majalah yang ia dapatkan dibawah meja kaca di ruang tamu. Kamar yang diberikan oleh Giovan untuk menjadi kamar tidurnya benar benar terasa pengap dan panas, membuatnya berkeringat.

Ia akhirnya keluar dari sana dan menuju ke dapur. Ia membuka kulkas lebar lebar dan merasakan hawa sejuk yang keluar dari sana. Ia bahkan membuka bagian freezer dan menempelkan wajahnya di sana.

"Ahhh sejuknya," ucap Lynn.

Di ruang tamu terdapat pendingin ruangan, namun selalu dimatikan oleh Giovan ketika ia beranjak tidur. Lynn ingin sekali menyalakannya dan tidur di sofa, itu pasti akan lebih nyaman dibandingkan ia tidur di dalam kamarnya yang 11 12 dengan gudang.

Lynn mengambil bantal di dalam kamarnya, kemudian meletakkannya di atas sofa. Ia mencari remote AC yang biasa diletakkan oleh Giovan di atas meja kaca.

"Di mana remote nya?" Lynn menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berkeliling mencari, namun ia tetap tidak menemukannya.

Akhirnya Lynn membuka kulkas dan meletakkan bantal di dekatnya, "Aduh sejuknya, nikmat banget. Aku bisa tidur nyenyak kalau begini."

Tanpa terlalu banyak bicara, Lynn langsung merebahkan diri di depan kulkas dan memejamkan matanya. Ia menguap kemudian dengan cepatnya ia masuk ke alam mimpi.

Keesokan paginya,

"Miraaa!!!"

Lynn yang sangat mengantuk pun menutup telinga dengan tangannya, namun teriakan itu masih saja terdengar. Ia lalu menarik bantalnya dengan cepat agar ia bisa menutupi wajahnya dengan bantal.

jedukkk

"Aduhh!!!" Lynn lupa kalau ia tidur di atas lantai. Ketika ia menarik bantal yang menjadi alas kepalanya, otomatis kepalanya langsung terbentur dengan lantai.

"Ahhhh!!!" teriak Lynn dengan mata yang masih terpejam. Ia mengacak acak rambutnya dan mencebikkan bibirnya. Ia benar benar mengantuk saat ini dan mood nya akan buruk seharian karena sudah beberapa hari ini ia kurang tidur.

"Apa yang kamu lakukan di depan kulkas, hah?!"

"Tidur," jawab Lynn singkat.

"Tidur itu di kamar, bukan di sini," ucap Giovan sedikit kesal. Pasalnya Lynn membuka kulkas tersebut begitu besar dan melelehkan es krim yang ia beli kemarin.

"Kamar? Apa gudang itu yang kamu sebut kamar? Panas, pengap, aku tidak bisa tidur," gerutu Lynn yang berbicara dengan mata yang masih setengah terpejam.

"Minggir!" Giovan mengambil 1 kotak es krim miliknya dan membukanya. Wajahnya berubah sedih saat melihat es krim itu sudah mencair dan sepertinya sudah tak layak untuk dimakan. Rencananya hari ini ia hanya akan berada di apartemen dan menikmati harinya dengan makan es krim. Ia akan memesan makanan melalui layanan pesan antar secara online. Namun kini sepertinya rencana es krim nya gagal total.

Lynn memeluk bantalnya dan bangkit dari sana. Ia berjalan ke arah sofa kemudian meletakkan bantalnya. Giovan sudah menyalakan pendingin ruangan di sana, membuatnya tersenyum. Ia pun kembali merebahkan dirinya, namun kini di atas sofa dan memejamkan matanya.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ehbagak kaget waktu geovan blg mau makan es krim 😅

2024-05-02

0

StAr 1086

StAr 1086

tumben cwok suka makan ice cream....

2023-10-30

0

siska widya

siska widya

kulkas

2023-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!