part 18 KEBAIKANNYA

Pov dalari

"Tahu nih, Bu. Nasrul jadi melow begini, apa jangan-jangan emang kebiasaannya seperti ini" jawabku sambil mengulum senyum.

"Uuuuh banget, ibu mau kekamar mandi saja, dia teriak-teriak, mangilin," jawabnya, memperlihatkan muka serius, membuat wajah Nasrul tersipu malu.

Kami bertiga tidak kuat menahan tawa, ketika melihat perubahan wajah Nasrul, yang memerah. Namun buru-buru tawa itu ditutup dengan tangan, supaya suara tawa tidak terdengar.

"Ketawanya jangan keras-keras, nanti, Ibu suster marah lagi" ujarku sambil memicingkan mata ke arah Heru dan Nawir. sehingga membuat mata mereka membulat karena aku juga ikut tertawa.

"Kayaknya kalian, asik banget," tanya ibu Nasrul, sambil duduk di kursi yang berada di samping ranjang.

"Iya, Bu. kalau kita ngobrol, dari awal sampai akhir, pasti tidak henti-hentinya tertawa" jelas Nasrul, sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ya sudah kalian. nginep saja di sini, nih!. ibu udah belikan banyak cemilan, buat teman kalian ngobrol" pinta Ibu Nasrul, sambil naruh plastik belanjaannya, di atas ranjang. membuat mata kami terbelalak, melihat belanjaan sebanyak itu.

"Wah, mantap nih," ujarku, sambil membuka plastik. namun sebelum sampai tanganku udah dikeplak oleh Heru.

"Kamu kan mau pulang, nggak nginep di sini!, jadi kamu nggak kebagian, ini bagian yang mau nginep," cegah Heru, sambil tersenyum miring ke arahku.

"Kok, pulang?" tanya ibu Nasrul, menatap heran ke arahku.

"Iya, Bu. Dalari ini tukang bersih-bersih di sekolah, jadi dia harus pulang. Karena besok dia harus bekerja," jelas Nasrul, sambil menatap ke arah ibunya.

"Ya Allah, Kamu rajin banget," ungkap ibu Nasrul, penuh kekaguman.

"Bukan rajin, Bu. tapi butuh" jawabku malu-malu, sambil menundukkan kepala.

"Hebat kamu!, mau pulang sama siapa?" tanya ibu Nasrul, sambil menatap ke arahku.

"Sendiri, Bu. Heru dan Nawir, mereka mau nginep di sini."

"Emang kamu berani, pulang sendiri. mana ngelewatin gunung lagi" ungkap Ibu Nasrul, terlihat raut wajahnya, menunjukkan khawatiran.

"Beranilah, Bu. ngapain takut" jawabku sambil memdongakan kepala. walaupun sebenarnya agak ngeri juga kalau melewati gunung sendirian.

"Kalau nggak gini aja, kamu jangan pulang dulu. nanti mang Badru mengantarkan nasi ke sini, kamu bisa ikut pulang bareng dengannya, naik motor." jelas Ibu Nasrul.

"Emang nggak merepotkan, Bu."

"Enggak, lah, nanti Ibu yang bayar ojeknya, Lagian motornya, motor punya ibu," jelas Ibu Nasrul.

"Wah, terima kasih banyak, Bu," mataku, berkaca-kaca.

"Jangan bilang terima kasih. ibu yang harusnya berterima kasih sama kalian, karena kalian semua sudah peduli sama anak ibu" jawab Ibu Nasrul, terpangpang senyum diwajahnya, merasa kagum atas persahabatan kami.

"Ya udah, kalian makan jajanannya, Nanti kalau habis, ibu beli lagi" perintah ibu Nasrul, membuat mata kami berbinar, menatap ke arah makanan yang ada dalam plastik.

Kita berempat pun melanjutkan obrolan yang sempat tertunda, ditemani dengan cemilan-cemilan yang belum pernah aku makan. karena jangankan untuk jajan seperti ini, buat lauk makan aja susah.  mindset yang sudah mengakar diotakku daripada membeli cemilan, mending membeli lauk makan, karena itu mengenyangkan.

Sedangkan ibu Nasrul, membaringkan tubuhnya di ranjang pasien yang kosong, tak terisi. Biasanya hari Minggu jarang pasien berobat, karena para dokter puskesmas di hari libur, mereka tidak masuk kerja. Para pasien tidak mau menunggu untuk menginap di puskesmas.

Asik mengobrol sampai beberapa kali perawat menegur. karena kita berempat yang terlalu berisik, namun kita terus mengulanginya lagi, walaupun udah diingatkan beberapa kali. Untungnya di ruangan yang kita tempati, kosong. Jadi tidak takut menggangu yang lain.

