part 9 CHEF NAWIR

Pov dalari

"Kirain orang kaya tidak suka ikan asin" ujar Heru sambil terkekeh.

Tak lama berselang bapak Nawir pun pulang dari sawah, terlihat peluh membasahi wajahnya, dengan Sigap Nawir pun menuangkan air, lalu didekatkan ke orang tuanya yang duduk di pintu, bapak nawir tidak masuk karena kakonya yang kotor oleh Lumpur.

"Eh ada tamu" ujarnya ramah sambil menatap kita bertiga, kami pun bangkit lalu mencium punggung tangannya.

"Kenapa kamu ajak ngobrol di dapur Wir, malu-maluin aja" ujar Bapak Nawir sambil menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya dengan baju yang iya pakai.

"Tanggung lagi menanak nasi pak, Kasihan Ibu nanti repot kalau tidak masak sekarang" ujar Nawir.

"Aduh, maaf yah gak dsuguhin apa-apa"  ujar Bapak Nawir merasa tidak enak karena ada tamu mereka tidak bisa menjamu.

"Ini juga ada pisang Pak, Nggak usah repot-repot, diaku aja kita udah senang" ujarku sambil tersenyum, membuat kita semua tertawa.

"Oh ya pak Nanti siang, Habis jumatan, aku mau lewat sama mereka" ucap Nawir meminta izin sama orang tuanya.

"Yang lewat aja, kan beras banyak, cuman lauknya kita nggak punya apa-apa Wir" jawab Bapak Nawir terlihat raut wajah yang sedih, karena mungkin saat ini mereka tidak punya uang, sama seperti kedua orang tuaku, mereka memegang uang adalah hal yang paling jarang, karena sebagai petani pasif, biasanya mereka hanya mempunyai makanan, karena akses ke kota sangat sulit jadi hasil buminya tidak bisa jadi uang, mereka bercocok tanam hanya untuk konsumsi sendiri.

"Nggak apa-apa Pak, nanti kita beli lauknya ujar" Nasrul menepis kebimbangan bapak Nawir.

"Ya sudah kalau begitu, bapak mau ke air dulu, mau membersihkan badan, kalian yang betah ya di sini" ujarnya sambil mengambil handuk yang tergantung di samping rumah, biasanya para petani melakukan seperti itu, karena sepulang dari sawah badan mereka akan sangat kotor, sehingga tidak memungkinkan untuk masuk rumah.

"Kalian mau mandi juga nggak, atau ntar sekalian renang di sungai" tawar Nawir.

"Wah asik tuh, Ya udah mandinya nanti saja, sambil masak sambil renang juag" timpal Heru dengan semangat.

"Aku boleh Pinjam sarung nggak Wir, soalnya Celanaku kotor kalau dipakai buat jumatan" pintaku sambil menatap ke arahnya.

"Nanti aku ambilin, kalaian mau pakai juga nggak" jawab Nawir sambil bertanya menatap ke arah Nasrul dan Heru.

Yang ditanya, mereka hanya menggelengkan kepala, karena merasa bahwa celananya masih baru dicuci, jadi tidak ada najis yang akan terkena ke celananya. padahal walaupun merasa bahwa celana itu beresih, namun ketika kita pakai, kita tidak tahu najis apa yang bakal menempel di celana itu  ulama Fiqih menganjurkan kehati-hatian dalam beribadah itu yang lebih utama.

"Kapan kita berangkat ke masjid" Tanyaku sama Nawir.

"Bentar nunggu ibu datang, biar apinya ada yang menjaga" ucap Nawir sambil membenarkan posisi kayu bakar.

Tak lama menunggu akhirnya Ibu Nawir pun datang, sambil menenteng ember berisi air, begitulah orang-orang di kampung ketika mereka mandi, maka mereka akan sekalian sambil mengambil air buat minum.

Setelah berkenalan Kami berempat menuju masjid, untuk menunaikan salat Jumat, sebagai mana kewajiban seorang pria muslim. Setelah selesai salat Jumat, sebelum pulang Kami mampir dulu ke warung, untuk membeli lauk pauk buat ngeliwet.

"Mau ikan asin apa" tanya Fitri sebagai penjaga warung.

"Wah, wah, kalian berdua sangat cocok, orang tua kalian sama-sama bergerak di bisnis perwarungan" ledek Heru sambil tersenyum, membuat pipi Fitri memerah merona. namun berbeda dengan Nasrul, dia malah cengengesan seolah senang ketika Heru meledeknya seperti itu.

"Sikat Mang" ujar Nawir menimpali ledekan Heru.

"Kok kamu jaga warung sendiri, emang kedua orang tuamu ke mana" tanya Nasrul sambil memilih-milih asin, padahal itu sangat bau, namun seolah tidak sadar terpesona oleh kecantikan seorang Fitri.

"Ibu lagi salat, Bapak belum pulang dari masjid, jadi aku yang nunggu" ujar suara lembut Fitri.

"Udah jangan dipilih terus, asin tetap sama seperti itu, nggak akan berubah menjadi tawar" ledek Heru lagi.

