part 3 coklat

Pov dalari

Setelah merapikan rumput yang baru dipotong, aku bersama ketiga sahabatku berjalan menuju kelas, untuk mengikuti agenda selanjutnya yang dibuat oleh para penerima siswa baru.

B"agaimana yang kemarin udah siap" Tanyaku menanyakan kelengkapan sajen yang sudah disepakati di mana kesepakatan itu Nasrullah yang menyiapkan.

"Tenang udah siap" jawab Nasrul yang mengeluarkan beberapa plastik dari dalam tasnya.

"Ini sudah lengkap" Tanyaku penasaran sambil membuka ikatan kantong untuk melihat isinya.

"Yakinlah, ini aku dapat dari orang yang terpercaya, jadi kalian tidak usah ragu lagi, dan aku juga membawa beberapa makanan untuk kita nikmati pas waktu istirahat, supaya kita tidak harus pergi ke kantin, dan bertemu pengganggu seperti mereka" jelas Nasrul sambil mengeluarkan kantong plastik yang agak besar.

"Bagus- syukurlah kalau begitu, semoga saja dengan ini kita bisa menghindari keusilan mereka" ujarku sambil merapikan lagi kantongnya.

"Oh iya aku hampir lupa, ini ada titipan makanan spesial buat kamu dal" ujar nasrul sambil mengeluarkan coklat

"Coklat dari siapa?" Tanyaku sambil mengerinyitkan dahi.

"Tau kan Di situ ada suratnya" jelas Nasrul sambil menunjuk kearah coklat, memang benar coklat itu diikat dengan pita lalu ada kertas kecil terselip dipita itu.

"Kok jadi ngeri ya, jangan-jangan kamu ini yang ngirim Rul, Sorry deh rul aku lurus-lurus aja, Lagian kalau aku mau belok pasti aku milih-milih dulu yang gantengan dikit lah" jawab aku sambil bergidik.

"Kurang asem kamu, Ambil aja dulu, baru kamu boleh berpikiran macam-macam" jawab Nasrul sangat kesal.

"Hehehe Maaf canda" jawabku sambil mengambil coklat yang diberikan.

"Terima kasih ya" ucapku sambil tersenyum sambil memasukan coklat ketas

"Itu coklat sebenarnya dari siapa sih?" tanya Nawir kepada Nasrul.

"Saya cuma mengantarkan pesanan, jadi itu bukan wewenang saya, untuk memberitahu siapa pengirimnya" jawab Nasrul meniru Pak Pos.

"Hebat kamu dal, punya banyak penggemarnya" Celetuk Heru yang dari tadi hanya memperhatikan.

"Yang hebat itu kelelawar, mereka bisa tidur sambil bergelantung" jawabku sambil terkehkeh.

"Oh iya emang bapak kamu nggak marah Rul, bawa makanan sebanyak ini? Tanyaku sambil menatap penasaran ke arah Nasrul.

"Enggak lah kan aku beli, bukan minta, tapi ujung-ujungnya tetap aja nggak boleh dibayar, Masa orang tua mau berbisnis sama anaknya" jawab Nasrul sambil tersenyum polos.

"Takutnya saja kamu nyolong?" tambah Nawir

"Kalau pun nyolong, Emang ada hukumnya nyolong di rumah orang tua" jawab Nasrul dengan mengerijitkan dahi.

"Gak tau juga sih, coba kang Santri Jelaskan Gimana hukumnya, mencuri barang orang tua" tanya Nawir sambil melirik ke arahku

"Ya kalau mencuri itu, hukumnya tetap haram, baik mencuri harta orang-lain, maupun mencuri harta orang tua. Namun menurut Imam Syafi'i beliau berpendapat bahwa kalau mengambil hak kita itu tidak apa-apa, seperti makan, minum walaupun kita tidak meminta izin dulu, itu tidak disebut mencuri, karena masih ada dalam kewajiban orang tua untuk menafkahi kita" aku menjekakan apa yang aku ketahui.

"Terus kalau bukan untuk makan dan minum, itu hukumnya gimana, seperti jajan?" tanya Nasrul yang masih penasaran.

"Kita minta izin dulu, lagian kita masih ada dalam tanggung jawab mereka, jangan biasakan mencuri walaupun itu harta orang tua, menurut ibu saya awalnya mencuri punya orang, tua, lama-lama punya orang tua habis, pindah ke orang lain itu lebih berbahaya, jadi kita minta saja kalau ada yang kita mau, kalau mereka tidak memberikannya maka kita bersabar" aku memberikan nasehat yang aku ketahui.

"Lagian ngapain Kita mencuri ya, kalau orang tua kitanya baik?" tambah Heru sambil menarik napas.

"Betul itu" aku membenarkan pendapatnya.

"Oh begitu, tenang saja semua ini semua bukan dapat mencuri kok, lagian kan kalian kemarin ngasih uang"  ujar Nasrul memperkuat perkataannya supaya sahabatnya tidak ragu.

"Syukurlah kalau begitu terima kasih ya Rul" ungkap Nawir

"Sama-sama" jawab Nasrul sambil tersenyum.

Bell pun berbunyi tanda dimulainya kegiatan penerimaan siswa baru, seperti biasa kegiatan ini diisi dengan perkenalan para guru diselingi dengan game-game yang seru, tibalah ke penyerahan sajen, untuk kali ini berbeda dengan hari kemarin di mana kita menyerahkan hanya bungkus makanan itu, akhirnya kita pun terbebas dari hukuman dan melalui acara. tanpa ada rintangan apapun karena kita mengikutinya dengan khidmat dan dengan penuh kehati-hatian, sehingga tidak ada celah untuk para senior untuk menghukum kita.

Bel waktu istirahat pun berbunyi menandakan acara sesi pertama sudah usai, memberikan waktu untuk para siswa beristirahat, walaupun ini menyenangkan namun semuanya membutuhkan tenaga.

"Ke kantin nggak?" tanya Heru sambil merapikan bukunya kertas.

"Enggak lah, males rasanya kalau ketemu para senior itu" bales Nasrul menunjukkan ketidaksukaannya.

"Tapi aku pengen gorengan, kayaknya enak siang-siang begini makan gorengan" kata Heru

"Bener tuh kayaknya tukang gorengan itu pakai pengasihan, sehari tidak mau makannya kangennya sampai sekarang" tambah Nawir.

"Ya sudah aku aja sendiri yang keluar, kalian tunggu di sini, mau beli apa aja" tawarku kepada mereka.

"Ide bagus tuh emang kamu nggak apa-apa kalau keluar sendirian" tanya Heru sambil menatap ke arahku.

"Enggak lah, Lagian aku sama mereka seumuran. Jadi mungkin akan merasa senggan" jawabku menepis keraguan mereka.

"Ya sudah Maaf aku nitip ya" pinta Heru sambil mengeluarkan uang ribuan dua lembar.

"Nggak apa-apa santai aja"  jawabku sambil mengambil uangnya.

Akhirnya Nawir dan Nasrul mengikuti Heru menitipkan uangnya untuk jajan, setelah mengetahui kemauan mereka aku beranjak dari tempat dudukku, menuju ke kantin seperti office boy yang sedang menjalankan tugas para karyawan

Sesampainya di kantin aku fokus memasukkan makanan titipan para sahabatku, Ke kantong Yang aku minta dari penjualnya.

"Wah ternyata kamu rakus juga ya makannya" ledek seorang wanita yang baru sampai ke kantin.

Aku melirik ke arah datangnya suara sambil memasukkan makanan ke kantong plastik ternyata itu adalah Fatimah sama gengnya.

"Enggak ini cuma titipan kok" Elakku sambil tersenyum sama mereka yang baru datang.

"Nggak apa-apa kok, walaupun kamu makannya banyak, kamu tetap cool" ujar seseorang dia berdiri di samping Fatimah Membuat Rona wajahku memerah menahan rasa malu dibuat.

"Hush, gak boleh gitu" cibir Fatimah sambil mencubit lengan temannya, sehingga teman yang dicubitnya meringis menahan rasa sakit.

"Aw jangan cubit apa, sakit tahu!"  ujarnya sambil mengusap-usap bekas Cubitan Fatimah yang memerah.

"Mau jajan ya? silakan aku udah beres kok" kataku mencairkan suasana sambil bergeser ke arah samping.

Fatimah pun maju mendekat sehingga posisi kami bersebelahan, tak lama dia juga meminta kertas untuk membungkus makanannya agar mudah dibawa.

"Titipan Aku sudah sampai?" tanya Fatimah yang masih memilih gorengan.

mungkin itulah calon emak-emak, Kalau tidak memilih rasanya tidak afdol, padahal bentuk gorengan itu semuanya sama, lagian yang jual juga tidak mau rugi jadi pasti mereka membuat gorengan itu dengan takaran yang sama.

"Maaf titipan apa ya"  tanyaku mengerinyitkan dahi menatap penasaran ke arah Fatimah.

"Emang beneran belum nyampe? Kurang ajar tuh si Nasrul, masa iya dia dimakan sendiri" tanyanya memastikan sambil mencembungkan pipinya yang terlihat memerah.

"Oh Titipan dari Nasrul ya  aku udah menerimanya kok, tadi sempat bingung kirain dari siapa? soalnya Nasrul tidak memberitahukan siapa pengirimnya, katanya ada di surat itu ternyata itu dari kamu yah Nay, Terima kasih ya" ujarku sambil senyum.

"Jadi kamu belum membukanya" tanya Fatimah sambil membulatkan mata menatap ke arahku seolah tidak percaya apa yang aku ucapkan.

"Belum" jawabku sambil garuk-garuk kepala yang tidak terasa gatal.

"Kamu kok gitu?" ujar Nayla sambil menumpahkan kembali jajanannya lalu dia pergi meninggalkan teman-temannya yang melongok menatap kepergiannya.

"Kamu ngomong apa sama temanku" bentak teman Fatimah.

"aku nggak tahu, aku cuma bilang aku belum membuka titipannya" jawabku yang masih merasa tidak enak.

"Payah kamu, dia itu mau ngasih surprise buat kamu ya! kalau udah dibilang itu nggak surprise lagi, Makanya dia kecewa" jelas temannya sambil menatap tajam ke arah.

"Ya belum lagian tadi keburu masuk" belaku menjelaskan.

Mereka hanya mendengus kesal menatap kerahku setelah membayar jajanannya, meraka terus mengikuti Fatimah yang telah lebih dulu meninggalkan mereka, melihat kelakuan mereka aku hanya menggeleng-geleng kepala karena tidak mengerti apa kemauannya para wanita.

Setelah mereka pergi aku juga membayar semua jajananku.  Namun ketika hendak pergi meninggalkan kantin ternyata ada dua orang yang menghalangi langkahku.

"Kayaknya lagi banyak duit nih Boleh dong bagi kita?" tanya Epul sambil bertolak pinggang.

"Nggak Kak, ini cuma titipan, lagian Mana mungkin tukang sampah sepertiku, punya banyak duit" jawabku sarkas sambil menyunggingkan senyum sinis ke arah mereka berdua.

Episodes
1 bimbang
2 part 2 jangan pacaran disekolah
3 part 3 coklat
4 part 4 protektif
5 part 5 BEKERJA SAMA
6 part 6 BERDAMAI
7 part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8 part 8 MENJENGUK NAWIR
9 part 9 CHEF NAWIR
10 part 10 BERANG-BERANG
11 part 11 BERKEMAH
12 part 12 SIAPAKAH ITU
13 Part 13 NASRUL MENGHILANG
14 part 14 TITIK TERANG
15 part 15 MENUJU PUSKESMAS
16 part 16 KEADAAN NASRUL
17 part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18 part 18 KEBAIKANNYA
19 part 19 POCONG JADI JADIAN
20 part 20 TUGAS BERAT
21 part 21 KUBURAN
22 part 22 KUBURAN Vol. 2
23 part 23 KANG ARIF KENAPA
24 pary 24 INALILLAHI ARIF
25 part 25 AMUKAN WARGA.
26 part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27 part 27 MENCARI BUKTI
28 part 28 JANGGAL
29 part 29 DICEGAT POCONG
30 part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31 part 31 KANG AGUS
32 part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33 part 33 DIKUBURAN
34 part 34 TUGAS
35 part 35 ventrilouquis
36 part 36 TATAPANNYA
37 part 37 PANGERAN
38 part 38 KSATRIA
39 part 39 BERENCANA
40 part 40 MENCURIGAKAN
41 part 41 MENJALANKAN MISI
42 part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43 part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44 part 44 GARA GARA KOPI
45 part 45 TITIK TERANG
46 part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47 part 47 MULAI DIKUNTIT
48 part 48 MENGELAK
49 part 49 BERAKSI
50 part 50 MELARIKAN DIRI
51 part 51 MENAKAP POCONG
52 part 52 TERBUNUH
53 part 53 MISI SUKSES
54 part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55 part 55 PERTAMA NGAPEL
56 part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57 TAMAT
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bimbang
2
part 2 jangan pacaran disekolah
3
part 3 coklat
4
part 4 protektif
5
part 5 BEKERJA SAMA
6
part 6 BERDAMAI
7
part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8
part 8 MENJENGUK NAWIR
9
part 9 CHEF NAWIR
10
part 10 BERANG-BERANG
11
part 11 BERKEMAH
12
part 12 SIAPAKAH ITU
13
Part 13 NASRUL MENGHILANG
14
part 14 TITIK TERANG
15
part 15 MENUJU PUSKESMAS
16
part 16 KEADAAN NASRUL
17
part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18
part 18 KEBAIKANNYA
19
part 19 POCONG JADI JADIAN
20
part 20 TUGAS BERAT
21
part 21 KUBURAN
22
part 22 KUBURAN Vol. 2
23
part 23 KANG ARIF KENAPA
24
pary 24 INALILLAHI ARIF
25
part 25 AMUKAN WARGA.
26
part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27
part 27 MENCARI BUKTI
28
part 28 JANGGAL
29
part 29 DICEGAT POCONG
30
part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31
part 31 KANG AGUS
32
part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33
part 33 DIKUBURAN
34
part 34 TUGAS
35
part 35 ventrilouquis
36
part 36 TATAPANNYA
37
part 37 PANGERAN
38
part 38 KSATRIA
39
part 39 BERENCANA
40
part 40 MENCURIGAKAN
41
part 41 MENJALANKAN MISI
42
part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43
part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44
part 44 GARA GARA KOPI
45
part 45 TITIK TERANG
46
part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47
part 47 MULAI DIKUNTIT
48
part 48 MENGELAK
49
part 49 BERAKSI
50
part 50 MELARIKAN DIRI
51
part 51 MENAKAP POCONG
52
part 52 TERBUNUH
53
part 53 MISI SUKSES
54
part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55
part 55 PERTAMA NGAPEL
56
part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!