Pov dalari
"Kenapa harus malu, kita kan sahabat. dan kalau sahabat itu harus Satu Rasa, sama sampai pahit, sama-sama juga manis" jawabku membalas perkataan Nawir.
"Bukan begitu, tapi aku tetap malu, kalau harus merepotkan kalian" ucapnya sambil menundukkan kepala.
"Udah jangan malu-malu, kayak sama siapa aja" ujar Heru sambil terkekeh
"Akhhhhg, kurang ajar kamu ru, Ini momennya kan harus sedih, harus didramatisir sedikit lah" Ketus Nasrul sambil tersenyum.
"Iyalah, ngapain harus sedih-sedih, kita masih anak-anak. Jadi jangan terlalu memikirkan hal yang seperti itu, yang penting sekarang Gimana Kita semua bisa merasakan bahagia" ucap Heru dengan bijak.
"Tapi kalau dipikir-pikir memang benar juga sih, ayo kita nikmati masa puberitas kita, dan mempersiapkan diri supaya kedepannya menjadi lebih baik, bisa menjadi penopang hidup keluarga" ajakku sama mereka
"Dan kita harus tetap bersama" tambah Nasrul.
"Sekali lagi ingat ya, wir. kita harus tetap berangkat ke sekolah. Jangan jadikan alasan tidak punya uang, untuk tidak bersekolah, karena belajar itu sangat penting" nasehatku sama Nawir karena salah satu tugas sahabat yaitu saling menasehati.
"Ya terima kasih ya, aku senang punya teman sebaik kalian" jawab Nawir sambil tersenyum.
"Semoga kita terus seperti ini, dan terus bersama saling membantu, sampai cita-cita kita tercapai"
"Amiiii" ucap kita berempat serempak.
"Kayaknya udah mateng "ucap Nawir yang lagi membakar ikan hasil tangkapannya.
"Uh! Wanginya enak nih" Ciletuk heru.
"Tapi ngomong-ngomong nasinya matang nggak?" tanya Nasrul seolah tidak percaya dengan kemampuan chef Nawir.
"Matang lah" jawab Nawir percaya diri
Setelah semuanya dirasa sudah matang. Nawir pun membentangkan daun pisang di atas bebatuan yang tidak terkena air, kemudian dia membuka penutup kasrol, tercium wangi sereh dan salam yang mengepul dari dalamnya, tanpa menunggu lama nasi yang ada di dalam kastol di tuangkan ke daun yang udah dihamparkan.
"Cukup wir jangan banyak-banyak" cegah Nasrul ketika melihat nawir mau menuakan semua nasi.
Nawir tidak menjawab, namun dia mengikuti saran Nasrul tidak menuakan nasi yang ada di kastrol.
Dan akhirnya Kami berempat menikmati nasi liwet itu dengan ikan peda dan ikan bakar yang tadi ditangkap oleh Nawir. Rasanya sangat nikmat apalagi dalam keadaan lapar dan kedinginan sehabis berenang di sungai.
"Kamu tadi masak lewat Berapa liter Wir" tanya Heru sambil mengunyah nasi yang ada di mulutnya.
"Dua liter" jawab Nawir.
"Hah! Dua liter? berarti kita Gembul dong, Ini udah mau habis" tanya Heru
"Kamu kali yang gembul, tadi kaya yang bener aja, ngimong jangan banyak-banyak" Ketus Nasrul.
"Nggak apa-apa, Habisin aja, tenang beras orang tuaku banyak, cuman duit aja yang kurang: jawab Nawir sambil terkah-keh.
Akhirnya Liwet sebanyak 2 liter itu habis diamakan tak tertisa, hanya menyisakaan daunnya saja, setelah minum kami berempat duduk di atas bebatuan, sambil meluruskan perut yang mulai terasa begah kekenyangan.
"Oh iya Wir, besok kita akan berkemah di sekolahan, jadi kamu nanti minta izin sama orang tua" ucap Nasrul mengingatkan kegiatan yang akan dilakukan besok di sekolah, karena Nawir hari ini dia bolos.
"Kenapa diam lagi, udah jangan dipikirin masalah uang nanti kita sama-sama, yang penting kamu besok berangkat. Awas kalau tidak" ancam Heru.
"Iya, iya, aku pasti berangkat" jawab Nawir membuat kita tenang.
"Ya udah, pulang yuk aku harus berada di pondok, sebelum adzan Ashar tiba" ajak aku sama mereka.
:Kalem dulu apa, mau ke mana, Masih betah nih" sanggah Heru.
"Ya udah kalau kalian nggak mau pulang, aku pulang duluan, karena jangan sampai kita merasa tidak enak sama teman atau kawan, sampai sampai meninggalkan kewajiban kita" ungkapku memberi pengertian sama mereka, meski terlihat egois namun itu harus menyampaikanya.
"Iya bener, aku juga takut nanti orang tuaku nyariin, soalnya tadi tidak izin dulu, kalau kamu masih mau disini ya udah nggak apa-apa" tambah Nasrul sambil menatap heru.
"Kalau mau jujur sebenarnya berkumpul bersama orang-orang yang pemikiran itu sangat menyenangkan. Rasanya tidak ingin berpisah, namun walau bagaimanapun kita mempunyai kewajiban masing-masing, yang harus kita jalani" ucapku menasehati.
"Ya udah, ayo kita pamittan dulu sama orang tua Nawir" ucap Heru yang akhirnya mengalah.
Akhirnya Kami berempat merapihkan peralatan masak, tak lupa sebelum pulang Nawir menyiram Bara Api, menurutnya agar tidak membahayakan lingkungan. Sesampainya di rumah Nawir. Kami bertiga meminta izin kepada orang tua Nawir, untuk pulang ke rumah masing-masing, meski orang tua Nawir memaksa untuk nginep di rumahnya, Namun kami juga tetap memaksa untuk pulang dengan alasan belum meminta izin kepada orang tua, dan kami berjanji kapan-kapan akan menginap di rumahnya.
Setelah keluar dari rumah Nawir, aku berpisah sama Nasrul dan Heru, karena jalan yang kita tuju tidak searah, aku pulang ke pondok, sedangkan mereka berdua pulang ke rumah masing-masing. Walau ketiga sahabatku sangat mengasyikkan, namun aku tidak mau gara-gara persahabatan. Kewajibanku sebagai seorang pelajar terbengkalai, maka dari itu aku memutuskan untuk pulang sebelum adzan Ashar tiba. Karena sehabis Ashar ada jadwal pengajian di pondok.
Sesampainya di pondok, tak lama azan pasar pun berkumandang, membawaku untuk cepat bergegas mengambil air wudhu, supaya tidak ketinggalan melaksanakaan berjamaah salat. Selesai salat seperti biasa diisi dengan pelajaran pelajaran tentang agama, menurut Abah (sebutan buat sesepuh dipondok) :mengaji itu bukan untuk jadi Kyai, tapi untuk memperbaiki diri kita sendiri agar kedepannya lebih baik.
Seusai pengajian Ashar, seperti biasa para santri akan menikmati waktu senja itu dengan bermain bola, diasawah yang sudah tak terurus, karena hanya itu yang bisa mengalihkan rasa kangen terhadap keluarga. Ketika bermain bola kita akan larut dalam keceriaan, dan melupakan sejenak beban pelajaran.
*****
Keesokan paginya setelah sarapan di rumah Pak Chandra, aku bergegas menuju ke sekolah, takut kejadian kemarin terulang kembali, kejadian Arfan mengotori sekolah. namun Pak Chandra sudah mengingatkan, kalau para senior itu berani mengganggu pekerjaanku sebagai tukang bersih-bersih sekolah. Aku harus cepat melaporkannya sama beliau. Namun walau begitu rasa cemas akan kejadian kemarin selalu menghantuiku.
"Alhamdulillah" gumamku setelah melihat hasil kerjaanku tadi sebelum subuh, tidak ada yang mengganggu, sehingga dengan tenang Aku berjalan menuju kelas.
Tak lama berselang ketiga sahabatku pun datang, dengan membawa peralatan kemah yang ditugaskan kemarin.
"Assalamualaikum: ujar Nawir mengucapkan salam sambil menaruh bawaannya di bawah meja.
"Waalaikumsalam" jawabku sambil menjabat tangan, yang mereka ulurkan untuk bersalaman.
"Udah lama" tanya Nasrul sambil melepaskan tas rangselnyanya.
"Enggak, Baru saja datang, kebetulan di rumah Pak Chandra banyak kerjaan. tapi alhamdulillah beliau ngasih uang buat perkemahan malam nanti" jawab Bu sambil berseri-seri karena uang yang diberikan Pak Chandra cukup buat jajan tiga hari.
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu, berarti kita jadi nih berkemah" Timpal Heru sambil tersenyum.
"Jadilah, makanya kita bawa peralatan perang seperti ini" jawab Nasrul sambil tertawa.
Lama mengobrol Akhirnya bel tanda masuk berbunyi, menandakan kegiatan hari ini akan segera dimulai. Kami berempat duduk dengan rapi menunggu apa yang akan disampaikan pada pertemuan pagi ini.
Dari jam 08.00 pagi sampai jam 12.00 siang. Acara diisi dengan tema Pramuka dan pembahasan-pembahasan apa saja yang akan dilakukan ketika berkemah nanti malam.
Setelah jam 12.00 para siswa baru, melakukan salat berjamaah bareng. Lalu berkumpul kembali di sekolah, Sedangkan kakak kelas kita, selain petugas penerimaan siswa baru, mereka pulang ke rumah masing-masing. Setelah berkumpul di sekolah sesuai arahan kemarin yang sudah disampaikan, bahwa para siswa baru dibagi menjadi empat kelompok, setiap kelompok bertugas menyiapkan tenda untuk bermalam, setelah selesai membuat tenda para siswa yang ikut betkemah, ditugaskan membuat makanan untuk makan siang.
Setelah makan siang berakhir para siswa baru, disuruh untuk membersihkan badan dan melakukan salat Asyar berjamaah, selesai salat berjamaah acara diisi dengan permainan yang berhubungan dengan kepramukaan, dan selesai sebelum adzan maghrib berkumandang, supaya bisa mempersiapkan diri menjalankan salat magrib berjamaah.
Seusai salat magrib acara diisi dengan pengajian surat Yasin, sebagai tanda bersyukur, karena kita diberi kenikmatan bisa belajar di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
saepul dalari
lanjut
2022-06-02
0