Ferry yang ditumpangi Lynn kini sudah mulai menyeberang dari Batam menuju Singapura. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat beberapa jam dari acara pernikahannya, berarti sudah dipastikan acara itu batal. Hatinya seakan lompat keluar dan berjingkrak jingkrak dan berteriak.
Penuhnya kapal ferry itu tak menyurutkan kesenangannya. Namun, semakin lama ia merasakan hawa panas yang mendera tubuhnya. Ia pun akhirnya membuka wig yang ia gunakan dan mulai mengipasi dirinya sendiri. Para penumpang yang duduk di sekelilingnya tersenyum melihatnya.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Lynn masih sambil mengipasi dirinya sendiri.
"Rambutnya bagus neng, ngapain ditutupin pake wig?" tanya seorang ibu paruh baya.
"Penyamaran bu, ibu nggak tahu ya kalau saya ini artis?" bisik Lynn pelan.
"Hahhh artis?! yang bener neng?" dengan suara keras ibu paruh baya itu bertanya, membuat hampir seluruh penumpang kapal menoleh ke arah mereka.
"Aduhh jangan keras keras bu. Nanti kan repot kalau mereka semua minta tanda tangan saya," jawab Lynn masih dengan kebohongannya.
"Tapi kok artis naik kapal ferry, neng? dempet dempetan begini lagi. Apa nggak luntur perawatannya?" sebuah celotehan yang menyambar seperti kompor pun mendarat di telinga Lynn.
"Ini namanya pengalaman, Bu. Saya bakalan main film yang mengharuskan naik kapal kayak begini jadi saya harus meresapi peran," jawab Lynn sekenanya.
"Ooo ... kirain artis udah bangkrut, Neng," ucap salah seirang penumpang, membuat sekelilingnya ikut tertawa.
Aslinya emang bangkrut sih, Bu Ibu. Tapi saya udah berhasil jual 1 mobil, lumayan buat halan halan melepas penat dan pening. - batin Lynn sambil merapikan ikatan rambutnya yang kini dicepol ke atas. Ia masih terus mengipasi wajahnya karena panas.
45 menit berlalu, akhirnya kapal ferry telah berhenti di pelabuhan di Negara Singapura. Lynn sedikit bernafas dengan lega. Ia mengeluarkan paspor miliknya karena akan dilakukan pemeriksaan. Setelah ini ia akan langsung pergi menuju bandara untuk terbang ke negara Australia, negara yang tak akan pernah dikunjungi oleh kedua orang tuanya. Ia tak tahu apa alasannya, tapi itu membuatnya akan aman selama beberapa waktu ke depan.
*****
Lynn sudah kembali mengenakan wig dan kacamata hitamnya. Kini ia berjalan dengan perlahan dan sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tak ada yang mengenalinya.
Sampai di bagian pemesanan tiket, ia meletakkan koper kecilnya persis di samping tubuhnya.
"Tiket ke Sydney, penerbangan paling cepat."
"Maaf Nona, saat ini belum ada karena penerbangan ke Sydney sedang mengalami lonjakan karena sedang ada festival di sana."
"Yang benar saja. Saya tidak masalah menggunakan maskapai apa saja, yang penting bisa ke sana," ucap Lynn.
"Tidak ada, Nona Sebaiknya anda tunggu dulu di sana. Kalau misalnya ada yang membatalkan tiket mereka, maka mungkin anda bisa menggantikannya."
Dengan langkah berat Lynn pun berbalik dan duduk. Ia melihat orang orang berbaris dan melakukan check-in, sementara ia hanya diam dan menunggu. Waktu untuk keberangkatan pertama tinggal 1 jam lagi, tapi masih belum ada yang membatalkan perjalanannya.
Lynn mengangkat sebelah kaki kemudian memeluknya. Dengan menumpu dagu di atas lutut ia terus memperhatikan orang orang dan tak mempedulikan orang lain yang duduk di sekitarnya.
"Aku tidak mau ke Sydney!"
"Tapi aku sudah membelinya. Kita akan ke sana. Bukankah kamu ingin pergi honeymoon ke sana?"
"Aku berubah pikiran! Kenala kamu tidak berkonsultasi denganku dulu? Kita ini suami istri, tapi kamu selalu saja mengambil keputusan sendiri!"
Melihat pertengkaran itu tentu saja Lynn sangat senang. Ia terus merapalkan mantra agar pasangan tersebut terus berargumen hingga membatalkan perjalanannya. Lynn pun berjalan mendekati konter.
"Mereka akan membatalkan perjalanannya kan? berikan salah satu tiketnya padaku," ucap Lynn.
"Tidak bisa, Nona. Lihatlah, mereka masih belum memutuskan apapun," ucap staf penjualan tiket.
Lynn menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia mulai kembali berpikir bagaimana cara agar ia bisa segera mendapatkan tiket itu. Ia pun berjalan mendekati pasangan yang bertengkar tersebut.
"Maaf, apa kalian akan pergi ke Sydney?" tanya Lynn.
"Ya! ... Tidak! ...," jawab keduanya bersamaan, membuat Lynn terdiam.
"Kalian itu hanya bertengkar saja! Cepat putuskan, jangan membuatku terus menunggu!" ucap Lynn jadi kesal.
"Kenapa kamu memarahi istriku, hah?!" tanya sang suami yang kini sudah memasang badan untuk melindungi istrinya.
"Aku tidak memarahinya. Aku hanya meminta kalian untuk segera memutuskan, mau pergi atau tidak!" jawab Lynn dengan nada sedikit tinggi.
"Mau! Tidak!" jawab mereka lagi secara bersamaan.
Lynn menghela nafasnya. Pertengkaran pasangan itu menghabiskan waktu hingga ia tidak memperhatikan lagi apakah ada yang membatalkan tiketnya atau tidak.
"Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?"
"Bukan begitu, sayang. Tapi bukankah kita akan melihat festival di sana?"
"Aku tidak ingin lagi. Aku mau kita pergi ke Thailand saja," rengek wanita itu. Lynn memperhatikan dengan penuh harap, harapan agar mereka membatalkan perjalanan mereka ke Sydney.
Waktu tinggal 30 menit lagi sebelum area check-in ditutup. Akhirnya pasangan tersebut pergi area check-in dan membatalkan perjalanan mereka. Hal itu tentu saja membuat Lynn sangat senang. Ia langsung menghampiri konter.
"Bagaimana, sekarang aku bisa membeli tiket mereka kan?" ucap Lynn dengan pasangan tersebut yang masih berada di konter.
"Maaf, Nona. Tetap tidak bisa. Tiket ini dijual secara bersamaan dengan sebuah paket honeymoon," ucap staf konter.
"Whattt??!!" Lynn merasa dari tadi ia telah bertindak sia sia.
"Aku yang akan membeli semuanya, beserta dengan paketnya," ucap sesosok pria dari arah belakang mereka. Tentu saja pasangan tersebut sangat senang yang artinya uang yang mereka keluarkan akan kembali.
"Kami terima!" ucap pasangan itu bersamaan.
Pria itu lagi! - batin Lynn saat melihat sosok pria yang pernah dilihatnya di pelabuhan.
"Hei tidak bisa! Aku yang pertama menginginkan tiket ini. Aku akan membayarnya. Cepat berikan padaku!" ucap Lynn sambil menengadahkan tangannya.
"Berapa? aku akan langsung membayarnya," ucap Pria itu.
Pasangan itu menyebut nominal, kemudian dengan cepat pria itu mengetikkan nominal dan meminta mereka memasukkan nomor rekening mereka.
"Tidak bisa!!" Lynn langsung merebut ponsel itu, kemudian memperlihatkan tas ranselnya yang berisi uang.
Mata pasangan itu langsung berbinar saat melihat uang cash. Mereka pun langsung menganggukkan kepala. Pria itu mencebik kesal.
"Aku akan membayar 2 kali lipat!" ujar pria itu.
"Tidak bisa!! Tiket ini milikku!" gerutu Lynn.
"Aku!!"
"Aku!!" pertengkaran mereka malah membuat orang orang di sekitar melihat ke arah mereka. Tiba tiba saja Lynn tersadar dan langsung menginjak kaki pria itu karena kesal.
"Ahhh!!" pria itu meringis.
"Mengapa kalian tidak membayarnya dengan berbagi saja? bukankah ini ada 2 tiket?" keduanya saling berpandangan saat pasangan suami istri di depan mereka menjelaskan.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ita rahmawati
astagaaku juga mikir gtu,,ngapain berebut kn ada 2 tiketnya 🤦♀️🤦♀️🤣🤣
2024-05-01
0
StAr 1086
betul ngapain rebutan kan ada 2 tiketnya...
2023-10-30
1