Pov dalari
Akhirnya semua teman tenda pada membaringkan lago badan, untuk menyambung mimpi yang terputus oleh gangguan tadi, hanya menyisakan Kami bertiga yang masih terjaga khawatir dengan keberadaan Nasrul, yang tak tau ribanya.
"Kira-kira ke mana ya" Tanyaku yang merasa putus asa, karena tidak bisa menemukannya. Pertanyaan yang tidak akan mendapat jawaban, karena yang ada di sini semua sama, tidak tahu di mana keberadaan Nasrul.
"Katanya, nanti habis subuh kamu, mau tanya sama Pak Chandra, jadi jangan dilikirin terus" ucap Nawir mengingatkanku.
"Ya sudah kita tidur lagi, biar besok kalau mencarinya, kita tidak mengantuk" saran Heru sambil membaringkan badan lalu menarik sarungnya, menutupi kepala.
Akhirnya aku dan Nawir, mengikuti apa yang dilakukan oleh Heru berbaring. Meski dalam keadaan yang diliputi oleh kekhawatiran, namun lama-kelamaan, mata pun mulai mengatup, mengalihkan sedikit rasa kekhawatiran yang sedang menimpa.
Adzan subuh, sayup-sayup terdengar, membangunkan semua insan yang sedang berada di dalam kenikmatan, mengingatkan bahwa di Setiap kenikmatan, ada Tuhan yang harus disembah, dengan perlahan mataku mulai terbuka.
" Alhamdulillahil adzi ahyana ba’da ma amatana wa iliahin nusyur"
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami dan kepada Allah kami akan dibangkitkan.” amin
"Ya Allah, aku kesiangan" gumamku dalam hati, soalnya terbiasa bangun satu jam lebih awal dari waktu adzan subuh, sehingga ketika bangun pas adzan jadu merasa kesiangan. Dengan perlahan kubangunkan kedua sahabatku, untuk sama-sama menyembah-Nya, dengan malas, akhirnya mereka pun bangun lalu mengikutiku mengambil air wudhu, untuk salat berjamaah subuh.
Setelah melaksanakan Salat subuh berjamaah, semua murid diperintah untuk berkumpul di dekat api unggun, melihat dari susunan kegiatan perkemahan ini, bahwa setelah Subuh akan diadakan pengajian kuliah subuh. Namun ternyata itu tidak dilaksanakan, mengingat Ada hal penting yang akan mereka sampaikan.
"Kami mohon doa kalian, agar teman kita Nasrul diberi kesehatan kembali, karena ada kecelakaan yang menimpanya tadi malam, namun kalian jangan khawatir karena Nasrul udah ditangani dengan tepat dan cepat. Walaupun Ini semua bukan kesalahan kami, namun dengan lapang dada kami meminta maaf. Untuk itu acara perkemahan ini kami tutup lebih awal, silakan kalian kemasi barang barang kalian, setelah matahari terbit kalian pulang ke rumah masing-masing dengan tenang" ucap Arfan di sela-sela orasinya, sambil menetupnya dengan salam.
"Nasrul kenapa" teriak Heru sambil mendekati arah di mana Arfan berdiri.
"Yang tidak ada kepentingan, silakan kalian semua bubar" perintah Arfan tanpa memperdulikan pertanyaan Nasrul.
Membuat semua murid membubarkan diri,mengikuti perintah Arfan. untuk merapikan barang bawaannya masing-masing, karena setelah selesai mereka diperbolehkan langsung untuk pulang.
"Tolong jawab Fan, Di mana keberadaan Nasrul" pinta Heru sambil mentap ke arah Arfan, untuk menemukan jawaban.
"Kan tadi saya udah bilang, masa kamu nggak ngerti" jawab Arfan tanpa dosa.
"Iya sekarang Nasrul di mana" teriak Heru yang terlihat sangat kesal mendapat jawaban yang tidak memuaskan.
"Mana aku tahu, aku kan bukan bapaknya, dan bukan pengasuhnya" jawab Arfan sambil mengangkat kedua pundaknya
"Kurang 4jar" ucap Heru sambil memegang baju Arfan, dia hendak mebyerang orang yang dianggap ketua OSIS itu, dengan pukulan terlihat tanganya yang sudah mengepal sempurna.
"Udah ru, nanti kita tanya sama Pak Chandra biarin jangan dilayanin" aku udah Nawir dengan Sigap menenangkan Heru yang suka meledak-ledak, tanpa perhitingan.
"Udah Kalian pergi" usir Arfan sambil menepuk-nepuk bajunya seolah bekas pegangan Heru itu kotor.
"Ayo kita pergi dari sini" ajak Nawir sambil terus memegangi tangan Heru.
"Kalau terjadi apa-apa sama Nasrul, Awas kau" ancam Heru sambil menujuk muka Arfan sebelum pergi meninggalkan mereka.
Namun ketika hendak menuju ketenda, kami melihat teman-temannya Fatimah, sehingga kami beinisiatif mendekati, siapa tau dia tau apa yang kita cari.
"Ada apa" tanya Ismi, yang melihat kami mendekatinya.
"Maaf Kak, Mau numpang tanya, apa kakak tahu keberadaan Nasrul " Tanyaku sambil manggut menandakan tanda hormat.
