Pov dalari
"Kenapa kamu diam, apa kamu bisu" bentak Epul sambil mendekatiku
"Aku pernah bilang sama kamu, kamu Jangan mendekati Fatimah, tapi kenapa kamu masih ngeyel?" tanya Arfan mengikuti Epul mendekatiku terlihat matanya memerah.
"Eeeeee emmmmmmm eeeeee" tiba-tiba lidahku terasa kelu sampai tak bisa menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
"Mana ada maling ngaku, ayo kita gebukin aja biar ngaku" saran Azis yang masih berdiri di belakang Arfan dan Epul.
"Ide bagus tuh" ujar Epul sambil menarik kerah bajuku lalu diangkatnya ke atas.
"Sabar dulu kak sabar" ujarku berusaha menghentikan mereka.
"Mau berkelit bagaimana lagi kamu" tanya Epul menatap tajam kearah mataku.
"Dia yang mendekatiku Kak, bukan aku yang mendekatinya" jawabku dengan cepat.
"Halo emang kamu nggak punya kaca ya, mana mau Fatimah yang begitu cantik, mau sama kamu seorang tukang sampah" pendapat Arfan sedikit menusuk hatiku, Emang benar aku dan Fatimah kalau dibandingkan bagaikan langit dan bumi, jauh banget, sampai kecepatan cahaya pun tidak bisa menembusnya, namun Entah mengapa. Kenyataannya memang begitu Fatimah lah yang selalu mendekatiku.
"Ngapain sih kalian berdua, ngajakin Dia ngobrol terus, kalian buang buang waktu, mending ngajar langsung" ujar aziz mengompori teman-temannya agar cepat mengeksekusiku.
Mendengar pengomporan seperti itu, Epul yang sedang memegang kerah bajuku, dia menarik tangannya ke belakang, lalu mengepalkan jari-jarinya untuk dilepaskan menuju ke arah mukaku, melihat itu seketika aku menundukan kepala supaya pukulan itu tidak mengenai pipi atau tulang-tulang lunak lainnya, yang ada dipipiku.
Duk!
Ketika pukulan tangan itu mengenai jidatku, membuatku merasa sedikit pusing, namun cengkraman tangan Epul yang ada di kerah sedikit melonggar, karena dia juga merasakan sakit di punggung tangannya. Sehinga aku bisa melapaskan genggaman yang ada kerahku.
"Sial4n kamu!" ujar Epul sambil mengibas-ngibaskan tangan, terlihat mukanya sedikit merigis menahan rasa sakit.
Melihat Epul mengibaskan tangannya seketika kakiku, kuhempaskan menuju arah perutnya.
Brukkk!!!
Kakiku mendarat tepat di ulu hatinya, sehingga Epul meringis kesakitan, menunduk memegangi perut lalu menjatuhkan kedua dengkul kakinya, mungkin agar menghilangkan kesakitan.
"Kurang ajar kamu bocah sampah!" bentak arfan yang langsung menyerang dengan pukulanya.
Melihat temannya maju, azis pun tidak tinggal diam, dia ikut maju untuk mengeroyok, membuatku sedikit ngeri, tanpa pikir panjang setelah menghindari pukulan Arfan. Aku membalikkan badan, lalu berlari menuju jalan gang besar yang ada di tengah rumah warga.
"Eh b4nci, Jangan kabur loh si4lan" bentak Azis Untuk menghentikan pelarianku.
Namun aku tidak menggubrisnya, Aku terus berlari dengan semua kekuatanku, meninggalkan Ketiga orang yang tadi mencegatku.
"Kurang aj4r Kenapa aku sekolah sampai seperti ini" gumamku dalam hati yang masih terus berlari, sehingga sampai ke jalan dekat rumah warga, di sini aku mulai memperlambat lariku karena dirasa sudah aman, karena ketika mereka mau menyerang kembali aku bisa berteriak minta tolong.
Setelah dirasa cukup aman Aku berjalan kembali seperti biasa, untuk terus melanjutkan pulang ke pondok, sesampainya di pondok aku segera masuk ke kamar lalu membaringkan tubuhku diatas tikar.
"Kenapa kamu? kayak orang dikejar setan sampai ngos-ngosan seperti itu?" tanya Arif yang seperti biasa lagi menghafal kitab-kitabnya seusai pengajian ba'da dzuhur.
"Aku habis berlari Kang, soalnya takut kena sinar ultraviolet" jawabku sambil tersenyum
"Sok kegantengan amat kamu" dengus Kang Arif menimpali agak sedikit kesal.
"Iya emang ganteng kang, Baru tahu ya" ledekku sambil terkekeh.
"Cuih cuih, ayo mau ngelogot nggak, mumpung baru mulai nih" tawar kang Arif yang masih terlihat keaal
"Siap Kang" aku bangun dari posisi tiduranku lalu dengan berat aku mengambil kitab-kitab yang aku mau logut.
Akhirnya aku duduk di hadapan Kang Arif, sambil membuka kitab yang aku mau lugat, Meski malas namun ini adalah kewajibanku sebagai seorang santri.
*******
Keesokan paginya, setelah sarapan di rumah Pak Chandra, Aku berangkat ke sekolah, meski tak sepagi kemarin karena cucian piring sangat banyak, jadi aku sedikit telat pergi kesekolah, apalagi istri Pak Chandra kandungannya makin besar mebuatku tak enak untuk meningalkannya.
Sesampainya di sekolah mataku membulat sempurna, ketika melihat pekerjaan yang baru aku selesaikan tadi subuh, masih sangat kotor seperti belum di beresuhkan.
"Kamu baru datang, kirain aku kamu sakit, sampai-sampai pekerjaanmu terbengkalai seperti ini" tanya Fatimah yang baru keluar dari kelasnya sambil membawa sapu.
"Astaghfirullahaladzim aku sudah beres membersihkannya subuh-subuh, Siapa yang berani tega seperti ini" Tanyaku yang membuat tubuhku terasa lemas melihat kejadian seperti ini seolah tak percaya.
"Jadi kamu sudah bersihkan" tanya Fatimah yang merasa heran.
"Sudah nai, aku semenjak sekolah biasa aku membersihkan sekolah sebelum subuh, agar sekolahku tidak terganggu" aku menjelaskan keadaannya terhadapnya.
"Aku baru datang dal, jadi aku tidak tahu apa-apa, makanya sekarang aku mau membersihkannya" sanggah Fatimah yang merasa tidak enak karena dia pernah mengotori seperti sekarang.
"Aku nggak nuduh kamu kok nay, terima kasih ya udah mau bantu" jawabku yang masih merasa lemas.
"Ya sudah ayo, jangan bengong begitu, kita bersihkan nanti biar kita cari tahu? siapa orang yang tega melakukan seperti ini" ujar Fatimah sambil memulai menyapu tanah-tanah yang ada di teras sekolah.
Benar kata Fatimah. Aku tidak boleh diam, aku harus segera cepat membersihkan kembali teras yang kotor ini, akhirnya aku memaksakan tubuhku untuk membuka kunci ruang Kepala Sekolah, untuk mengecek Apakah ruang sekolah juga berantakan, tapi alhamdulillah karena ruang sekolah dikunci, jadi ini selamat dari perbuatan orang-orang usil, setelah menyimpan berkas Pak Chandra aku kembali menemui Fatimah.
"Aku yang nyapu, kamu yang ngepel" kata Fatimah sambil terus menggerakkan tangannya untuk membersihkan debu-debu yang masih menempel di lantai.
"Terima kasih ya Nay" ujarku yang terus meninggalkan Fatimah membuka kunci gudang untuk mengambil perkakas kerjaku.
Dan ternyata halaman sekolah juga masih banyak sampah berserakan, seperti sampah yang sengaja diambil lalu ditumpahkan ke tengah-tengah halaman.
"Ya Allah hatiku sangat hancur, tak terasa mata pun mulai perih seolah ada cairan bawang merah masuk ke ke mataku.
Setelah mengambil air di ember aku kembali ke teras untuk mengepelnya.
"Ternyata bukan lantainya saja yang masih kotor, tapi halamannya juga masih banyak sampah berserakan""aku menjelaskan keadaanku terhadap Fatimah.
"Ya sudah kamu tenang, Ayo kita fokus kerjakan semua ini, nanti kalau setelah selesai siapa tahu aja teman-temanku datang, nanti aku suruh mereka membantumu merapikan halaman"
"Sekali lagi terima kasih ya Nay" ucapku dengan suara parau
"Sudah santai saja, kayak sama siapa aja" jawab Fatimah sambil terus menyapu sekolah tak memperdulikanku dia terus Fokus sama pekerjaannya.
Aku mengikuti sarannya, lalu memulai mengepel kembali teras yang sudah kubersihkan tadi seusai subuh, bekerja bersama Fatimah, mengingatkanku waktu-waktu lalu di mana setiap pagi kita melakukan hal seperti ini, membuatku sedikit tersenyum menjadikan Mood Booster pagi ini.
"Aduh aduh pagi-pagi sudah pacaran aja" ujar seorang siswa yang baru datang.
"Nasrul, Heru kebetulan kalian sudah datang tolong bantu aku" jawabku yang merasa senang melihat kedatangan mereka berdua.
"Bantu apa" tanya Heru penasaran.
Melihat sepupunya datang Fatimah mendekati kita bertiga, yang sedang mengobrol sangat serius.
"Nasrul tolong dalari dia ada yang menjahili, sehingga semua pekerjaannya berantakan seperti ini" pinta Fatimah ketika sampai di samping.
"Ini sebenarnya Ada apa Teh?" tanya Nasrul yang sama masih penasaran.
"Ceritanya panjang, nanti aku ceritakan, sekarang kamu bantu menyapu halaman, kamu bisa kan?" tanya Fatimah penuh harap.
"Jelaskan dulu Sebenarnya ada apa ini" Nasrul masih ngotot.
"Udah jangan banyak tanya Rul, Ayo kita bantu" jawab Heru sambil menyimpan tasnya di pagar, lalu dia mengambil sapu sama sekopnya, Nasrul yang awalnya masih berdiam diri dia ikut membantu Heru, walau masih merasa sangat dongkol karena dia tidak mendapatkan jawaban apapun.
Tak lama kemudian teman-teman Fatimah pun datang setelah Fatimah meminta bantuan mereka akhirnya. pekerjaan pun selesai dengan sangat cepat, sehingga membuatku merasa lega. pekerjaan yang sangat berat Biasanya aku kerjakan dalam waktu satu jam sekarang tiga puluh menit sudah selesai.
Para siswa pun mulai berdatangan untuk bersekolah, meski pelajaran Belum dimulai, tapi mereka sangat antusias Setelah libur panjang selesai semester dua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments