Ayah masih diam sambil memberikan obat kepada Ibu. Membantu meminumkan obat agar Ibu segera pulih seperti sedia kala.
"Adam belum menjawab keinginan kita Bu? Tapi Ayah yakin jika Adam akan menerima perjodohan ini." Ucap Ayah dengan tersenyum.
Ibu mengangguk mengerti.
"Apa Ayah sudah izin, kalau hari ini Ayah libur tidak mengajar?" Tanya Ibu dengan nada lemahnya.
"Sudah, Ayah sudah menelpon Kepala Sekolah tadi. Ayah keluar dulu mau sarapan. Ibu jangan terlalu banyak pikiran biar cepat sembuh." Nasehat ayah sembari menaikkan selimut Ibu.
Ibu hanya mengangguk lalu memejamkan kedua matanya, beristirahat sesuai dengan anjuran Dokter.
***
Sementara di tempat kerja Zahira, saat ini begitu ramai pengunjung yang berdatangan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Zahira sendiri saat ini sedang menata beberapa mie instan di rak.
"Ra.. nanti jam makan siang, kita beli bakso yuk di tempat biasa." Ajak Dini, teman kerja Zahira yang juga tengah menyusun mie instan.
"Siipp.. kebetulan banget, hari ini aku lagi nggak bawa bekal makan siang." Zahira menyetujui.
"Ehh, kalian nanti mau makan siang di mana? ikut dong?" Sahut Eko yang tiba-tiba nongol di belakang mereka.
Seketika Zahira dan Dini menoleh ke belakang.
"Dasar pengganggu, selalu saja ikut ke mana kita mau pergi." Ketus Dini sambil bersedekap dada melihat Eko yang ikut nimbrung.
Zahira tersenyum lucu mendengar Eko di omeli Dini. Memang teman kerjanya ini selalu menempeli mereka.
"Hehe.. habisnya aku nggak tega lihat pujaan hatiku jauh-jauh dari diriku." Goda Eko kepada Dini sambil terkekeh.
Dini memutar malas kedua matanya menanggapi gombalan Eko yang tidak ada habisnya.
"Gombal." Sewot Dini kemudian melangkah pergi meninggalkan Eko.
Eko hanya cengengesan melihat tingkah Dini jika lagi marah.
"Kamu ini Ko.. Ko.. selalu aja menggoda Dini." Ucap Zahira sambil melanjutkan kegiatan menyusun mie di rak, Eko pun turut membantu tugas Zahira.
"Ya, habis mau gimana lagi Ra.. aku kan suka sama Dini, tapi tuh anak jutek amat." Keluh Eko.
"Itu salah kamu sendiri. Kamu sih usilnya kebangetan, jadi nggak salah kan kalo sampai detik ini Dini masih benci sama kamu." Zahira mengingatkan Eko.
Saat-saat pertama kali Eko menjahili Dini, dengan menakut-nakuti Dini sama ular karet. Alhasil Dini menangis histeris di sangka itu ular sungguhan. Bahkan sampai saat ini pun Dini masih marah dengan kelakuan Eko yang menurut Dini sungguh terlalu. Apalagi dengan gombalan receh Eko membuat Dini semakin kesal.
Eko menghela napas dalam, mengingat kejadian dua tahun lalu.
"Terus, aku harus gimana? Biar Dini mau maafin aku?" Tanya Eko meminta pendapat.
"Ya, kamu jangan nyerah lah dapat kata maaf dari Dini, gitu aja ribet." Jawab Zahira.
"Oke deh, aku tidak akan menyerah! Akan aku buat Dini tidak benci lagi padaku!" Jawab Eko dengan tekad kuat membuat Zahira tersenyum.
Saat mereka tengah berbincang. Datang Ibu-ibu menghampiri mereka, menanyakan barang yang mau di beli.
"Permisi Mbak, saya mencari sabun merk xxx kok tidak ada ya?" Tanya Ibu itu kepada Zahira.
"Oh maaf Bu, kebetulan sabun yang Ibu cari lagi kosong." Jawab Zahira tersenyum ramah.
"Tidak ada ya.. Ya sudah, saya cari yang lain saja Mbak." Ucapnya lagi lalu pergi ke rak lain.
"Iya Bu, silahkan." Masih dengan nada ramah Zahira menjawab.
Karena keramahan sikap di tempat kerja Zahira, menjadi hal utama untuk kenyamanan bagi para pembeli.
Zahira pun mengecek satu persatu rak yang sudah kosong untuk di isi sesuai dengan barang yang dipajang. Sementara Eko pergi meninggalkannya entah ke mana.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Yunisa
Berasa kehidupan sehari-hari ya
2022-08-12
1
Mima
so natural
2022-06-16
1