Malam ini Calista tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia tampak gelisah memikirkan tawaran CEO gila tersebut.
Bagaimana mungkin atasannya itu bisa berfikir akan menikahinya hanyak kontrak untuk mendapatkan anak setelah itu ia akan dibuang. sudah seperti peribahasa saja habis manis sepah dibuang.
Saat ia membaringkan tubuhnya dikasur lantai yang tipis itu, lantas hpnya bergetar terus, menandakan ada telpon masuk
'mbak Luna' tulisan tertera pada layar hp.
"Ada apa mbak Luna malam malam begini telpon?" tanyanya pada diri sendiri.
. . "Hallo mbak, Assalamu'alaikum" sapa Luna.
"Wa'alaikum salam Ta, maaf yo embak telpon bengi bengi ngeneki. Iki lo Ta embahmu sambat dodone sesek loro gae ambekan" jawab mbak Luna dengan logat jawanya namun terlihat sangat khawatir.
(Maaf ya mbak telpon malam malam begini, ini lo Ta nenekmu merasa sakit dadanya sesak dan sakit buat nafas), begitulah artinya.
"Lho wonten nopo to mbak? Nopo embah gerah malih?" Jawab Chalista cemas.
(lho ada apa mbak? apa nenek sakit lagi).
"Iyo e Ta koyok e, sesok isuk nek durong mari tak gowone nang pak mantri yo. Ngesakno"
(iya Ta sepertinya, besok pagi kalo belum sembuh tak bawa kedokter ya. Kasihan"
"O nggeh mbak, ngapunten nggih mbak ngrepotaken njenengan"
(O iya mbak, maaf ya mbak merepotkan kamu).
"Iyo Ta ndak popo, ojo sungkan sungkan. Awakmu wis koyo adik e embak lo, yo wis tak pateni sik yo wis bengi ndang istirahat sesok ben enek tenogo gae kerjo" timpal Luna panjang lebar.
(Iya Ta enggak papa, jangan sungkan sungkan. Kamu udah seperti adikku, ya udah ku matikan dulu ya cepet istirahat besok supaya ada tenaga untuk kerja).
"Enggeh mbak, mator nuwun" ucap Calista dengan mata berkaca kaca, sambungan telpon terputus.
Ia lantas membuka galeri hp dan melihat foto dirinya bersama sang nenek.
'Nenek sudah semakin tua, dan aku masih belum bisa menberi apa apa. Maafkan Calista nek, belum bisa buat nenek bahagia'.
Perlahan air matanya menetes dari sela aliran anak sungai atanya.
'Kenapa hidupku sesusah ini Tuhan, aku lelah'.
Lalu ia menutup matanya agar terlelap dalam mimpi indah dipulau kasur lantai kamar kosnya tersebut.
Terdengar adzan subuh sudah berkumandang, seperti biasa Calista segera mengambil air wudhu untuk segera menunaikan 2 rakaatnya.
Selesai menunaikan kewajibannya, iapun memejamkan mata kembali untuk merajut mimpi.
Pukul 6 tepat alarm hp Calista berbunyi, namun gadis itu tak kunjung bangun juga.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya ia mulai mengucek matanya saat sinar matahari menerobos masuk lewat celah kaca jendela kamar kos yang hanya sepetak itu, namun lengkap dengan kamar mandi didalam.
"Mampus, jam berapa nih? kenapa bisa telat bangun sih" ia memasuki kamar mandi dengan menggerutu.
Selesai berdandan dan sudah rapi, Calistapun segera tancap gas pol dengan matic kesayangannya menuju kantor Leo somplak.
Tok Tok Tok, suara ketukan dari luar.
"Masuk" jawab Leo datar.
"Maaf pak saya terlambat, saya bangun kesiangan" jawabnya masih menunduk takut disemprot seperti kemaren, terlebih hari ini tidak tepat waktu alias telat.
"Hem, gimana? udah kamu pikir mateng mateng kan keputusan kamu?" ucap Leo santai.
"Iii iya pak, saya udah mikir dari semaleman"
'gara gara mikir ide gila lu juga nih gue telat', batinnya dalam hati.
"Lalu apa keputusanmu?" tanya Leo.
'Hahahaha pasti lah nerima, orang kepepet gak ada pilihan lain', teriak Leo dalam hati merasa senang.
Calista menunduk, tangannya meremas jari jarinya satu sama lain, ia sangat gugup dan takut salah mengambil keputusan.
"Bismlillah" gumannya pelan tapi masih bisa didengar Leo.
"Saya terima tawaran bapak, karena saya sangat butuh uang tersebut pak" jawab Calista.
Leo seketika tersenyum sumringah puas akan jawaban OB didepannya, tidak sia sia ia menunggu semalaman tak bisa tidur juga.
"Baiklah, aku akan menyuruh Nathan keruanganku, dia akan membawa surat perjanjian bermatrai yang harus kamu tanda tangani" ucap Leo.
"Baik pak" Calista mengangguk patuh.
"Hallo, ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Nathan.
"Bawa surat perjanjian yang kamu buat kemarin ke ruanganku sekarang juga Than" titah Leo.
"Baik pak" Nathan menutup telponnya.
Tak lama kemudian terdengar ketukan, Tok Tok Tok . .
"Masuk"
"Ini pak berkas berisi surat perjanjian yang bapak minta" ucap Nathan.
Leo mengangguk.
"Berikan ke dia"
"Ini nona Calista, mohon dibaca terlebih dahulu. Dan ini bolpoinnya" imbuh Nathan tersenyum ramah.
Leo yang melihat Natham tampak mendandang Chalistapun tak suka.
"Ehem, jaga matamu Nathan. Segera pergi dari ruanganku" ucap Leo dengan sorot tajam.
"Eh maaf pak, saya segera kembali keruangan saya. permisi"
Calista yang melihat dua orang tersebut hanya menggelengkan kepala pelan lalu kembali membuka surat perjanjian tersebut.
"Apa? bagaimana bisa isi perjanjian surat ini begini?" protesya.
"Begini apanya?" jawab Leo datar.
"Bapak meminta menang terus pak didalam surat perjanjian ini, mana ada surat perjanjian yang isinya seperti ini" bantah Calista.
"Mana ada apanya, apa kamu tidak baca. Jelas jelas itu surat perjanjian ada saya yang buat" ketus Leo.
"Maksut saya kenapa bapak mengada ngada membuat perjanjian tanpa merundingkan terlebih dahulu kesaya, harusnya kita buat ada kedua belah pihak yaitu bapak dan saya"
"Sudah jangan banyak protes, sekarang kamu tanda tangani saja. Saya masih banyak urusan"
"Enggak, saya nggak mau pak. Lebih baik saya keluar dari Leosanjaya saja tidak apa apa" Calista menunduk.
"Apa kamu tidak membaca paragraf akhir diperjanjian tersebut?" Leo menahan senyum.
"Astaga" teriak Calista.
"Tidak usah terlalu lebay" timpal Leo.
"Apa bapak gila menuntut saya 3M jika membatalkan sepihak keputusan ini, saya tidak ada uang pak" ucap Calista.
"Ya sudah cepat tanda tangan, buat emosi aja kamu dari tadi"
Akhirnya Calistapun terpaksa menandatangani perjanjian tersebut, Leo tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
.
wkwkwk siap" bucin ni ceo 🤭🤭
2022-05-31
2
Ling-Ling Wenda Ling-Ling
lanjut
2022-05-28
1
Rohani Rudi
lanjut ya sayang bagus alur ceritanya
2022-05-23
1