Obrolan pun terhenti setelah adzan dzuhur berkumandang, Kami bertiga berpamitan menuju ke mushola Puskesmas, untuk melaksanakan salat. selesai salat kami bertiga pun kembali kerungan, terlihat ada beberapa mangkok bakso, yang menyambut Kami bertiga, tercium aromanya yang khas memenuhi hidung kami.

"Kalian makan bakso dulu!" seru Ibu Nasrul, sambil menunjuk ke arah bakso Itu disimpan.

"Wah, merepotkan saja, Bu. padahal Kami masih kenyang" jawab Nasrul sambil tersenyum malu-malu.

"Udah, jangan banyak ngomong, makan aja" cibir Ibu Nasrul, yang sudah akrab dengan Heru, karena rumah mereka bertetanggaan.

"Hehehe" ucap kita bertiga kompak, sambil duduk di lantai. siap menghadapi semangkuk bakso, dengan gagah berani. meski tadi udah diganjal dengan timbal yang segede gajah, ditambah dengan cemilan-cemilan, kami tidak akan mundur, apalagi cuma melawan semangkuk bakso.

"Seminggu aja gini terus, bisa-bisa kita pulang merangkak, menyeret perut" celetuk Nawir, sambil menyuap kuah bakso ke mulutnya.

"Bener, tuh. kamu sakit aja terus Rul, biar makanan kita terjamin, sebagai teman yang baik, aku siap menemanin kamu disini"  Timpal Heru, sambil melirik ke arah Nasrul, yang sedang memakan bakso diatas ranjang.

"Eh, Kurang ajar!, kamu ru" cibir Nasrul, dengan muka masam.

Ibu Nasrul melihat tingkah laku Kami berempat, hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum, namun tak ikut menimpali.

Uhuk!!

Uhuk!!!

"Nawir terbatuk batuk tersendat, menahan tawa, sehingga membuat matanya terlihat merah, karena efek kuah bakso yang dipenuhi sambal.

"Makanya, kalau makan jangan sambil ngomong" celaku, sambil mendekatkan air minum, kearah nawir.

Dia hanya membulatkan mata merahnya, menatap ke arahku, tidak setuju dengan apa yang ku ucapkan.

"Siapa yang ngomong, dari tadi aku diam aja" tegas Nawir, setelah minum beberapa Teguk.

Kami berempat pun, fokus kembali, menyantap makanan masing-masing. karena ini adalah makanan yang sangat langka, jadi kami harus menikmatinya. hanya ada di kecamatan seperti ini, kalau di kampung-kampung seperti tempat kita tinggal. bakso ini hanya muncul setahun sekali. itupun di festival Samenan atau festival kenaikan kelas.

Setelah bakso itu habis. Habis sampai kuah kuahnya, hanya menyisakan mangkok, bahkan kalau pedagangnya mau jorok, dia tidak harus mencucinya. Kami berempat mengobrol kembali, sama seperti sebelum melaksanakan salat dzuhur. obrolan obrolan yang membuat kami tertawa dengan lepas.

Trokk!!!

Trokk!!!

Trokk!!!

Pintu kamar Puskesmas pun diketuk, lalu terdengar ada orang yang mengucapkan salam, Ibu Nasrul pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu dengan sigap ia membukakan pintu.

Setelah pintu terbuka, terlihat Pak Chandra yang berdiri di ambang pintu, Ibu Nasrul dengan cepat ,mempersilahkannya untuk masuk, kemudian Kami bertiga pun dengan cepat menghampiri pak chandra, mencium punggung tangannya, itu adab atau etika ketika bertemu dengan guru. Meski mencium tangan orang kita hormati tidak ada dalam sunah, namun itu budaya yang sangat bagus, untuk dipertahankan.

"Kapan kamu ke sini, dal." tanya Pak Chandra, ketika melihatku berada di tengah-tengah mereka.

"Tadi, pagi Pak." jawabku, sambil menundukkan kepala tidak berani untuk menatapnya.

Pak Chandra langsung mendekati Nasrul, yang masih terbaring di atas ranjang Puskesmas.

"Bagaimana keadaanmu" tanya Pak Chandra sambil menoleh ke arahku.

"Nasrul!, Pak." Jawabku, yang mengerti apa maksud Pak Chandra menoleh ke arahku, pasti beliau tidak akan mengetahui namanya, karena Nasrul murid baru. hanya baru beberapa hari nasrul masuk sekolah. Itupun belum sempat bertemu dalam mata pelajaran.

"Ya, Rul. gimana keadaan kamu" Pak Candra mengulang pertanyaannya sambil menatap ke arah Nasrul.

"Alhamdulillah, Pak. Sudah baikan, cuman tinggal nunggu penyembuhan lukanya saja" jawab Nasrul, sambil menatap ke arah kakinya yang dibungkus perban.

"Syukurlah, kalau begitu, Semoga kamu cepat sembuh" ucap pak Candra, sambil menaruh bawaannya di dekat Nasrul.

"Apa ini pak ?" tanya ibu Nasrul, dengan raut wajah penasaran.

"Bukan apa-apa, cuma kue Bu" jawab Pak Chandra sambil tersenyum ke arah Ibu Nasrul.

"Wah, padahal enggak usah repot-repot, sudah ditengok saja kami sudah senang" jelas Ibu Nasrul, sambil merapikan pemberian dari Pak Chandra.

Akhirnya Pak Chandra dan ibu Nasrul pun larut dalam obrolan. Obrolan orang tua murid sama guru anaknya. pembahasannya tidak jauh seputar Nasrul, yang lagi kena musibah. Dan intinya Pak Candra mewakili sebagai pihak sekolah, meminta maaf atas kelalayannya sehingga kejadian naas itu, menimpa Nasrul. sedangkan ibu Nasrul, dengan bijak tidak mempermasalahkan, karena menurutnya. kecelakaan tidak ada yang mau, dan kita tidak bisa menolak kedatanganya.

Episodes
1 bimbang
2 part 2 jangan pacaran disekolah
3 part 3 coklat
4 part 4 protektif
5 part 5 BEKERJA SAMA
6 part 6 BERDAMAI
7 part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8 part 8 MENJENGUK NAWIR
9 part 9 CHEF NAWIR
10 part 10 BERANG-BERANG
11 part 11 BERKEMAH
12 part 12 SIAPAKAH ITU
13 Part 13 NASRUL MENGHILANG
14 part 14 TITIK TERANG
15 part 15 MENUJU PUSKESMAS
16 part 16 KEADAAN NASRUL
17 part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18 part 18 KEBAIKANNYA
19 part 19 POCONG JADI JADIAN
20 part 20 TUGAS BERAT
21 part 21 KUBURAN
22 part 22 KUBURAN Vol. 2
23 part 23 KANG ARIF KENAPA
24 pary 24 INALILLAHI ARIF
25 part 25 AMUKAN WARGA.
26 part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27 part 27 MENCARI BUKTI
28 part 28 JANGGAL
29 part 29 DICEGAT POCONG
30 part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31 part 31 KANG AGUS
32 part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33 part 33 DIKUBURAN
34 part 34 TUGAS
35 part 35 ventrilouquis
36 part 36 TATAPANNYA
37 part 37 PANGERAN
38 part 38 KSATRIA
39 part 39 BERENCANA
40 part 40 MENCURIGAKAN
41 part 41 MENJALANKAN MISI
42 part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43 part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44 part 44 GARA GARA KOPI
45 part 45 TITIK TERANG
46 part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47 part 47 MULAI DIKUNTIT
48 part 48 MENGELAK
49 part 49 BERAKSI
50 part 50 MELARIKAN DIRI
51 part 51 MENAKAP POCONG
52 part 52 TERBUNUH
53 part 53 MISI SUKSES
54 part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55 part 55 PERTAMA NGAPEL
56 part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57 TAMAT
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bimbang
2
part 2 jangan pacaran disekolah
3
part 3 coklat
4
part 4 protektif
5
part 5 BEKERJA SAMA
6
part 6 BERDAMAI
7
part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8
part 8 MENJENGUK NAWIR
9
part 9 CHEF NAWIR
10
part 10 BERANG-BERANG
11
part 11 BERKEMAH
12
part 12 SIAPAKAH ITU
13
Part 13 NASRUL MENGHILANG
14
part 14 TITIK TERANG
15
part 15 MENUJU PUSKESMAS
16
part 16 KEADAAN NASRUL
17
part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18
part 18 KEBAIKANNYA
19
part 19 POCONG JADI JADIAN
20
part 20 TUGAS BERAT
21
part 21 KUBURAN
22
part 22 KUBURAN Vol. 2
23
part 23 KANG ARIF KENAPA
24
pary 24 INALILLAHI ARIF
25
part 25 AMUKAN WARGA.
26
part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27
part 27 MENCARI BUKTI
28
part 28 JANGGAL
29
part 29 DICEGAT POCONG
30
part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31
part 31 KANG AGUS
32
part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33
part 33 DIKUBURAN
34
part 34 TUGAS
35
part 35 ventrilouquis
36
part 36 TATAPANNYA
37
part 37 PANGERAN
38
part 38 KSATRIA
39
part 39 BERENCANA
40
part 40 MENCURIGAKAN
41
part 41 MENJALANKAN MISI
42
part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43
part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44
part 44 GARA GARA KOPI
45
part 45 TITIK TERANG
46
part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47
part 47 MULAI DIKUNTIT
48
part 48 MENGELAK
49
part 49 BERAKSI
50
part 50 MELARIKAN DIRI
51
part 51 MENAKAP POCONG
52
part 52 TERBUNUH
53
part 53 MISI SUKSES
54
part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55
part 55 PERTAMA NGAPEL
56
part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!