KABUR

Dengan menggunakan rambut palsu dan kacamata hitam, Lynn berjalan di sebuah dermaga. Ia sedang menunggu keberangkatan kapal menuju ke Singapura. Jika ia menggunakan pesawat, maka akan dengan mudah kedua orang tuanya mencari, maka ia mencari jalur yang lain.

Ia kembali tersenyum saat melihat tas ransel miliknya, juga sebuah ATM baru. Kini ia tak akan takut lagi terlacak oleh keluarganya. Ia masih muda dan tak ingin siapapun mengatur kehidupannya, terutama untuk pasangan hidupnya.

* Flashback on

"Cepat berikan sisa uangnya," ucap Lynn dengan memamerkan sebuah kunci mobil di tangannya.

"Ckk ...," decak sahabatnya yang juga memiliki sebuah showroom mobil pun akhirnya memberikan uang dalam jumlah yang besar pada Lynn. Tentu saja hal itu membuat Lynn tersenyum.

"Pantas saja kamu tidak mengundangku ke acara pernikahanmu, ternyata kamu berencana kabur?" ucap Dennis.

"Ishh ... lagipula kamu juga tahu kan kalau aku tidak pernah setuju dengan perjodohan, apalagi jadi membuatku terkurung dalam sebuah pernikahan."

"Ini hanya sebagian dan sebagian lagi sudah kutransfer ke rekeningmu yang baru. Ini kartunya," Dennis memberikan sebuah kartu ATM atas namanya dan sebuah ransel berisi uang cash. Uang itu adalah hasil penjualan mobil milik Lynn yang biasa ia pakai sehari-hari.

"Sekarang pesankan aku taksi online. Aku sudah membuang sim card ku," pinta Lynn.

"Kamu itu benar benar merepotkan ya, untung cantik," gerutu Dennis.

"Jangan marah marah, nanti cepet tua loh. Kalau tua, nanti Lisa tidak suka lagi padamu," goda Lynn.

"Kata siapa? Lisa menyukaiku apa adanya, tidak sepertimu yang dekat dekat kalau ada maunya!"

pletakkk!!

"Ishhh, sudah cepat! Kalau tidak mereka akan keburu menemukanku."

"Biarin aja, biar dinikahin sama om om," ucap Dennis kesal sambil menatap layar ponselnya.

"Ahhh Dennis!!!"

"Udah nyampe tuh di depan, sampai pelabuhan ya. Hati hati di jalan, kalau bisa jangan balik lagi, ngerepotin!" ungkap Dennis kesal.

"Terima kasih Dennis, mudah mudahan Lisa cepet tahu kalau kamu itu NYEBELINN!!" Lynn langsung berlari keluar sambil menarik koper kecilnya.

Beberapa hari sebelumnya, ia sudah merapikan beberapa pakaian dan barang barang yang ia perlukan ke dalam koper, lalu memasukkan koper itu ke dalam mobil. Ia juga menguras isi ATM nya dan memindahkannya ke rekening Dennis. Lynn memarkirkan mobilnya tak jauh dari butik, agar semua sesuai dengan rencananya.

* Flashback off

Lynn mencari tempat duduk karena ia sudah lelah berdiri dan menunggu. Matanya berbinar ketika menemukan sebuah kursi kosong di antara padatnya penumpang yang akan menaiki kapal.

Ia langsung berlari sambil memegang rambut palsunya dan menarik kopernya. Baru saja ia akan sampai, ia melihat sosok pria bertubuh tinggi dengan kacamata hitam dan menggunakan masker mengambil tempatnya. Lynn yang berlari dengan kecepatan tinggi tak mampu mengerem tubuhnya.

bruggg

"Aduhh!!!" teriak Lynn sambil memegang bokongnya yang langsung terkena lantai beton. Kepalanya juga sakit karena menabrak sesuatu yang keras.

"Kamu nggak punya mata apa?!" tanya seseorang dengan suara yang sudah meninggi.

"Punya lah, nggak lihat apa nih ... masih nempel nih mata di sini," jawab Lynn sambil menunjuk ke matanya.

"Kalau punya mata kenapa main tabrak aja? dasar banteng!"

"Enak aja ngatain banteng, nggak lihat apa cewe cantik begini," ucap Lynn kesal. Ia sudah lelah, letih, lesu, kepanasan pula, eh ditambah harus menghadapi pria rese di hadapannya.

"Kamu itu ambil tempat dudukku, jadi aku harus cepat," ucap Lynn lagi.

"Tempat dudukmu? sejak kapan? Emang ini tempat duduk ada namanya ya?"

"Aku nggak mau tahu, pokoknya aku harus duduk disitu. Kamu kan baru datang, jangan main asal serobot," jawab Lynn.

