"Pinjam ponselmu," ucap Lynn pada Giovan.
"Whatt?? tidak bisa. Aku tak akan pernah memberikan ponselku padamu," ucap Giovan.
"Aku pinjam sebentar, aku ingin mencari pekerjaan."
"Tidak dengan ponselku," Giovan menarik ponselnya mendekati dirinya.
"Ihhh pelit!"
Lynn merasa kesal pada Giovan, tapi ia tak mungkin menampakkannya. Ia beranjak dari duduknya, kemudian masuk ke dalam kamar kecilnya. Semalam ia harus berpanas panasan di dalan kamar kecilnya yang lebih layak ia sebut dengan gudang.
Ia mengambil pakaiannya, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya ia langsung kembali ke kamarnya. Giovan hanya melihat saja aktivitas Lynn, tanpa menegurnya.
"Aku pergi dulu," ucap Lynn.
"Hmm ...," jawab Giovan tanpa melihat ke arah Lynn. Ia masih fokus melihat ke arah ponselnya.
"Dasar cowo nyebelin!! Aku kan cuma mau pinjam sebentar buat lihat website lowongan kerja. Pelitnyaaa bukannn mainn mainnn!" Lynn terus mengumpat sepanjang jalan menuju lift.
Ia keluar dari apartemen dan ia benar benar lupa kalau ia tak memegang uang sama sekali. Lynn menyusuri jalan perlahan agar ia bisa melihat apakah toko toko yang ada di sepanjang jalan itu membutuhkan pegawai atau tidak.
Sudah hampir 1 jam ia berjalan, tapi tak menemukan pekerjaan juga. Lynn menjadi putus asa. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, dan baru menyadari kalau ia sudah berjalan terlalu jauh.
Ia pun berniat untuk kembali ke apartemen, namun ia lupa akan arah dari mana dia datang. Ia kembali berjalan menyusuri jalan yang tadi ia rasa ia lewati, tapi ia merasa seperti hanya berputar putar saja.
"Ahhh lewat mana sih? Mana aku nggak tahu nama apartemennya apa. Bodoh! bodoh! bodoh!" Lynn akhirnya duduk di sebuah kursi yang berada di salah satu trotoar. Ia memandang orang yang lalu lalang.
"Ini semua kesalahanku. Seharusnya aku tidak kabur di pernikahanku. Ini sudah yang ketiga kalinya dan mungkin saat ini aku dihukum dengan hidup jadi seperti ini karena tidak menurutu keinginan Dad dan Mom," tiba tiba saja buliran air mata keluar dari mata indah milik Lynn.
"Mengapa kamu menangis?"
*****
Giovan yang asyik sendiri berkutat dengan ponselnya, tak menyadari bahwa waktu sudah hampir beranjak malam. Ia merasakan perutnya sudah mulai mengadakan konser rock 'n roll sehingga ia segera mengambil jaket dan dompet, tak lupa memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
Ia sama sekali tak ingat dengan Lynn, gadis yang tinggal bersamanya. Ia keluar dan menuju salah satu tempat makan yang tak jauh dari sana. Setelah memesan, ia kembali berkutat dengan ponselnya.
Giovan memandang keluar jendela sambil mengingat keluarganya. Ia tak mengelak bahwa ia merindukan mereka, meskipun mereka tak akan pernah mengerti bagaimana perasaan Giovan.
"Alexa," gumam Giovan sambil memandangi ponselnya. Ya, ia menyimpan foto foto Alexa di dalam ponselnya. Ia selalu mengambil gambar gadis itu saat keluarga mereka berkumpul.
Alexa Snowy Williams, putri bungsu pasangan Azka Abraham Williams dan Mia Pranata, telah menarik perhatian seoran Giovan Sebastian. Alexa tidak seperti kebanyakan gadis kaya yang selalu tampil glamour. Ia selalu tampil apa adanya dan itulah yang disukai oleh Giovan.