"Ya udah ikan asin peda seperempat, ikan terinya seperempat, sama sambeleunnya seribu" pinta Nasrul sama Fitri.

"Nggak kebanyakan tuh Rul, Padahal seons aja cukup" ucap Nawir yang merasa keberatan.

"Nggak apa-apa, aku suka kok ikan asin" jawab Nasrul seolah menunjukkan bahwa dia bukan orang yang luar biasa, dia suka ikan asin.

"Lihat tuh Fitri, cekatan banget melayani pelanggan, kalau kamu jodoh cocok banget, chemistry-nya udah ada" ledeku sambil melihat fitri.

"Udah bayar tuh! jangan cungar-cengir melulu, seperti orang yang kurang aja" ledek Heru membuyarkan Lamunan Nasrul, heru memberikan uang yang dia punya dan aku pun sama memberikan uang sebagai patungan.

"Udah kantongin aja uang kalian, pakai uang aku saja" jawab Nasrul seolah lagi menunjukkan taringnya di hadapan Fitri.

Dia tetap menolak, meski kita berdua memaksa, akhirnya aku dan Heru pun mengalah, mengembalikan uang ke kantong masing-masing.

Nasrul mengeluarkan uang lembaran Rp10.000 lalu memberikannya sama Fitri sebagai pembayaran belanjaanya.

"Totalnya jadi 7.000 kembaliannya 3000" ucap Fitri.

"Tuh masih ada tiga ribu, kalian mau jajan nggak" tanya Nasrul sambil mengambil beberapa snack jagung.

"Udah itu aja enak kok" saran Nawir.

Akhirnya Nasrul pun mengikuti saran Nawir, dia mengambil beberapa snack sesuai Nominal uang kembalian.

"Nih buat kamu" ujar Nasrul sambil Memberikan sebagian snack sama fitri.

"Cie, cie" ledek Kami bertiga membuat pipi Fitri kembali memerah, dengan malu-malu dia mengambil pemberian dari Nasrul.

Setelah semua selesai, akhirnya Kami berempat pulang menuju rumah Nawir, sambil berjalan kita menikmati sisa snack yang dibeli Nasrul.

"Rul, maaf ya sebelumnya, kok kamu punya uang banyak, kita bukan apa-apa takutnya uang itu" aku menghentikan pembicaraanku merasa takut menyinggung perasaan Nasrul.

"Hahaha kamu kira Uangnya dapat nyolong dari orang orang tuaku ya, tenang aja uang itu halal kok, aku sehari dikasih uang jajan Rp10.000, dan kalau aku bantu mereka aku suka dikasih bonus, jadi Tenang aja aku bukan pemeras harta orang tua" jawab Nasrul yang mengetahui arah pembicaraanku dia Berkata sambil tertawa.

"Syukurlah kalau begitu, yang aku takutkan, jangan gara-gara pertemanan atau persahabatan, sampai merugikan orang lain, kita sebisanya aja" jawabku merasa tenang ketika mendengar penjelasannya.

"Oh iya kamu beli ikan asin banyak amat buat apa" tanya Nawir karena menurutnya asin setengah kilo itu bukan ikan asin yang sedikit.

"Kita ngeliwet pakai pada aja, itupun Jangan semuanya 4 ekor aja rasanya cukup, sisanya buat orang tua kamu, kasihan mereka, masa kita makan sama lauk sedangkan orang tua kita hanya melihat" jelas Nasrul membuat Kami bertiga berhenti seketika terharu mendengar penuturannya, apalagi Nawir sampai terperanjat memeluk tubuh Nasrul.

"Terima kasih banyak Rul, Terima kasih atas semua kebaikanmu, semoga usaha orang tua kamu terus lancar dan kamu tetap menjadi orang yang baik" ujar Nawir terdengar suaranya sangat parau mungkin menahan gejolak kebahagiaan yang tetrahan ditenggorokan.

"Ih apaan sih, lebay banget kamu wir" jawab Nasrul sambil mendorong tubuh Nawir agar terlepas dari pelukannya.

"Amin" Aku dan Heru kompak mengaminkan doa nawir, dan Kami berempat pun melanjutkan perjalanan pulang.

Sampainya di rumah, kedua orang tua Nawir sangat berterima kasih atas kebaikan Nasrul, karena telah memberikan lauk buat makan, setelah berpamitan kita berempat pergi meninggalkan rumah Nawir dengan membawa kasstrol yang sudah diisi dengan beras, dan membawa peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk ngeliwet, kami berempat berjalan menuju sungai yang ceritakan oleh Nawir.

Sepuluh menit perjalanan, akhirnya kita sampai di pinggir sungai, terlihat airnya mengalir sangat bening, dihiasi batu-batu besar menghiasi area sungai, tanpa pikir panjang Kami berempat membagi tugas, Nawir menyalakan api, aku mencuci beras, sedangkan Nasrul dan Heru karena mereka tidak memiliki basic melakukan itu, jadi hanya menonton.

Setelah beras dicuci, Nawir pun menyimpan kastrol itu di atas tungku batu yang baru dia buat, dengan cekatan Dia memasukkan bumbu-bumbu supaya nasi liwet itu terasa nikmat, mulai dari sereh, daun salam, garam, minyak goreng dan bumbu-bumbu lainnya. Nawir sangat cekatan melakukan hal itu bak chef kuliner ternama.

Setelah semua bumbu masuk dia menutup kastrol itu dengan tutupnya, dan dia terus menjaga apinya supaya tetap menyala, lima belas menit sudah, akhirnya air dalam kastrol itu mulai mengering, Nawir pun mematikan apinya, supaya nasi liwet itu tidak gosong, karena ketika Airnya sudah mengering untuk mematangkan nasi liwet cukup dengan Bara apinya.

Episodes
1 bimbang
2 part 2 jangan pacaran disekolah
3 part 3 coklat
4 part 4 protektif
5 part 5 BEKERJA SAMA
6 part 6 BERDAMAI
7 part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8 part 8 MENJENGUK NAWIR
9 part 9 CHEF NAWIR
10 part 10 BERANG-BERANG
11 part 11 BERKEMAH
12 part 12 SIAPAKAH ITU
13 Part 13 NASRUL MENGHILANG
14 part 14 TITIK TERANG
15 part 15 MENUJU PUSKESMAS
16 part 16 KEADAAN NASRUL
17 part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18 part 18 KEBAIKANNYA
19 part 19 POCONG JADI JADIAN
20 part 20 TUGAS BERAT
21 part 21 KUBURAN
22 part 22 KUBURAN Vol. 2
23 part 23 KANG ARIF KENAPA
24 pary 24 INALILLAHI ARIF
25 part 25 AMUKAN WARGA.
26 part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27 part 27 MENCARI BUKTI
28 part 28 JANGGAL
29 part 29 DICEGAT POCONG
30 part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31 part 31 KANG AGUS
32 part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33 part 33 DIKUBURAN
34 part 34 TUGAS
35 part 35 ventrilouquis
36 part 36 TATAPANNYA
37 part 37 PANGERAN
38 part 38 KSATRIA
39 part 39 BERENCANA
40 part 40 MENCURIGAKAN
41 part 41 MENJALANKAN MISI
42 part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43 part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44 part 44 GARA GARA KOPI
45 part 45 TITIK TERANG
46 part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47 part 47 MULAI DIKUNTIT
48 part 48 MENGELAK
49 part 49 BERAKSI
50 part 50 MELARIKAN DIRI
51 part 51 MENAKAP POCONG
52 part 52 TERBUNUH
53 part 53 MISI SUKSES
54 part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55 part 55 PERTAMA NGAPEL
56 part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57 TAMAT
Episodes

Updated 57 Episodes

1
bimbang
2
part 2 jangan pacaran disekolah
3
part 3 coklat
4
part 4 protektif
5
part 5 BEKERJA SAMA
6
part 6 BERDAMAI
7
part 7 ADA APA DENGAN NAWIR
8
part 8 MENJENGUK NAWIR
9
part 9 CHEF NAWIR
10
part 10 BERANG-BERANG
11
part 11 BERKEMAH
12
part 12 SIAPAKAH ITU
13
Part 13 NASRUL MENGHILANG
14
part 14 TITIK TERANG
15
part 15 MENUJU PUSKESMAS
16
part 16 KEADAAN NASRUL
17
part 17 DRAMATISIR DI PUSKESMAS
18
part 18 KEBAIKANNYA
19
part 19 POCONG JADI JADIAN
20
part 20 TUGAS BERAT
21
part 21 KUBURAN
22
part 22 KUBURAN Vol. 2
23
part 23 KANG ARIF KENAPA
24
pary 24 INALILLAHI ARIF
25
part 25 AMUKAN WARGA.
26
part 26 TIDAK TAHU TERIMAKASIH
27
part 27 MENCARI BUKTI
28
part 28 JANGGAL
29
part 29 DICEGAT POCONG
30
part 30 SULTAN BARU DARI CIKADU
31
part 31 KANG AGUS
32
part 32 KEMBALI KE KUBURAN
33
part 33 DIKUBURAN
34
part 34 TUGAS
35
part 35 ventrilouquis
36
part 36 TATAPANNYA
37
part 37 PANGERAN
38
part 38 KSATRIA
39
part 39 BERENCANA
40
part 40 MENCURIGAKAN
41
part 41 MENJALANKAN MISI
42
part 42 TIDAK MENUMUKAN APAPUN
43
part 43 KENAPA BISA TERTIDUR
44
part 44 GARA GARA KOPI
45
part 45 TITIK TERANG
46
part 46 MENGUMPULKAN BUKTI
47
part 47 MULAI DIKUNTIT
48
part 48 MENGELAK
49
part 49 BERAKSI
50
part 50 MELARIKAN DIRI
51
part 51 MENAKAP POCONG
52
part 52 TERBUNUH
53
part 53 MISI SUKSES
54
part 54 KEMBALI KESEKOLAH
55
part 55 PERTAMA NGAPEL
56
part 56 RENCANA MALAM MINGUAN
57
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!