"Nggak bisa, siapa cepat dia dapat!" pria itu pun tidak mau kalah. Ia tetap duduk di kursi itu dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Lynn membersihkan celananya kemudian bangkit. Ia sangat kesal saat ini. Tanpa banyak bicara lagi, ia pun duduk di pangkuan pria itu dengan posisi saling berhadapan.

"Jika kamu tidak mau pindah, maka aku akan duduk di sini," hal itu sontak membuat pria itu kaget dan langsung bangkit, membuat Lynn kembali terkungkal ke belakang.

"Aduhh!!!" kini Lynn mengaduh kesakitan karena siku tangannya langsung terkena lantai beton dan membuatnya berdarah. Pria itu menghela nafasnya pelan kemudian berjongkok.

"Sini kubantu," pada akhirnya pria itu memberikan tempat duduknya pada Lynn, kemudian pergi dari sana. Tak lama ia datang kembali sambil membawa sebuah kantong plastik.

Ia menarik tangan Lynn dan mengeluarkan obat yang baru saja ia beli. Dengan perlahan ia membersihkan, kemudian memberikan antiseptik, lalu menutupnya dengan plester. Lynn tak banyak bicara, ia hanya memperhatikan semua yang pria itu lakukan.

"Sudah selesai. Ini untukmu, ganti plesternya lagi nanti," kemudian pria itu pun pergi meninggalkan Lynn sambil membawa ranselnya.

Ahh, dia baik juga mau mengobatiku. Ehh, stop Lynn, stopp!! Kamu ini mau kabur, bukan mau cari cowo. - Lynn memukul kepalanya pelan untuk menghilangkan pikiran absurbnya.

Ia melihat ke arah pintu kapal yang sudah begitu ramai dengan penumpang yang ingin naik. Ia langsung bangkit dan ikut berdesakan. Ia tak ingin tertinggal, apalagi tertangkap oleh anak buah Daddynya, ngeri!!

*****

Di kediaman keluarga Thomas, mulai terjadi kericuhan seperti yang telah terjadi di kediaman keluarga Sebastian sebelumnya.

"Bagaimana bisa dia kabur lagi?! Kamu tidak menunggunya hingga ia selesai?" tanya Dad Stanley pada istrinya, Jane.

"Tentu saja tidak. Aku sedang di make-up, masa harus menunggunya?"

"Sekarang dia kabur, apa gunanya lagi make-up mu itu," ungkap Dad Stanley yang kesal karena ia harus berhadapan dengan keluarga mempelai pria.

"Anak itu selalu saja membuat kekacauan di hari pernikahannya. Ini sudah ketiga kalinya, bisa bisa dia dapat teko karena terlalu sering," gerutu Mom Jane.

"Bagaimana, apa kamu sudah tahu ke mana dia pergi?" tanya Dad Stanley pada Michael, putra pertamanya. Michael hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu, kita harus segera bertemu dengan calon besan kita. Kita harus mengatakan semua sejujurnya," ucap Dad Stanley yang sudah mulai terbiasa dengan ini semua.

Dad Stanley, Mom Jane, dan Michael pun akhirnya meninggalkan kediamannya dan mengunjungi kediaman calon mempelai pria. Mereka tak ingin dianggap berbohong dan membuat keluarga mempelai pria malu.

"Apa kita harus selalu seperti ini tiap kali akan menikahkannya? Lebih baik aku menghadiahinya teko saja atas pencapaiannya. 3 kali! 3 kali dia membuat kita harus menahan malu di depan keluarga calon besan kita," ungkap Mom Jane kesal.

"Sudahlah, Mom. Sebaiknya kita biarkan saja ia memilih pasangan hidupnya sendiri. Ia sudah dewasa," ucap Michael.

"Kalau begitu, kamu bersiaplah untuk menerima perjodohan dari kami. Kamu juga belum menikah di usiamu yang sudah 27 tahun," goda Dad Stanley.

"Aku masih melanjutkan pendidikanku, Dad. Mau dikasih makan apa nanti istriku," Michael berusaha mengelak.

"Tenang saja masalah itu. Daddy dan Mommy yang akan memberinya makan," Dad Stanley dan Mom Jane saling melirik satu sama lain dan tersenyum karena sudah berhasil menggoda putranya, sementara Michael mencebik kesal.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Jgn2 Lynn mau dijodohkan dgn Giovan tp sama2 ga mau makanya kompak kabur...

2024-07-19

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

sm² kabur,,cocok 😔

2024-05-01

0

StAr 1086

StAr 1086

sama2 kabur dan ketemu pula

2023-10-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!