Namun, ia harus memendam perasaannya. Ia tak mungkin menyatakan cintanya karena Alexa sudah memiliki seseorang yang sangat ia cintai. Selain itu, Alexa sangat menyukai anak anak, sementara ia tak akan bisa memberikannya.
Sambil menyesap minumannya, Giovan melihat ke luar jendela. Matanya memicing ketika melihat sesosok wanita yang ia kenali.
Apa yang ia lakukan dan bersama dengan siapa?
*****
"Terima kasih sudah menemaniku," ucap Lynn.
"Tidak masalah. Apa kamu baru tiba di kota ini?"
"Ya, dan sialnya aku harus kecopetan," gerutu Lynn yang memanyunkan bibirnya.
"Lalu sekarang kamu tinggal di mana?" tanya pria bernama Edric.
"Bersama temanku. Tapi .... aku lupa dia tinggal di apartemen yang mana."
Edric menemukan Lynn yang hampir menangis di salah satu kursi trotoar. Hatinya seakan membawa dirinya yang tak terlalu peduli pada orang lain untuk datang menghampiri.
"Kamu di sini?"
Lynn menengadahkan kepalanya dan melihat sosok Giovan yang sudah berdiri di hadapannya.
"Abasss!!" teriak Lynn dengan senang dan langsung menghambur memeluknya.
"Aku kira aku tak akan bertemu lagi denganmu. Aku tidak tahu nanti aku pulang ke mana. Semua pakaianku ada padamu," ucapnya.
"Ayo pulang!" Giovan menarik tangan Lynn dan membawanya, tanpa mempedulikan Edric yang tengah berdiri mematung melihat mereka berdua.
"Ed, terima kasih ya. Aku harap kita bisa bertemu lagi," teriak Lynn sambil berjalan terus berjalan karena tangannya ditarik oleh Giovan.
Mereka sampai di apartemen. Giovan mendudukkan dirinya di sofa dan menghela nafasnya pelan.
"Apa kamu tidak tahu berbicara dengan sembarang orang itu berbahaya? apalagi kamu tidak mengenal kota ini dengan baik," ucap Giovan.
"Tapi Edric bukan orang jahat."
"Ck ...," Giovan berdecak kesal.
"Habis kamu tidak mau meminjamkan ponselmu. Aku kan hanya akan menggunakannya untuk mencari pekerjaan," ucap Lynn.
"Memangnya harus selalu pakai ponsel?" tanya Giovan, "kan bisa menggunakan laptop."
"Hah? kamu punya laptop?" tanya Lynn mendekat ke arah Giovan, membuat pria itu memundurkan tubuhnya.
"Punya," jawab Giovan singkat.
"Ishhh, bilang donk dari tadi. Aku kan jadi tidak perlu berkeliling, berjalan jauh. Pegal semua badan dan kakiku," Lynn merentangkan tangannya hingga mengenai wajah Giovan.
"Hei, tanganmu!" Giovan langsung mendorong tangan Lynn yang mengenai wajahnya.
"Aku pinjam ya laptopmu, aku harus mencari pekerjaan."
"Apa kamu yakin bisa bekerja?" tanya Giovan meremehkan.
"Aku bisa! enak saja! Kamu tahu, Edric akan memberi pekerjaan padaku kalau aku tidak berhasil menemukan pekerjaan."
"Kamu akan bertemu pria itu lagi?" dan Lynn pun mengangguk.
Giovan menatap Lynn dengan perasaan sedikit kesal, "terserah padamu saja!" Giovan bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar, meninggalkan Lynn seorang diri.
"Bas! Mana laptopnya? Katanya tadi mau minjemin," tanya Lynn.
Giovan membuka pintunya kemudian memberikan laptopnya, lalu menutup pintu kamar tidurnya kembali, tepat di depan wajah Lynn.
"Ihh kok dia marah marah sih jadinya. Bukannya tadi dia yang nawarin," Lynn berjalan ke arah sofa, kemudian meletakkan laptop tersebut di atas meja, sementara ia duduk di lantai di atas karpet.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ita rahmawati
cemburu ya bas
2024-05-01
0