Adam mengajak Zahira berkunjung ke rumahnya terlebih dahulu. Sebab sang ibu ingin bertemu calon menantunya.
"Nanti ajak Zahira ke sini. Ibu mau ngobrol banyak dengannya." Kata Ibu sebelum Adam menjemput Zahira.
Sebenarnya Zahira sungkan. Ini kali pertamanya, ia menginjakkan kaki di rumah lelaki yang selalu ia kagumi itu.
"Assalamu'alaikum." Ucap Adam dan Zahira.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ayah Adam.
Menyalami tangan Ayah yang lagi duduk di ruang tamu sedang mengecek tugas-tugas murid didiknya. Duduk berseberangan, Zahira dibuat kikuk sendiri berada di tengah-tengah keluarga ini. Meskipun hanya ada Ayah dan anak saja. Tapi itu jelas tergambar di wajahnya jika Zahira merasa tidak nyaman.
Ayah melepas kacamata bacanya. "Sudah dapat semua barang yang kalian cari?" Tanya Ayah.
"Sudah semua Yah." Jawab Adam singkat.
"Lalu dimana barangnya, Ayah tidak lihat kalian bawa masuk?" Tanya Ayah lagi mencari barang yang harusnya Adam bawa.
"Nanti akan diantar oleh kurir tokonya. Barangnya lumayan banyak." Jawab Adam membuat Ayah mengangguk.
Zahira melihat-lihat sudut ruang tamu.
"Dam, kamu tidak ingin buatkan minuman untuk Nak Zahira." Ujar Ayah.
"Eh, tidak usah paman. Saya tidak haus." Jawab Zahira sungkan.
"Tidak haus gimana, kalian cukup lama berada di luar tadi." Sahut Ayah.
"Aku buatkan minuman dulu." Adam beranjak dari duduknya menuju dapur.
"Jika tidak mengenal Adam lebih dekat, maka orang akan beranggapan kalau dia itu cuek atau istilah anak jaman sekarang menyebutnya dingin, haha.. padahal Adam itu orangnya penyanyang apalagi terhadap Ibunya. Dia akan selalu menuruti perintah Ibunya yang menurutnya masih dalam batas wajar." Ujar Ayah agar Zahira tidak terbebani dengan sikap dingin putranya itu.
"Iya Paman." Jawab Zahira tersenyum canggung.
Tidak lama Adam membawa dua minuman segar, untuknya dan Zahira lalu meletakkan minuman itu di meja dan dia kembali duduk.
"Minumlah." Ucap Adam datar.
Ayah geleng-geleng kepala dan melanjutkan kegiatannya tadi.
"Iya Kak." Zahira pun minum, karena memang dari tadi ia sudah haus.
"Ibu ingin bertemu denganmu, dia ada di kamar." Adam mengajak Zahira memasuki kamar Ibunya. Kebetulan Ibu sudah bangun dan sekarang duduk bersandar di kepala ranjang.
Ibu tersenyum melihat Zahira menghampirinya. "Calon mantu Ibu." Ucapnya senang.
Zahira menyalami tangan calon Ibu mertuanya dan duduk di sebelahnya.
"Jika tidak diajak Adam, kamu tidak akan ke sini kan Nak?" Tanya Ibu lembut sambil mengusap tangan Zahira.
Kondisi Ibu Adam saat ini sudah mulai membaik. Dia ingin cepat sehat agar bisa melihat hari bahagia putranya nanti. Bisa menjamu para kerabat dari calon besannya yang hadir dan juga berbincang-bincang. Sungguh ia tidak sabar menanti hari itu.
"Maaf ya Bi kalau saya baru bisa menengok Bibi sekarang. Saya sibuk kerja makanya belum sempat." Jawab Zahira tersenyum malu.
"Iya Ibu bisa maklum. Kemarin juga Ibu sama Bapakmu kemari, kami ngobrol cukup lama. Ibumu juga bawa beberapa lauk yang bergizi buat Ibu. Katanya besanku ini harus segera sembuh." Tawa kecil Ibu menceritakan kedatangan kedua orang tua Zahira.
Adam hanya melihat interaksi keduanya tanpa ikut menyela. Melihat kondisi Ibunya yang sudah membaik, membuatnya sangat senang. Baginya kesembuhan Ibunya adalah nomer satu. Adam tidak ingin Ibunya sakit-sakitan lagi cukup ini yang menjadi terakhir.
"Iya, Bibi harus banyak makan terus istirahat yang cukup." Ucap Zahira.
"Jangan panggil Bibi tapi panggil Ibu. Sama seperti Adam." Ucap Ibu.
"hehe.. Iya Ibu." Jawab Zahira.
"Ibu ini dari dulu pengen sekali punya anak perempuan. Tapi kami hanya diberikan satu anak. Tapi Ibu tetap bersyukur meskipun hanya punya Adam saja." Cerita Ibu.
"Nak, nanti kamu makan malam di sini ya? Ibu ingin kita makan malam bersama dan kamu yang harus masak." Lanjut Ibu lagi.
Zahira menatap Adam meminta persetujuan. Adam langsung mengangguk.
"Iya Bu, tapi saat ini saya belum sholat Ashar. Bolehkah saya numpang sholat di sini?" Tanya Zahira.
Memang jam sudah pukul 16.00 sore. Sebenarnya Zahira ingin segera pulang. Tapi apa daya sang Ibu mertua malah menyuruhnya masak untuk makan malam.
"Ayo ikut, aku tunjukkan tempat sholatnya. Sekalian kamu bisa mandi di sini." Ucap Adam beranjak dari duduknya.
"Ikutlah Adam Nak, semua bahan-bahan untuk memasak ada di kulkas. Anggap seperti rumah sendiri. Karena nantinya kamu juga akan tinggal di sini." Ujar Ibu.
Adam membawa Zahira ke kamarnya, Zahira kira Adam akan menunjukkan kamar mandi yang ada di sebelah dapur. Tapi dugaannya salah Adam ini orangnya tidak bisa di tebak.
Zahira melihat-lihat sekeliling kamar Adam. Sangat rapi bagi seorang laki-laki, dengan warna yang menunjukkan ciri khas seorang lelaki yaitu warna abu-abu. Ranjang yang cukup besar untuk dua orang, lemari yang memiliki tiga pintu dan meja di sebelah kiri ranjang. Sungguh Zahira dibuat tidak percaya. Bagaimana tidak sebelum mereka sah menjadi suami istri. Ia sudah melihat bagaimana rupa kamar Adam, mana wangi lagi.
"Mandilah di kamarku." Ucap Adam datar.
"Terus Kak Adam mandi dimana? Kalo menyuruhku mandi disini?" Tanya Zahira bingung.
"Aku mandi di luar dan untuk handuknya sudah ada di dalam kamar mandi." Jawab Adam lalu mengambil pakaian lengkapnya di dalam lemari.
Zahira hanya mengangguk.
"Jangan lama-lama mandinya, kita jama'ah sholat Ashar!" Peringat Adam sebelum melangkah keluar.
"Aaa... lelaki idaman banget Kak Adam. Beruntungnya aku.." Gumam Zahira sambil senyum-senyum sendiri.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
meE😊😊
pny clon suami yg dingin kek gtu hrus pny mulut crewet biar ga sepi kek kuburan🤣🤣
2022-10-02
6
Yunisa
gemesh.. belum2 udah diajak sholat bareng🤩
2022-08-15
1
Mima
sat set sat set ya dam😊
2022-06-17
2