"Kamu beneran berani kan mas naik itu?" tanya Calista.
"Beranilah, cuman muter muter gitu doang" jawab Leo asal.
"Ya udah kalo gitu aku ke loket dulu ya mas, buat beli tiketnya".
Cakistapun berlalu menuju arah tiket, Leo yang berasa tepat dibawah wahana itupun mendongak ke atas.
'Gila tinggi banget, kalo jatoh bisa mati nih gue'.
batinnya tergoncang, ia mulai resah.
"Ayo mas, nih aku udah bawa 2 tiket" ucap Calista dengan senyum lebar, ia merasa sangat senang. Terlebih suaminya mau menemani dirinya.
Leo segera memejamkan mata saat kerangka besi yang ia duduki perlahan naik memutar ke atas, jantungnya berdetak kencang melebihi detak jantung normal.
'Kalo terus terusan di sini bisa pingsan nih gue, Ya Tuhan beri aku hidup yang lebih panjang lagi'.
batinnya dengan mata yang masih terpejam.
Wajah Leo kini pucat pasi, tangannya juga bergetar. Mungkin karena rasa takut yang begitu besar.
"Mas kamu gak papa kan?" tanya Calista panik setelah turun dari wahana itu, ia menempelkan tangan pada dahi sang suami.
Leo hanya menggeleng lemah.
"Wajah kamu pucet banget lo mas, aku takut kamu kenapa napa" ucap Calista cemas.
"Udah aku gak papa".
"Kamu jangan pingsan ya mas, nanti kalo pingsan gimana cara kita pulang, dan siapa yang bawa mobil? aku kan gak bisa nyetir" timpal Calista.
"Kamu udah siap Ta?" tanya Leo yang baru keluar dari kamar mandi.
"Udah mas, nih aku udah siapin baju kamu" jawabnya dengan meletakan kemeja serta jas milik Leo ke atas tempat tidur.
"Heeeemm" balasnya.
Sesampainya didepan gerbang kantor, Leopun menghentikan mobilnya. Calista menoleh sekeliling, memastikan agar tidak akan yang melihatnya keluar dari mobil CEO tersebut.
"Aku turun dulu ya mas" ucap Calista ketika melepas seatbelt, tak lupa ia mencium pipi Leo.
Pipi Leo langsung memerah, bukan karena marah tapi ia merasa malu malu kucing.
"hallo Than, bisa ke ruangan saya sekarang?" ucap Leo.
"Bisa pak, saya segera kesana" jawab Nathan.
Tut! telepon di matikan.
Tok tok tok, suara ketukan dari luar.
"Masuk" sahut Leo.
"Permisi pak, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Nathan.
"Apa kamu sudah mencari siapa yang menyebar gosip murahan itu?" Leo menatap mata Nathan dengan serius, pasalnya ia tidak rela jika harus melihat istrinya menangis lagi karena ulah karyawannya.
"Sudah pak" Nathan mengangguk.
"Panggil dia ke ruangan saya sekarang, juga orang orang yang mencemo'oh Calista" sahut Leo.
"Baik pak" Nathanpun bergegas keluar dari ruangan sahabatnya itu.
Ia berjalan menuju pantry, melihat beberapa OB disana. Ya, memang mereka akan kembali ke pantry jika pekerjaan mereka telah selesai, menunggu Rojak untuk memberi mereka tugas kembali.
"Tini, kamu dipanggil ke ruangan pak Leo sekarang" ucap Nathan yang tiba tiba, merekapun menghentikan obrolan serunya.
"Saya pak?" tanya Tini menunjuk ke arah dadanya sendiri.
"Iya kamu Tini" Nathan menunjuk ke arah Tini.
"Kenapa pak Leo manggil saya pak?" tanyanya lagi.
Tinipun berjalan mengekor di belakang Leo.
"Ada apa nih, mbak Tini di panggil pak Leo? pasti ada hal penting" ucap Sari.
"Bener Sar, pak Leo kan gak suka bicara langsung sama kita, apa apa selalu pak Nathan" timpal Tika.
Tok tok tok,
"Masuk".
"Ini pak, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Nathan, di belakangnya sudah ada Tini.
"Tidak ada, keluarlah" jawab Leo.
Nathanpun menganggukan kepala.
Leo menatap tajam ke arah Tini.
"Apa masalahmu hingga sibuk mengurusi kehidupan orang lain?" ucap Leo dengan sorot mata tajam ke arah Tini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Neng Nosita
good leo 👍
2022-11-21
1
Neni Sumarni
kasian deh Lo....Tini makanya jgn ghibah
2022-06-18
0
Neni Sumarni
waduuh....singa marah.,...
2022-06-18
0