"Leo, apa kamu tidak bisa merasa tenang jika berada dirumah sampai harus tidur diapartemen?"
Vena menatap nanar putra semata wayangnya yang jarang sekali pulang kerumah, ia sangat merasa kesepian diumur yang sudah memasuki kepala 5 itu tak kunjung diberi cucu oleh anaknya, ia hanya bisa bercengkrama bersuama sang suami saja, terlebih anaknya jarang pulang kerumah.
"Aku kan masih sering pulang juga, kenapa mama tiba tiba seperti ini" tanya Leo ketika ia memasukan beberapa baju kedalam tasnya, ia memang selalu membawa pulang kembali pakaian kotornya untuk dicuci art dirumah sang mama, sebab diapartemennya tidak ada art, itu hanya ia buat sebagaintempat singgah saja.
"Mama merasa kesepian Le, kapan kamu akan paham"
Leo menatap sang mama, lalu menarik nafas pelan.
"Aku akan memberikan mama cucu" bisiknya pelan pada telinga Vena.
"Apa? kamu beneran Le?" tanya mama senang, wajahnya berubah seketika, apa yang ia dambakan selama ini akan terwujud.
"Hem" jawab Leo.
Pintu apartemen terbuka setelah Leo menekan sandi beberapa angka, namun gelap. Ia menekan saklar dan melihat sekeliling, namun tidak menemukan keberadaan Calista.
"dimana gadis itu" gumanya pelan.
Ia memutari ruangan, mulai dari tempat tidur, kamar mandi, dapur, namun nihil. Tidak ada tanda tanda Calista berada dirungan itu, lalu ia berjalan ke almari kaca, disana sudah tersusun rapi baju baju yang Calista bawa. Leopun mendekat kearah ranjang, dan ia menemukan hp Calista berada dilantai.
Deg!
Entah mengapa tiba tiba ia sangat kawatir terhadap istri kecilnya itu, terlebih jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari.
Gegas ia mengambil ponsel disaku dan menghubungi Nathan.
"Cari tau keberadaan Calista sekarang, dia tidak ada diapartemenku meninggalkan hpnya disini"
Tut, sambungan dimatikan sepihak oleh Nathan.
Pagi ini setelah prosesi pemakaman sang nenek yang dihadiri tetangga, dan beberapa kerabat jauh maupun kerabat dekat Calista, namun ia sama sekali tak menjumpai ayahnya.
'Apa ayah benar benar sudah tak perduli lagi padaku? apa ayah sama sekali tidak ingin melihat nenek untuk terakhir kalinya?'.
Beberapa pertanyaan masih terngiang ngiang dikepalanya yang terasa nyeri, dadanya juga sesak, mata merah sembab karena selamam ia terus menangis, sesekali suara isakan masih terdengar.
"Sabar yo nduk" Bude Kati mengelus rambut Calista.
*Enggeh bude"
Setelah mencari informasi tempat tinggal Calista didesa, Leo dan Nathan segera berangkat menuju kesana. Berharap ia bisa menemukan istri kecilnya disana.
Suasana malam tampak ramai, beberapa orang laki laki baru keluar dari rumah Calista.
"Ada apa ini Than?" tanya Leo bingung.
"mana gue tau, udah kita masuk ada lebih jelasnya".
Tok Tok Tok, semua orang langsung sepontan menoleh kearah pintu.
Dirumah Calista masih ada beberapa saudara, kerabat, serta tetangganya yang membantu membersihkan piring yang dibuat makan orang orang diacara tahlilan tadi.
"Pak Leo?" Calista menoleh kaget, ia segera menuju pintundan memeluk suaminya. Ia tak tahu lagi harus mengadu pada siapa, bahkan melupakan sifat dingin dan perkataan kasarnya Leo.
Leo yang diambang kebingunganpun menerima pelukan Calista serta mengelus rambutnya, ia mulai menyadari apa yang terjadi pada istrinya tersebut.
"Ayo masuk mas, masuk, monggo masuk sini" ucap bude Kati.
"Rene mas lunggoh kene" timpal tetangga Calista.
(sini mas duduk sini).
Calista yang menyadari sang suami bersama Natham masih berdiri diambang pintupun melepas pekukannya.
"Masuk dulu pak" Calista segera mempersilahkan dua orang itu untuk duduk, ia segera kebelakang untuk membuatkan teh panas.
Wajar jika rumah Calista rame, didesa sudah biasa jika ada orang meninggal maupum punya hajatan pernikahan, para warga semua bergotong royong saling membantu, tidak pandang hulu dan ras, berbeda dengan dikota kota besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
azril arviansyah
terud thor lanjut
2022-06-19
1
Bundae Danish
wah kayaknya nih y bucin nanti s leo
2022-06-10
1