"Jangan panggil kakak lah dal, kita kan seumuran, Panggil Ismi aja" ucap Ismi yang terlihat mukanya seperti tomat.
"Iya Is, tahu nggak keberadaan teman kita" aku mengulang kembali pertanyaan.
"Tahu, emang kalian gak tau" jawabnya dengan muka datar.
"Kalau tau aku gak mungkin nanya kamu" tanya Heru dengan semangat karena mulai ada titik terang, namun terdengar agak kasar.
"Kalau nggak salah, tadi ada yang bilang, katanya Nasrul dibawa ke Puskesmas Kecamatan, tapi gak tau juga sih aku malam kan tidut" jelas Ismi
"Kok bisa dibawa ke Puskesmas, Emang dia sakit apa" tanyaku penasaran.
"Emang kalian beneran gak tahu" Ismi malah balik bertanya.
Kami bertiga serempak menggelengkan kepala, karena tidak tahu keberadaan Nasrul dimana.
"Nasrul kecelakaan. Dia menginjak serpihan kaca, sehingga kakinya terluka sangan parah, dan mengeluarkan darah sangat banyak, sehingga dia harus dilarikan ke Puskesmas Kecamatan, karena Puskesmas Desa tidak sanggup untuk menanganinya, tapi kalian jangan khawatir, Fatimah juga ikut kok untuk membantunya, Terus tadi habis subuh orang tuanya juga sudah dikasih tahu" jawab ismi panjang kali lebar membuat nafas Heru terlihat memburu, menahan rasa amarah, dengan cepat, dia pergi meninggalkan kita berlima.
"Mau ke mana ru" tanya Nawir yang terlihat khawatir. Namun heru tidak menjawab dia pergi tanpa menoleh lagi.
"Ayo kita ikut, nanti dia berbuat aneh-aneh lagi" ajakku sambil hendak berlari, menyusul heru namun aku lupa belum mengucapkan terima kasih terhadap Ismi dan teman-temannya, sehinga aku membalikan badan kembali menghadao ke arah ismi dan teman-temannya. Setelah mengucapkan terima kasih .Aku berlari mengikuti Nawir yang udah pergi duluan, menyusul heru.
Aku berlari menuju kearah tenda namun mereka berdua tidak ada, dan pikran ku memberitahu kemana meraka berdua pergi. "Pasti mereka kesana" gumamku dalam hati sambil berlari menuju ketempat, dimana lara OSIS itu berkupul . Benar, Setelah sampai tujuan, terlihat Heru dan Nawir sedang sedang meringkuk, dihajar oleh Arfan dan teman-temannya, dengan hantaman dan tendenngan, membuat darahku mendidih melihat teman yang sedang dikeroyok.
"Udah, udah, tolong hentikan, kalian kenapa menghajar kedua temanku" tanyaku sambil mendorong orang orang yang sedang memukuli kedua sahabatku, lalu kuhalangi tubuh nawir dan heru dengan tubuh agar para OSIS tidak terus mengahajarnya, menjadikan tubuhku sebagai tameng untuk mereka berdua.
Terasa beberapa pukulan yang mengenai ke punggungku, namun aku tetap menahan agar kedua sahabatku tidak terus mereka pukuli, untung para siswa wanita pada berteriak histeris melihat kejadian ini sehingga para Pembina OSIS itu seketika menghentikan aksinya.
Setelah mereka berhenti memukuli, tubuhku langsung ambruk diatas tubuh Heru dan Nawir yang ada di bawah, namun dengan sigap mereka menahankuzsehingga aku tidak sampai terjatuh ke tanah, setelah setelah beberapa detik berlalu, aku mulai menguasai keadaan tubuhku, sehingga aku bisa bangkit untuk berdiri, sambil meregangkan otot-otot yang tadi terkena pukulan, entah mengapa gak begitu terasa sakit, mungkin pukulan mereka tidak beraturan.
"Kalian kenapa memukuli mereka" Tanyaku sambil terus meregangkan otot-otot seperti mau melakukan pemanasan ketika hidak berolah raga
"Hah, kami?, Kamu tanya aja sama temen kamu, apa yang dia lakukan terhadap kami" jawab Azis sambil menunjuk mukanya.
Mendengar jawaban Azis, aku memalingkan pandangan mataku ke arah Heru dan Nawir yang berdiri di belakangku.
"Iya maaf dal tadi Heru memulai dia memukuli Arfan, sehingga teman temanya membantu, mereka mengeroyoki kita berdua, aku yang mau melerai malah kena imbasnya" jawab Nawir.
"Ya Allah, kamu Heru, bikin malu saja" gumamku dalam hati, mengetahui kebenaran dari jawaban Nawir membuat wajahku berubah besemu merah, menahan rasa malu.
"Ayo maju kalau kamu juga mau digebukin" tantang Azis sambil tersenyum mengejek kearahku.
"Maafkan teman temanku Kak" ucapku sambil tertunduk.
"Halah ngapain minta maaf, mereka yang salah, kenapa mereka tidak jujur memberitahu keberdaan Nasrul, dan kenapa mereka ceroboh sehinga kita harus berjalan dengan mata tertutup, tanpa mengunakan alas kaki" teriak heru yang menggebu-gebu, sambil menujuk-nujuk kerah meraka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments