Pov dalari
Tempat itu Hening seketika, aku tak tahu apa yang terjadi, karena keadaan mataku yang tertutup, hanya telingaku yang masih bisa berjalan menangkap semua keadaan yang ada di sini.
Trekk!!
Trekk!!
Trekk!!
Suara botol air mineral yang di pencet terdengar kembali, menandakan kita harus berjalan lagi mengikuti suara itu. Aku juga ikut berjalan dengan keadaan jongkok sambil memegang pundak temanku yang berada di depan. tak lama berjalan kakiku mulai menginjak lagi tikar, yang jadi alas tempat tidur, menandakan kami semua sudah berada di dalam tenda.
"Sekarang kalian Buka penutup matanya, lalu tidur kembali, jangan ada yang berisik" ucap seseorang orang memberi perintah.
Aku dan semua siswa yang ada di tenda, mulai membuka ikatan penutup mata, pupilku membesar memindai seluruh ruangan yang nampak gelap, hanya ada cahaya api unggun yang masuk dari samping tenda.
"Dal, kamu di mana" Panggil seseorang.
"Yah, aku ada di sini" jawabku sambil melihat sekeliling untuk mencari orang yang memanggil.
Tak lama kedua bayangan hitam merangkak mendekatiku, mataku yah lama tertutup belum bisa menyesuaikan dengan keadaan sehingga, Hanya bayangan meraka yang aku lihat.
"Kamu siapa" Tanyaku penasaran.
"Heru dan Nawir" jawab heru.
"Nasrul, Nasrul ke mana" Tanyaku yang panik mengingat kejadian tadi
"Iya aku dan Nawir ini lagi mencari keberadaannya" jawab suara Heru.
"Nasrul, Nasrul" Panggil Heru walau tidak teriak, namun suaranya terdengar jelas oleh seisi ruangan tenda.
Tenda itu Hening seketika, Tak ada jawaban dari Nasrul menandakan nasrul tidak berada di sini "qpa kalian melihat Nasrul" lanjut Heru menanyai teman-temannya.
"Nggak tahu, kan semenjak bangun, mata kita semua" ditutup jawab seseorang yang mengingatkan.
"Dia ke mana ya, apa apa jangan-jangan" aku menghentikan perkataan itu mengingkari prasangka burukku.
"Jangan jangan apa, mendinga Ayo kita cari keluar, siapa tahu aja dia belum masuk" ajak Heru sambil bangkit dari tempat duduknya.
Aku dan Nawir bangkit mengikuti Heru, untuk mencari Nasrul di luar tenda, setelah berada di luar Kami bertiga memindai semua sudut untuk mencarinya, namun kami tidak menemukan, hanya ada para Pembina yang masih mengobrol di dekat api unggun.
Coba kita tanya sama mereka, siapa tahu aja ada yang melihat saranku sambil menunjuk para Pembina itu.
Tak ada jawaban keluar dari mulut Heru dan Nawir, namun mereka mengikutiku menuju tempat di mana kerumunan itu berkumpul.
"Ngeri juga yah lihatnya, apalagi darah yang keluar sangat banyak" terdengar ujar seseorang dari mereka.
"Biarin aja sih m4mpus juga, lagian kita hanya menjalankan tugas, yang harus disalahkan itu Pak Anang, sebagai pembinanya" jawab seseorang yang terdengar ketus, membuat kami menerka-nerka apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka bicarakan ada kaitannya dengan hilangnya Nasrul.
Obrolan mereka terhenti setelah salah satu dari mereka melihat kedatangan kami.
"Kalian bandel ya, disuruh tidur malah masih keluyuran" ucap Epul dengan dikit suara agak keras.
"Maaf mengganggu, saya mau tanya, apa kakak-kakak melihat keberadaan teman kami, yang bernama Nasrul" Tanyaku sopan tak membalas ucapan galak Epul.
"Emang kami bapaknya, pakai nanya kami segala" jawab Epul dibarengi dengan tertawa teman-temannya, menganggap pertanyaan kami lucu.
"Tapi teman kami, nggak ada di tenda" ucapku yang tetap tenang meski sedikit agak terpancing
"Udah jangan keluyuran Dek, ini sudah malam mending kalian ikut sama temanmu, nyus* sana sama ibumu" ledek seseorang membuat suara tawa mereka semakin renyah.
"Eh si4lan kami nanya baik-baik, kalian malah gitu" bentak Heru seketika menghentikan tawa mereka.
"Kurang 4jar, jaga bicaramu sana pergi" jawab Epul tak kalah garang dari Heru, sambil mendorong pundak Heru untuk mengusir kami pergi meninggalkan mereka.
Namun dengan cepat, tangan yang mendorong itu, diambil lalu ditarik ke belakang, dengan sekencang-kencangnya. sehingga membuat tubuh Epul kehilangan keseimbangan sehinga tersungkur ketanah.
"Jangan kira kami takut" ujar Heru sambil menatap bengis Epul yang baru bangkit, untuk menyerang Heru kembali, namun Arfan dengan sigap menahan, sehingga Epul tidak jadi menyerang Heru.
"Udah kalian tidur, Nasrul nggak apa-apa, jangn khawatir" ucap Arfan dengan lembut namun entah apa maksudnya.
"Jadi kalian tahu dimana keberadaan Nasrul" tanya Heru yang masih berapi-api.
"Ya, dia baik baik saja, sekarang kalian pergi dan tidur" perintah Arfan dengan penuh penekanan.
"Sekarang Nasrul di mana" Tanyaku sama Arfan
"Dibilangin lagi nyus* sama ibunya, kalian masih ngeyel" ucap Rohman menimpali pertanyaanku.
"Diam kamu Man" bentak Arfan.
"Ngapain sih lembut-lembut sama mereka, nanti malah makin ngelunjak" gerutu Rohman yang tak suka.
"Diam" bentak Arfan lagi sehingga membuat Rohman terdiam seketika.
"Sekarang kalian tidur kembali, Ini sudah mau pagi" perintah Alfan sama Kami bertiga.
"Jawab dulu di mana keberadaan sahabat kami" tanya Heru yang masih kesal.
"Tidur atau kalian push up 100 kali" ancam Arfpan menatap tajam ke arah Heru memperlihatkan taringnya.
"Si4lan kamu fan" bentak Heru sambil melayangkan tinju, namun aku dan Nawir dengan Sigap menahan Heru yang hendak menyerang Arfan.
"Ayo pukul kalau berani, anak sekolah kok barbar ejek" Arfan sambil melebarkan kedua tanganya menantag heru.
"Ayo kita tanya ke yang lain, Jangan tanya mereka" saranku sambil menarik Heru agar menjauh dari mereka.
"Iya pergi sana, nyus* sama ibumu" teriak salah satu dari mereka sambil diiringi dengan tawa.
Namun Kami bertiga tidak menggubrisnya, aku mengajak kedua temanku untuk menemui Pak Anang, yang ada di ruang guru, mungkin beliau bisa memberitahu tentang keberadaan Nasrul.
Sesampainya di ruang guru tak ada siapapun di sana hanya ada beberapa siswi dari para Pembin,a yang lagi tidur di sofa sehingga membuat kita bertiga mengurungkan niat untuk mencari keberadaan pak anang.
"Ya udah kita tidur, besok aku tanya sama Pak Chandra pasti beliau mengetahui tentang keberadaan Nasrul" saranku sama mereka berdua
Nawir dan Heru menganggukankan kepala tanda mereka menyetujuinya, dan akhirnya Kami bertiga menuju kembali ke tenda untuk beristirahat, mengingat waktu yang sudah terasa mulai dingin, sehinga embun yang menempel di rumputan membasahi punggung kaki kami yang memakai sandal.
"Di mana ya, keberadaan Nasrul" Tanyaku mengawali pembicaraan, setelah kami bertiga memasuki tenda.
"Tadi kamu mendengar suara rintihan orang yang kesakitan" Heru balik bertanya.
"Iya aku dengar" jawab Nawir.
"Apa itu jangan-jangan Nasrul" ungkap Heru.
"Emang Nasrul kenapa" tanya seorang murid yang belum tidur.
"Nggak tahu, tapi yang jelas dia hilang" jawab Heru sehinga membangunkan beberapa orang yang belum tidur, lalu mendekati kami.
"Wah gawat apa jangan-jangan diumpetin hantu" ungkap seorang murid
"Ya kali hantu kurang kerjaan" sanggah seseorang.
"Oh iya tadi siapa Siapa yang merintih kesakitan" tanya seseorang
"Nggak tahu, apa itu jangan-jangan Nasrul, tapi nggak mungkin sih, soalnya tadi pas aku membuka penutup mata, mereka nggak menamparku, cuman memukul lengannya sehingga menimbulkan suara seperti tamparan"
"Oh jadi kamu yang tadi ditampatvterus disuruh push up" tanya Heru dengan penasaran
"I?kalau push up Iya, tapi kalau ditampar nggak" jawabnya menceritakan kejadian sebenarnya.
"Berarti rintihan tadi juga, mereka berpura-pura begitu" tanya seseorang.
"Entahlah, nggak tahu mending kita tidur, Biar besok kita cari barang-barang" saran orang yang tadi memberikan penjelasan.
Yang Membuat Kami bertiga saling menatap bingung, apa yang sebenarnya terjadi terhadap Nasrul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments