Pov dalari
"Ayo katanya mau renang" ajak Nawir setelah memastikan bahwa kayu bakar itu apinya sudah mati.
Kami bertiga hanya mengangguk, lalu membuka seragam sekolah menyisakan celana pendek sebagai celana renang.
"Kita renang di sebelah mana Wir" tanya Heru selesai meninggalkan pakaiannya.
"Tuh kebetulan ada Muara, jadi lumayan airnya agak dalam" jawab Nawir sambil menunjuk ke sebelah Hulu sungai.
Kami bertiga mengikuti Nawir menuju arah hulu sungai, di situ ada batu besar yang lebar, sehingga aliran sungai secara alami terbendung menjadikannya seperti kolam renang, namun airnya tetap mengalir walaupun agak sedikit pelan.
Byurrrrrrr!!!
Suara air ketika Nawir melompat ke tengah Muara, sehingga menimbulkan cipratan airnya membasahi tubuh kami.
"Ayo loncat" ajak Nawir sambil menggerakkan badannya agar tetap berada di atas air.
"Dalam nggak" Wir tanyain Nasrul yang terlihat ngeri
"Lumayan cukup buat belajar renang" ucap Nawir sambil berdiri, ternyata air itu sampai menutupi kepalanya, karena Nawir selain badannya kecil dia juga sedikit pendek.
Akhirnya aku juga mengikuti loncat ke tengah Muara, ternyata air itu hanya sampai leher mengingat tubuhku yang tinggi Kalau dibanding mereka bertiga.
Heru pun sama mengikuti kita yang sudah berada di dalam air, tinggallah Nasrul yang masih berdiri memperhatikan Kami bertiga.
"Kenapa masih diam, Ayo loncat" ajak Heru sambil menatap Nasrul.
"Ngeri" jawab Nasrul sambil berigidig
"Ya udah kamu cari yang dangkal, kalau takut" saran Nawir sambil mendekati Nasrul.
Akhirnya Nasrul mengikuti sarang Nawir, dia bermain di arah Hilir Muara yang lebih dangkal, namun arusnya agak deras, karena Muara bukan tempat untuk berhentinya air, namun air itu tertahan sejenak, untuk melaju kembali ke arus yang lebih deras. Sama seperti kehidupan, kita butuh untuk berhenti, berhenti Bukan Untuk Menyerah, tapi berhenti untuk mempersiapkan diri menuju arus yang lebih deras.
Kami berempat bermain dengan riang, kadang menyelam, kadang berenang, kadang meloncat dengan berbagai gaya meniru apa yang kita lihat ketika para peloncat indah di TV. Dan lama-kelamaan akhirnya Nasrul pun berani menuju ke tengah Muara, sehingga membuat kita berempat hanyut dalam kegembiraan.
"Kalian suka ikan nggak?" tanya Nawir sambil mengangkat seekor ikan gabus dengan tangannya.
Membuat mata kami terbelalak, tidak menyangka di bisa melakukan hal seperti itu. karena dari tadi dia hanya bermain-main sama kita, namun Entah bagaimana caranya dia mendapatkan ikan itu.
"Dari mana itu Wir" Taya Nasrul Yang penasaran.
"Nangkap lah" jawabnya dengan bangga
"Kok bisa" Nsrul bertanya lagi sambil mendekat ke arah Nawir pengen melihat lebih jelas.
"Ya Bisa ini buktinya" jawab nawir.
"Ya udah simpan Wir, nanti kita bakar" saran Heru kepada Nawir
"Ajarin dong cara nangkapnya gimana" pintaku karena melihat kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh Nawir, sehingga aku ingin mempelajarinya.
"Bentar, aku simpan dulu ikannya" jawab sambil mengambil rumput yang agak keras, lalu ingsang ikan itu tusuk sehingga ikan itu tidak bisa kabur ke mana-mana.
Setelah selesai mengikat ikan, Nawir kembali menghampiri kami, yang masih ada dalam air, untuk mengajari Bagaimana cara menangkap ikan menggunakan tangan.
"Ikan kalau airnya diganggu seperti ini, maka mereka akan menepi, jadi kita menyusuri setiap dinding tepian" caranya tangan kita harus dibuka dengan lebar, terus ambil posisi paling atas dari tepian, lalu turunkan tangan secara perlahan sampai kedasar, nanti kalau terasa ada pergerakan ikan, maka tangan kita tinggal menekan ke dinding, itu adalah pelajaran pertama, Nanti kalau udah pandai kita nggak harus menekan ke dinding, kita bisa langsung menangkapnya" ujar Nawir sambil mempraktekkan apa yang dibicarakannya.
Tak lama berselang tangannya keluar dari air sambil kembali memegang ikan lagi.
"Wow" ucap Kami bertiga berbarengan sambil bertepuk tangan kagum dengan kepiawan Nawir, kalau diperhatikan tidak jauh beda seperti berang-berang.
"Ayo coba" perintah Nawir.
Akhirnya Kami bertiga pun mencoba mengikuti saran yang diberikan oleh Nawir, kami semua sangat kesusahan jangankan untuk menangkapnya, Mencari keberadaannya aja sangat sulit.
"Nyerah akh wir, mending aku bagian makannya: ucap Heru yang keluar dari air menaiki batu, lalu loncat kembali masuk ke dalam air, begitu juga Nasrul, dia mengikuti Heru lalu mereka bermain lagi dengan riang tanpa memperdulikan yang lain.
Tinggal aku dan awir, yang masih mencari ikan "gimana dapat belum" tanya Nawir sambil menunjukkan tangannya yang sudah berhasil menangkap ikan lagi. Aku hanya menggelengkan kepala,tanda belum berhasil menangkap ikan.
"Terus coba, pasti bisa kok" Nawir memberi semangat
Akhirnya aku mengikuti Nawir kembali mencari ikan sepuluh menit mencoba akhirnya tanganku berhasil, menekan ikan ke dinding lalu aku menggenggam ikan itu untuk diambil.
"Wir, Wir, aku dapat ikan" teriakanku dengan girang karena telah berhasil menangkap ikan.
"Wah hebat" Puji Nawir
Namun setelah ikan itu diangkat ke permukaan air, tiba-tiba ikannya menggeliat melepaskan diri dari genggaman tanganku, membuat ku kecewa karena ikan yang sudah ada di genggaman tangan itu, terlepas kembali kedalam air.
"Hahaha" gelak tawa dari mereka bertiga memenuhi area sungai menertawai kebod0hanku.
"Kalau sudah dapat, kamu cubit insangnya, biar ikan itu mati jadi dia tidak akan lepas lagi, kecuali kamu sudah Mahir memegang ikan" pelajaran yang kedua yang Nawir berikan.
aku mencoba kembali memasukkan tanganku ke dalam air dengan sabar dan tekun, akhirnya tanganku bisa kembali menekan ikan ke dinding tepian, namun untuk kali ini ikan itu aku cubit insangnya dengan keras, sesuai arahan nawir, lalu aku angkat ke permukaan dengan memegang kepalanya.
"Wir aku dapat lagi" ujarku sambil mengibas-ngibaskan ikan yang ada.
" nah begitu baru betul" Puji Nawir sambil mengakat dua jempolnya.
Akhirnya dengan semangat aku terus mengikuti Nawir, untuk mencari ikan, meski tangkapanku jauh dari Nawir, Namun sebagai pemula aku merasa bangga atas pencapaianku.
"Udahan yuk dingin" teriak Nasrul yang menggigil sambil berjongkok di atas batu.
Akhirnya Kami bertiga pun mengangkat tubuh kami ke darat, karena kami juga merasakan hal yang dirasakan oleh Nasrul, lalu Kami berempat meninggalkan Muara kembali ke tempat di mana liwetan kita.
Setelah sampai Nawir mengambil pisau yang tadi ia bawa untuk membersihkan kotoran ikan, setelah ikan itu bersih lalu dia mencari ranting bambu, untuk dijadikan tusuk pembakaran, kemudian ikan yang sudah ditusuk ditaruhnya di atas bara api.
Kami berempat Mari mengelilingi bara api tersebut, sambil mengisinya dengan daun yang lebar, supaya bara api itu tidak mati dan ini juga berguna untuk menghangatkan tubuh kami yang kedinginan.
"Kenapa kamu tadi pagi tidak masuk sekolah" tanya Heru membuka pembicaraan
Nawir hanya diam sambil terus mengibas-ngibaskan daun ke arah bara api, terlihat matanya sedikit mengembun seperti menyimpan suatu kesedihan.
"Gara-gara jatuh ya Wir" Nasrul membantu untuk menjawab pertanyaan Heru.
Nawir kembali terdiam, sambil menggelengkan kepala. Tanpa mengularka sepatah kata apaoun.
"Terus kenapa" tanya Heru yang Makin penasaran
"Orang tuaku lagi nggak ada duit buat jajanku di sekolah, aku malu kalau tidak bawa uang jajan" ucap Nawir dengan suara parau
"Ya Allah Wir, kamu Anggap kita ini sebagai apa. Jangan begitulah punya ongkos atau nggak punya kita harus tetap bersekolah" ucapku yang merasa kaget dengan jawaban Nawir.
"Iya Wir, kamu harus berangkat ke sekolah, kalau salah satu dari kita jajan, maka yang lain juga harus ikut jajan, dan Kamu tahu kan aku nggak pernah jajan sendiri" tambah Nasrul melengkapi perkataanku.
"Iya sih kalian emang baik, cuman aku tetao malu kalau harus terus merepotkan kalian terus" jawab Nawir dengan lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments