part 8 MENJENGUK NAWIR

Pov dalari

Kami semua terus menyusuri jalan, dibarengi dengan sendau gurau, apalagi ketika melihat Nasrul yang terus mendekati Fitri, sehingga terus menjadi bahan ledekan kita di jalan, namun Nasrul tetap cuek seolah dia lagi dapat mood booster.

Emang umur kita masih kecil, namun untuk menyukai sesuatu itu tidak bisa dilihat dari umur, Karena itu adalah fitrah manusia, yang jelas Bagaimana Fitrah itu tetap terpelihara sesuai norma-norma yang berlaku.

Sekitar tiga puluh menit di perjalanan, akhirnya kita memasuki sebuah Gang kecil, hanya aku dan kedua sahabatku ditambah Fitri, yang berjalan menyusuri gang, karena tidak ada siswa lain yang pulang searah melalui Gang sini, kami berjalan beriringan.

"Masih jauh Fit" tanya Heru yang berjalan paling belakang.

"Udah deket, itu udah kelihatan rumahnya" jawab Fitri sambil menunjuk ke arah beberapa rumah yang ada di depan.

"Rumah Nawir yang mana: tanya Heru lagi.

" itu yang paling pojok" jawab Fitri yang terus berjalan diiringi kita bertiga

"Assalamualaikum" ucapku setelah berdiri di depan pintu rumah Nawir.

"Kayaknya nggak ada orang" tanya Nasrul karena kalau beberapa kali mengucap salam, tidak terdengar balasan.

"Mungkin lagi ke air nanti aku cari dulu ya" ujar Fitri yang terus berlanjut meninggalkan kami, karena masih jarang orang yang mempunyai kamar mandi di rumah, biasanya para warga di kampung kalau mau ke air yah Harus ke ****** umum.

"Katanya dia sakit tapi kok nggak ada di rumah" ujar Heru sambil mengerinyitkan dahi.

"Udah sembuh kali" jawab Nasrul sekenaknya.

"Semoga saja seperti itu" gumamku Lirih

Lama menunggu, akhirnya keluarlah sesosok anak laki-laki dengan lilitan handuk di tubuhnya, memamerkan dadanya yang coklat, memang benar apa yang dikatakan Fitri, terlihat di beberapa bagian tubuhnya, ada lebam biru, itu bukan seperti orang yang habis terjatuh dari pohon, lebih mirip seperti orang yang habis dipukuli.

"Aduh ternyata ada tamu" ujarnya sambil menghampiri kami terukir senyum di bibirnya yang berwarna gelap, mungkin dia kedinginan karena baru pulang dari ******.

"Katanya kamu sakit tapi masih berkeliaran" tanya Heru sambil memicingkan matanya.

"Kata siapa sakit aku, sehat gini kok" jawab Nawir sambil mengajak Kami bertiga bersalaman.

"Kata tetangga kamu" ucap Nasrul

"Ah kalian terlalu percaya sama omongan orang, Ayo masuk" ajak Nawir sambil membukakan pintu rumahnya.

Kami bertiga pun masuk ke rumah yang terbuat dari kayu, walaupun rumahnya sudah tua namun Rumah itu sangat beresih, terlihat lantainya yang terbuat dari papan yang mengkilap.

"Sebentar ya aku pakai baju dulu" pinta Nawir.

"Iyalah pakai baju, ngapain telanjang dada begitu, aurat tahu" jawabku mengingatkan.

"Untung kami normal wir, Coba kalau nggak udah habis kamu" tambah Heru sambil mengadipkan mata diiringi gelak tawa.

Namun Nawir Acuh saja dengan ledekan seperti itu, dia masuk ke kamarnya dan tak lama dia sudah kembali dengan memakai baju kaos dan celana pendek.

"Maaf ya, mending ngobrolnya kita di dapur yuk, soalnya aku harus masak nasi buat makan siang, kasihan Ibu kalau sepulang kerja harus langsung memasak nasi juga" ajak Nawir merasa tidak enak.

"Emang kamu bisa" tanya Nasrul dengan mimik muka tidak percaya, karena Nawir adalah seorang laki-laki, kalau perempuan mungkin bisa sedikit mempercayainya.

"Bisalah, ayo!" ajak Nawir kemudian dia berjalan menuju ke ruang dapur diikuti Kami bertiga.

"Sesampainya di dapur, dia menyalakan api ditungku kayunya, setelah api menyala dengan sempurna, kemudian menaruh seeng di atas tungku, lalu dia menuangkan air ke dalamnya. Setelah seeng itu terisi dengan air, kemudian dia mengambil aseupan ( anyaman bambu berbentuk kerucut untuk menanak nasi ) lalu aseupan itu diisi dengan beras yang baru dicucinya. Setelah  kerucut itu tersisi kemudian disimpan ke dalam seeng.

"Wow, mungkin kita harus mengecek jenis kelaminnya, karena kamu piawai banget Wir" ujar Nasrul sekolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kurang ajar kamu Rul, emangnya aku orang kaya seperti kamu, kalau orang miskin itu harus serba bisa" ujar Nawir dengan Ketus.

"Maaf maaf bercanda kok Wir" jawab Nasrul sambil terkekeh.

"Sebenarnya kamu terjatuh di mana, kok lebamnya bukan seperti orang yang habis jatuh, itu lebih mirip orang yang habis dipukuli" Tanyaku mengalihkan pembicaraan mereka.

"Di kebon, kemarin pas pulang sekolah, aku mampir dulu ke sana, karena melihat jambunya yang udah pada matengz Sayang kalau nggak diambil nanti dimakan Codot" jawab Nawir.

"Terus kok bisa lebam" selidik Heru.

" ehhh Anu kena batu, iya kena batu ru" jawab Nawir agak sedikit tergagap membuat kami curiga.

"Jujur aja Wir, soalnya kemarin dalari dicegat oleh Arfan, Untung dia bisa kabur" ucap Nasrul menekan Nawir untuk jujur.

"Beneran kena batu, pas jatuh ternyata di bawahnya banyak batu-batu kecil, sehingga membuat tubuhku lebam" jelas Nawir sambil menundukkan kepala terlihat tangannya yang agak mengepal, seolah lagi menahan amarah.

"Beneran itu Wir?" tanya aku yang merasa rancu dengan penjelasannya.

"Buat apa aku berbohong to, nggak ada untungnya juga kan" ucapnya mengangkat kepalanya lalu tersenyum memandangi kami, namun terlihat matanya yang sedikit mengembun.

"Jujur aja Wir, nggak apa-apa" desak Heru.

"Jujur apaan sih, Orang aku jatuh kok" jawab Nawir dengan sedikit membulatkan matanya.

"Ya udah syukurlah, kalau tidak diganggu oleh mereka, tapi kalau mereka mengganggumu, cerita ya kita ini sahabat" ucapku menengahi mereka berdua.

"Iya tenang aja, aku beneran Tidak apa-apa kok" jawab Nawir sambil membetulkan api supaya terus menyala.

"Iya cerita aja, jangan kamu anggap kita ini tidak peduli sama kamu, lagian para senior itu, tidak mungkin mengganggu kita lagi, soalnya tadi Pak Candra udah mengultimatum mereka" jelas Heru.

"Kok bisa diancam seperti itu, Emang mereka melakukan apa" tanya Nawir penasaran.

"Mereka mengotori teras dan halaman yang sudah dibersihkan oleh dalari, namun bod0hnya, mereka malah mengakui perbuatannya kejinya yang didengar oleh Fatimah, dengan cepat Fatimah melaporkan semua perbuatan mereka ke Pak Chandra" jelas Heru.

"Terus mereka diperingatkan, oleh Pak Chandra" tanya Nawir

"Iya, Bahkan mereka diancam akan dikeluarkan dari sekolah, kalau mengganggu kita lagi" jawab Heru.

"Baguslah kalau seperti itu, kita semua bisa sekolah dengan tenang, Oh iya Hampir lupa aku belum mengambilkan minum buat kalian, Pasti kalian haus sehabis perjalanan jauh" ujar Nawir dengan tergesa-gesa mendekatkan teko berisi air.

"Telat Wir" ujar Nasrul Ketus.

"Hehehe maaf lupa keasikan mengobrol" ujarnya sambil bangkit memasuki Goah, goah adalah kamar yang ada di dapur biasanya dikhususkan untuk menyimpan padi, tak lama kemudian dia keluar sambil membawa pisang di tangannya.

"Maaf aku nggak bisa jamu kalian" ujarnya sambil meletakkan pisang di hadapan kami

"Nggak apa-apa Wir, melihat kamu seperti ini aja kita sudah senang banget" jawabku sambil mengisi gelas dengan air untuk meminumnya.

"Terima kasih ya, udah mau main ke sini, Oh yaz kalian mau pulang kapan?, Mending kalian Jumatan di sini nanti Habis jumatan kita ngeliwet" saran Nawir.

"Gimana? kalau aku sih habis zuhur Nggak ada kegiatan" Tanyaku sambil menatap ke arah Nasrul dan Heru.

"Aku setuju, udah lama aku nggak makan nasi ngeliwet, Kalau kamu gimana Ru" ujar nasrul yang bertanya sama heru.

"Dua lawan satu pasti kalah" jawab Heru sambil tersenyum tanda iya setuju.

"Cuman yang aku bingung, Lauknya apa? orang tuaku lagi nggak punya duit? kalau beras mah banyak kebetulan kemarin habis ngegiling"

"Asin, sambal, sama daun singkong, nanti kalau buat beli asin Kita patungan aja, kebetulan tadi Jumat kan nggak jajan" saranku kepada mereka.

"Wah mantap dal, bisa aja kamu mancing Air liurku" jawab Nasrul.

"Emang orang kaya seperti kamu masih suka ikan asin juga" Celetuk Heru menimpali.

"Eh si4lan, Kamu kira aku ini apa, ya aku pasti sukalah meski tidak terlalu sering memaknaya" jawab Nasrul dengan Ketus.

Terpopuler

Comments

saepul dalari

saepul dalari

hy

2022-05-31

0

lihat semua
Episodes
1 bimbang
2 part 2 jangan pacaran disekolah
3 part 3 coklat
4 part 4 protektif
5 part 5 BEKERJA SAMA
6 part 6 BERDAMAI
7 part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8 part 8 MENJENGUK NAWIR
9 part 9 CHEF NAWIR
10 part 10 BERANG-BERANG
11 part 11 BERKEMAH
12 part 12 SIAPAKAH ITU
13 Part 13 NASRUL MENGHILANG
14 part 14 TITIK TERANG
15 part 15 MENUJU PUSKESMAS
16 part 16 KEADAAN NASRUL
17 part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18 part 18 KEBAIKANNYA
19 part 19 POCONG JADI JADIAN
20 part 20 TUGAS BERAT
21 part 21 KUBURAN
22 part 22 KUBURAN Vol. 2
23 part 23 KANG ARIF KENAPA
24 pary 24 INALILLAHI ARIF
25 part 25 AMUKAN WARGA.
26 part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27 part 27 MENCARI BUKTI
28 part 28 JANGGAL
29 part 29 DICEGAT POCONG
30 part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31 part 31 KANG AGUS
32 part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33 part 33 DIKUBURAN
34 part 34 TUGAS
35 part 35 ventrilouquis
36 part 36 TATAPANNYA
37 part 37 PANGERAN
38 part 38 KSATRIA
39 part 39 BERENCANA
40 part 40 MENCURIGAKAN
41 part 41 MENJALANKAN MISI
42 part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43 part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44 part 44 GARA GARA KOPI
45 part 45 TITIK TERANG
46 part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47 part 47 MULAI DIKUNTIT
48 part 48 MENGELAK
49 part 49 BERAKSI
50 part 50 MELARIKAN DIRI
51 part 51 MENAKAP POCONG
52 part 52 TERBUNUH
53 part 53 MISI SUKSES
54 part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55 part 55 PERTAMA NGAPEL
56 part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57 TAMAT
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bimbang
2
part 2 jangan pacaran disekolah
3
part 3 coklat
4
part 4 protektif
5
part 5 BEKERJA SAMA
6
part 6 BERDAMAI
7
part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8
part 8 MENJENGUK NAWIR
9
part 9 CHEF NAWIR
10
part 10 BERANG-BERANG
11
part 11 BERKEMAH
12
part 12 SIAPAKAH ITU
13
Part 13 NASRUL MENGHILANG
14
part 14 TITIK TERANG
15
part 15 MENUJU PUSKESMAS
16
part 16 KEADAAN NASRUL
17
part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18
part 18 KEBAIKANNYA
19
part 19 POCONG JADI JADIAN
20
part 20 TUGAS BERAT
21
part 21 KUBURAN
22
part 22 KUBURAN Vol. 2
23
part 23 KANG ARIF KENAPA
24
pary 24 INALILLAHI ARIF
25
part 25 AMUKAN WARGA.
26
part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27
part 27 MENCARI BUKTI
28
part 28 JANGGAL
29
part 29 DICEGAT POCONG
30
part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31
part 31 KANG AGUS
32
part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33
part 33 DIKUBURAN
34
part 34 TUGAS
35
part 35 ventrilouquis
36
part 36 TATAPANNYA
37
part 37 PANGERAN
38
part 38 KSATRIA
39
part 39 BERENCANA
40
part 40 MENCURIGAKAN
41
part 41 MENJALANKAN MISI
42
part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43
part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44
part 44 GARA GARA KOPI
45
part 45 TITIK TERANG
46
part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47
part 47 MULAI DIKUNTIT
48
part 48 MENGELAK
49
part 49 BERAKSI
50
part 50 MELARIKAN DIRI
51
part 51 MENAKAP POCONG
52
part 52 TERBUNUH
53
part 53 MISI SUKSES
54
part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55
part 55 PERTAMA NGAPEL
56
part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!