Pov dalari
Akhirnya kami melanjutkan, perjalanan. yang sempat tertunda, untuk menuju ke Puskesmas. menurut Nawir, tempat pemberhentian kita ini, baru, hanya seperempat dari perjalanan, yang akan kita tempuh.
Setelah keluar dari area gunung. Kami menyusuri sawah, Yang padinya sebentar lagi akan dipanen. terlihat sangat indah, bagaikan hamparan permadani, dengan warna kuning keemasan. selesai menyusuri sawah.dan kami masuk kembali ke jalan besar. menurut Nawir, dia tidak tahu lagi Jalan terobosan, yang menuju ke arah Puskesmas.
"Dari sini, kita lurus aja, nanti. kalau gak salah, Puskesmas ada di samping kanan" ucap Nawir yang terus berjalan.
"Masih jauh nggak" tanya aku, yang sudah merasa lelah, karena. terus berjalan tanpa henti, setelah peristirahatan terakhir, dikaki gunung.
"Lumayan" jawab Nawir, tanpa menghentikan perjalanannya.
"Yang bener?, masih jauh, apa nggak," tanya Heru memastikan.
"Aku lupa, kalau lokasi Pasnya, di mana. cuman aku yakin kita sudah ada di jalan, yang benar" ungkap Nawir.
"Kalau masih jauh, mending kita, istirahat dulu. Kita cari makanan, untuk mengganjal perut, supaya tidak terlalu keroncongan. " saranku. mengingat kita berangkat dari pagi, dan belum sempat, untuk sarapan. hanya air pegunungan yang baru masuk ke perut.
"Ide bagus tuh, lagian aku juga sudah capek. " Timpal Heru
" Ya sudah, aku ikut aja" ucap Nawir mengalah
Setelah berjalan beberapa saat, terlihat. ada warung penjual gorengan. tanpa pikir panjang. Kami bertiga masuk, lalu duduk di bangku yang sudah disediakan.
"Jajan Dek? " tanya ibu warung ramah.
"Iya Bu. gorengan berapaan? " aku balik bertanya, memastikan Bang kami cukup untuk membelinya.
"Murah, cuma 200-an." jawabnya sambil membuka penutup gorengan.
Kami menyantap gorengan, dengan lahap. walau gorengannya sudah tidak hangat lagi, karena mungkin dibuatnya dari pagi tadi, namun. itu tidak mempengaruhi kami, untuk terus mengunyahnya.
Selesai mengisi perut, dan membayar jajanan yang kami makan, aku berpamitan sama ibu warung, untuk melanjutkan perjalanan.
Puskesmas Kecamatan sudah terlihat, habiskan 30 menit di perjalanan.
"Itu, bukan?" Tanyaku, yang menunjuk ke arah bangunan berbentuk rumah sakit. Terlihat, di depannya ada mobil ambulans yang terparkir.
"Benar" jawab Nawir, sambil menyeka keringat, yang bercucuran membasahi wajahnya.
"Alhamdulillah. kita sampai juga" ujarku, mengucap syukur. setelah menghabiskan beberapa jam di perjalanan, untuk menuju tempat ini.
Kami bertiga. memasuki Puskesmas. lalu menanyakan keberadaan pasien, yang bernama Nasrul. kepada resepsionis, dengan ramah dia memberitahu, kamar teman, yang kita cari. Dengan mudah kita menemukannya, karena hanya ada beberapa kamar di sini, mengingat. bangunan Puskesmas yang tidak terlalu besar.
"Nawir, Heru, Dalari" teriak Nasrul. Solah tidak percaya akan kedatangan kami.
"Kamu kenapa" Tanyaku, sambil memegang tangannya untuk bersalaman.
"Kakiku, terluka. Menginjak serpihan kaca" jelasnya sambil membumbung air mata. Nasrul, bangkit dari tempat tidurnya, kemudian. memperlihatkan kakinya yang sudah tertutup kain.
"Lukanya, dalam ya?" Tanyaku.
"Katanya sih, iya. Aku nggak berani melihatnya. ngeri" ujarnya sambil bergidik.
"Gimana ceritanya, bisa kejadian seperti ini" tanya Nawir Yang penasaran.
"Nggak tahu, kejadian sebenarnya seperi apa. Mata kita kan ditutup. tiba-tiba saja, telapak kakiku. Terasa menginjak benda tajam, dan ketika aku pegang. Ternyata tanganku basah, dan bau anyir darah. para pembina OSIS mendekat, menerangiku dengan senter, sehingga. aku bisa melihat darah yang keluar, begitu banyak. Aku pingsan, karena takut kalau melihat darah, pas bangun tahu-tahu udah ada di sini" jelas Nasrul
"Tapi, tadi malam. terdengar suara, kayak kamu di tampar" tanya Heru.
"Bener, aku ditampar, Tapi gak apa apa, mungkin ini salahku. tolong rahasiakan ya, soalnya takut Masalah ini jadi meluas, ke mana-mana. biarkan saja, biar mereka dibalas, oleh Allah" ungkap Asrul membenarkan pernyataan Heru.
"Parah banget, mereka. Masa orang lagi kena musibah, mereka malah tampar" gerutu Heru.
"Ya, mungkin. mereka kira aku cuma bercanda, kan keadaan tadi malam, sangat gelap" jawab Nasrul.
"Ya sudah, kalau kamu nggak mau memperpanjang masalah. Semoga, kamu. cepat sembuh dan Kita suatu saat, bisa membalas perlakuan mereka" ucap Nawir sambil memukul telapak tangannya.
Cklek!!
"Pintu kamar Puskesmas terbuka, lalu. masuklah seorang ibu-ibu yang sangat rapi, terlihat. tangannya menenteng kantong plastik, yang berisi botol air mineral. Mungkin dia baru pulang dari kantin.
"Eh!. ada tamu" sapanya yang terlihat kaget melihat ada Kami bertiga.
"Iya, Bu. Kami temannya Nasrul" jawabku sambil mecium pungung tanganya.
"Mau jenguk nasrul, ya." Tanya sambil membagi tatapan kearah kami bertiga.
"Iya, Bu. Soalnya khawatir, tiba-tiba. Nasrul menghilang begitu saja. Akhirnya kami putuskan untuk ke sini" aku menjelaskan alasan kita sampai Puskesmas.
"Ternyata, ada Heru juga, disini" ucap ibu Nasrul setelah mengetahui bahwa salah satu dari kami adalah tetangga dekatnya.
"Iya, bu hehehe" jawab Heru sambil menggaruk-garuk kepala.
"Padahal, kalian. enggak usah repot-repot, pakai datang ke sini segala. Tapi terima kasih ya, udah mau menjenguk Nasrul." ungkap Ibu Nasrul. sambil mengulung senyum di bibirnya.
"Oh iya, tadi. Kalian berangkat jam berapa, ke sini" tanya ibu Nasrul, sambil menyimpan botol air minum di bawah ranjang.
"Pagi-pagi, Bu. kebetulan acara kemahnya ditutup sesudah subuh" jelas Heru
"Ya Allah, berarti. kalian berjalan emapat jam, untuk sampai ke sini" tanya ibu Nasrul, dengan mata berbinar. Mungkin dia terharu, karena Melihat kesungguhan kami.
"Iya, Bu. mau gimana lagi, soalnya takut terjadi apa-apa, sama nasrul" jelasku sambil menundukkan kepala.
"Ngomong ngomong, kalian. Sudah pada makan belum, Pasti belum ya" tanya ibu Nasrul, yang terlihat khawatir.
"Udah, Bu. tadi makan lontong sama gorengan, di warung. pas mau sampai ke sini" jawab heru.
Ibu Nasrul, mengbungkukan badan, mengambil sesuatu dari bawah ranjang tempat tidur Nasrul.
"Ya, sudah. kalian, makan dulu, kebetulan. Ibu masih ada nasi, tadinya buat sarapan, namun. Melihat, nasrul sakit. Napsu makan ibu, jadi hilang" ujar ibu Nasrul, Sambil memberikan kantong, yang ada di tangannya.
"Apa ini, bu" tanya Heru.
" Timbel Nasi Ru"
"Terus, kalau timbal ini kita makan, nanti Ibu mau makan apa" tanyaku, yang merasa tidak enak, memakan jatahnya.
"Kalian, sudah makan aja, jangan pikirin Ibu, nanti siang juga bapaknya Nasrul, kesini, pasti bawa nasi lagi" ungkap Ibu Nasrul.
"Wah, terima kasih banyak, Bu" ujar Nawir yang kegirangan menerima nasi gratis.
"Yah, sama-sama. tapi makannya jangan di sini, nanti dimarahin perawat" ujar Ibu Nasrul mengingatkan.
"Baik, bu. Rul, kami makan dulu ya" ucapku meminta ijin sama Nasrul
"Oke! kalian. makan yang banyak, biar kuat nemenin aku, di sini. sampai sembuh"
Kami bertiga serempak mengangkat jempol, tanda menyetujui apa yang dikatakannya.
Akhirnya, aku keluar. mengikuti Nasrul dan Heru, yang sudah jalan duluan, sambil membawa timbal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments