Pov dalari
Setelah merapikan rumput yang baru dipotong, aku bersama ketiga sahabatku berjalan menuju kelas, untuk mengikuti agenda selanjutnya yang dibuat oleh para penerima siswa baru.
B"agaimana yang kemarin udah siap" Tanyaku menanyakan kelengkapan sajen yang sudah disepakati di mana kesepakatan itu Nasrullah yang menyiapkan.
"Tenang udah siap" jawab Nasrul yang mengeluarkan beberapa plastik dari dalam tasnya.
"Ini sudah lengkap" Tanyaku penasaran sambil membuka ikatan kantong untuk melihat isinya.
"Yakinlah, ini aku dapat dari orang yang terpercaya, jadi kalian tidak usah ragu lagi, dan aku juga membawa beberapa makanan untuk kita nikmati pas waktu istirahat, supaya kita tidak harus pergi ke kantin, dan bertemu pengganggu seperti mereka" jelas Nasrul sambil mengeluarkan kantong plastik yang agak besar.
"Bagus- syukurlah kalau begitu, semoga saja dengan ini kita bisa menghindari keusilan mereka" ujarku sambil merapikan lagi kantongnya.
"Oh iya aku hampir lupa, ini ada titipan makanan spesial buat kamu dal" ujar nasrul sambil mengeluarkan coklat
"Coklat dari siapa?" Tanyaku sambil mengerinyitkan dahi.
"Tau kan Di situ ada suratnya" jelas Nasrul sambil menunjuk kearah coklat, memang benar coklat itu diikat dengan pita lalu ada kertas kecil terselip dipita itu.
"Kok jadi ngeri ya, jangan-jangan kamu ini yang ngirim Rul, Sorry deh rul aku lurus-lurus aja, Lagian kalau aku mau belok pasti aku milih-milih dulu yang gantengan dikit lah" jawab aku sambil bergidik.
"Kurang asem kamu, Ambil aja dulu, baru kamu boleh berpikiran macam-macam" jawab Nasrul sangat kesal.
"Hehehe Maaf canda" jawabku sambil mengambil coklat yang diberikan.
"Terima kasih ya" ucapku sambil tersenyum sambil memasukan coklat ketas
"Itu coklat sebenarnya dari siapa sih?" tanya Nawir kepada Nasrul.
"Saya cuma mengantarkan pesanan, jadi itu bukan wewenang saya, untuk memberitahu siapa pengirimnya" jawab Nasrul meniru Pak Pos.
"Hebat kamu dal, punya banyak penggemarnya" Celetuk Heru yang dari tadi hanya memperhatikan.
"Yang hebat itu kelelawar, mereka bisa tidur sambil bergelantung" jawabku sambil terkehkeh.
"Oh iya emang bapak kamu nggak marah Rul, bawa makanan sebanyak ini? Tanyaku sambil menatap penasaran ke arah Nasrul.
"Enggak lah kan aku beli, bukan minta, tapi ujung-ujungnya tetap aja nggak boleh dibayar, Masa orang tua mau berbisnis sama anaknya" jawab Nasrul sambil tersenyum polos.
"Takutnya saja kamu nyolong?" tambah Nawir
"Kalau pun nyolong, Emang ada hukumnya nyolong di rumah orang tua" jawab Nasrul dengan mengerijitkan dahi.
"Gak tau juga sih, coba kang Santri Jelaskan Gimana hukumnya, mencuri barang orang tua" tanya Nawir sambil melirik ke arahku
"Ya kalau mencuri itu, hukumnya tetap haram, baik mencuri harta orang-lain, maupun mencuri harta orang tua. Namun menurut Imam Syafi'i beliau berpendapat bahwa kalau mengambil hak kita itu tidak apa-apa, seperti makan, minum walaupun kita tidak meminta izin dulu, itu tidak disebut mencuri, karena masih ada dalam kewajiban orang tua untuk menafkahi kita" aku menjekakan apa yang aku ketahui.
"Terus kalau bukan untuk makan dan minum, itu hukumnya gimana, seperti jajan?" tanya Nasrul yang masih penasaran.
"Kita minta izin dulu, lagian kita masih ada dalam tanggung jawab mereka, jangan biasakan mencuri walaupun itu harta orang tua, menurut ibu saya awalnya mencuri punya orang, tua, lama-lama punya orang tua habis, pindah ke orang lain itu lebih berbahaya, jadi kita minta saja kalau ada yang kita mau, kalau mereka tidak memberikannya maka kita bersabar" aku memberikan nasehat yang aku ketahui.
"Lagian ngapain Kita mencuri ya, kalau orang tua kitanya baik?" tambah Heru sambil menarik napas.
"Betul itu" aku membenarkan pendapatnya.
"Oh begitu, tenang saja semua ini semua bukan dapat mencuri kok, lagian kan kalian kemarin ngasih uang" ujar Nasrul memperkuat perkataannya supaya sahabatnya tidak ragu.
"Syukurlah kalau begitu terima kasih ya Rul" ungkap Nawir
"Sama-sama" jawab Nasrul sambil tersenyum.
Bell pun berbunyi tanda dimulainya kegiatan penerimaan siswa baru, seperti biasa kegiatan ini diisi dengan perkenalan para guru diselingi dengan game-game yang seru, tibalah ke penyerahan sajen, untuk kali ini berbeda dengan hari kemarin di mana kita menyerahkan hanya bungkus makanan itu, akhirnya kita pun terbebas dari hukuman dan melalui acara. tanpa ada rintangan apapun karena kita mengikutinya dengan khidmat dan dengan penuh kehati-hatian, sehingga tidak ada celah untuk para senior untuk menghukum kita.
Bel waktu istirahat pun berbunyi menandakan acara sesi pertama sudah usai, memberikan waktu untuk para siswa beristirahat, walaupun ini menyenangkan namun semuanya membutuhkan tenaga.
"Ke kantin nggak?" tanya Heru sambil merapikan bukunya kertas.
"Enggak lah, males rasanya kalau ketemu para senior itu" bales Nasrul menunjukkan ketidaksukaannya.
"Tapi aku pengen gorengan, kayaknya enak siang-siang begini makan gorengan" kata Heru
"Bener tuh kayaknya tukang gorengan itu pakai pengasihan, sehari tidak mau makannya kangennya sampai sekarang" tambah Nawir.
"Ya sudah aku aja sendiri yang keluar, kalian tunggu di sini, mau beli apa aja" tawarku kepada mereka.
"Ide bagus tuh emang kamu nggak apa-apa kalau keluar sendirian" tanya Heru sambil menatap ke arahku.
"Enggak lah, Lagian aku sama mereka seumuran. Jadi mungkin akan merasa senggan" jawabku menepis keraguan mereka.
"Ya sudah Maaf aku nitip ya" pinta Heru sambil mengeluarkan uang ribuan dua lembar.
"Nggak apa-apa santai aja" jawabku sambil mengambil uangnya.
Akhirnya Nawir dan Nasrul mengikuti Heru menitipkan uangnya untuk jajan, setelah mengetahui kemauan mereka aku beranjak dari tempat dudukku, menuju ke kantin seperti office boy yang sedang menjalankan tugas para karyawan
Sesampainya di kantin aku fokus memasukkan makanan titipan para sahabatku, Ke kantong Yang aku minta dari penjualnya.
"Wah ternyata kamu rakus juga ya makannya" ledek seorang wanita yang baru sampai ke kantin.
Aku melirik ke arah datangnya suara sambil memasukkan makanan ke kantong plastik ternyata itu adalah Fatimah sama gengnya.
"Enggak ini cuma titipan kok" Elakku sambil tersenyum sama mereka yang baru datang.
"Nggak apa-apa kok, walaupun kamu makannya banyak, kamu tetap cool" ujar seseorang dia berdiri di samping Fatimah Membuat Rona wajahku memerah menahan rasa malu dibuat.
"Hush, gak boleh gitu" cibir Fatimah sambil mencubit lengan temannya, sehingga teman yang dicubitnya meringis menahan rasa sakit.
"Aw jangan cubit apa, sakit tahu!" ujarnya sambil mengusap-usap bekas Cubitan Fatimah yang memerah.
"Mau jajan ya? silakan aku udah beres kok" kataku mencairkan suasana sambil bergeser ke arah samping.
Fatimah pun maju mendekat sehingga posisi kami bersebelahan, tak lama dia juga meminta kertas untuk membungkus makanannya agar mudah dibawa.
"Titipan Aku sudah sampai?" tanya Fatimah yang masih memilih gorengan.
mungkin itulah calon emak-emak, Kalau tidak memilih rasanya tidak afdol, padahal bentuk gorengan itu semuanya sama, lagian yang jual juga tidak mau rugi jadi pasti mereka membuat gorengan itu dengan takaran yang sama.
"Maaf titipan apa ya" tanyaku mengerinyitkan dahi menatap penasaran ke arah Fatimah.
"Emang beneran belum nyampe? Kurang ajar tuh si Nasrul, masa iya dia dimakan sendiri" tanyanya memastikan sambil mencembungkan pipinya yang terlihat memerah.
"Oh Titipan dari Nasrul ya aku udah menerimanya kok, tadi sempat bingung kirain dari siapa? soalnya Nasrul tidak memberitahukan siapa pengirimnya, katanya ada di surat itu ternyata itu dari kamu yah Nay, Terima kasih ya" ujarku sambil senyum.
"Jadi kamu belum membukanya" tanya Fatimah sambil membulatkan mata menatap ke arahku seolah tidak percaya apa yang aku ucapkan.
"Belum" jawabku sambil garuk-garuk kepala yang tidak terasa gatal.
"Kamu kok gitu?" ujar Nayla sambil menumpahkan kembali jajanannya lalu dia pergi meninggalkan teman-temannya yang melongok menatap kepergiannya.
"Kamu ngomong apa sama temanku" bentak teman Fatimah.
"aku nggak tahu, aku cuma bilang aku belum membuka titipannya" jawabku yang masih merasa tidak enak.
"Payah kamu, dia itu mau ngasih surprise buat kamu ya! kalau udah dibilang itu nggak surprise lagi, Makanya dia kecewa" jelas temannya sambil menatap tajam ke arah.
"Ya belum lagian tadi keburu masuk" belaku menjelaskan.
Mereka hanya mendengus kesal menatap kerahku setelah membayar jajanannya, meraka terus mengikuti Fatimah yang telah lebih dulu meninggalkan mereka, melihat kelakuan mereka aku hanya menggeleng-geleng kepala karena tidak mengerti apa kemauannya para wanita.
Setelah mereka pergi aku juga membayar semua jajananku. Namun ketika hendak pergi meninggalkan kantin ternyata ada dua orang yang menghalangi langkahku.
"Kayaknya lagi banyak duit nih Boleh dong bagi kita?" tanya Epul sambil bertolak pinggang.
"Nggak Kak, ini cuma titipan, lagian Mana mungkin tukang sampah sepertiku, punya banyak duit" jawabku sarkas sambil menyunggingkan senyum sinis ke arah mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments