"Kak Adam yang kata kamu Kakak kelasmu itu. Ya ampun Zahira.. dia keren banget dengan motor sportnya!" Seru Dini memuji Adam sambil menangkup kedua pipinya dan senyum-senyum sendiri.
Dini membayangkan andai dia punya pacar dan di bonceng pakai motor sport seperti itu pasti keren sekali.
"Haha.. kamu Din kalau lihat laki-laki tampan langsung heboh deh." Kekeh Zahira lalu membantu Dini menata barang-barang yang harus di susun di rak.
"Jadi, tadi kamu makan siang dengan dia dong." Kata Dini dengan senyum jahilnya setelah imajinasi nya selesai.
Membuat Zahira tersipu malu.
"Wah.. ternyata sahabatku ini diam-diam sudah punya gebetan ya?" Dini masih saja menggoda Zahira dengan menyenggol lengan Zahira.
Sedang yang di goda hanya bisa malu-malu kucing.
"Tuh Din, Zahira aja udah punya gebetan. Kapan kamu nerima aku jadi pacarmu?" Tanya Eko to the poin pada Dini. Eko sedari tadi berada di samping mereka, meninggalkan pekerjaannya sejenak.
Dini hanya cuek bebek, tidak mau menanggapi bualan Eko. Lebih baik ia melanjutkan kegiatannya daripada kena teguran si Bos.
Eko yang melihat Dini tetap diam tanpa membalas ucapannya merasa kecewa, Dini tidak pernah memberi respon jika ia mengatakan perasaan sukanya. Eko memilih pergi meninggalkan dua gadis itu.
Zahira merasa kasihan melihat Eko kelihatan murung.
***
Di kantor tempat Adam bekerja. Adam mendapat introgasi dari Andi, karena makan siang tidak mengajak dirinya.
"Dari mana kamu Dam?" Tanya Andi.
"Makan siang." Jawab Adam singkat.
"Hmm, pasti makan sama cewek nih. Makanya kamu nggak ngajak-ngajak." Selidik Andi.
Karena bagi Andi baru kali ini Adam makan siang sendiri. Biasanya selalu beramai-ramai, makan di kantin kantor atau di luar itu juga dengan dirinya.
"Bukan urusanmu." Jawab Adam santai, seraya mengetik beberapa laporan yang akan dia serahkan kepada atasannya nanti.
Andi hanya bisa geleng-geleng kepala, Adam dari dulu tidak pernah berubah. Jika ditanya jawabnya selalu singkat.
"Dam, menurutmu Zahira itu gimana?" Pancing Andi.
"Gimana apa maksudmu?" Tanya Adam tidak mengerti.
"Zahira kan gadis baik, cantik, santun lagi. Kira-kira kalo aku mendekatinya, dia mau nggak ya." Ucap Andi tersenyum penuh arti. Andi ingin melihat bagaimana reaksi Adam saat ini.
Adam yang lagi serius dengan ketikannya seketika menghentikan jari-jarinya. Menatap datar Andi karena perkataan Andi barusan mengusik dirinya.
"Aku tidak tahu, kamu tanyakan saja pada orangnya langsung." Ucap Adam dingin lalu melanjutkan kembali mengetiknya.
Andi tersenyum usil. "Aku tahu Dam, kamu dari dulu udah ada rasa dengan Zahira." Batin Andi.
"Sayangnya, aku nggak punya nomer telponnya. Apa kamu punya Bro?" Tanya Andi dengan nada dibuat sesantai mungkin agar Adam tidak curiga, karena ia ingin mengetes Adam.
"Tidak." Lagi-lagi dengan nada dingin dan singkat Adam menjawab.
Adam belum menceritakan pada Andi jika dia sudah dijodohkan dengan Zahira. Entah bagaimana reaksi Andi jika dia sudah tahu. Mengenai nomor ponsel Zahira, jujur Adam tidak suka jika Andi memilikinya. Makanya dia berbohong jika tidak punya.
"Yah, sayang sekali." Ucap Andi pura-pura sedih.
***
Waktu sudah sore, para karyawan yang bekerja di kantor tempat Adam bekerja sudah berhamburan untuk pulang. Adam juga sudah keluar menuju parkiran.
"Dam, aku duluan ya." Kata Andi.
"Hati-hati." Jawab Adam sedikit keras melihat Andi sudah menstarter motornya. Andi mengangguk lalu melajukan motornya meninggalkan Adam.
Zahira juga beranjak untuk pulang. Dia meminta Dini untuk mengantarkan ke rumahnya. Tadi Zahira sudah menceritakan pada Dini jika sepeda motornya mogok. Maklum sepeda motor Zahira adalah model lama. Dini pun setuju meski rumahnya agak jauh dengan rumah Zahira.
"Ayo naik Ra." Kata Dini.
Di saat Zahira akan naik ke motor Dini. Adam sudah datang menghampiri mereka membuat Zahira diam. Adam mematikan mesin sepeda motornya.
"Kamu pulang denganku saja." Ucap Adam datar kepada Zahira.
Zahira bingung, sebenarnya dia senang Adam datang menjemputnya untuk pulang bersama. Namun ia malu untuk mengiyakan.
"Eh, nggak usah Kak.. aku pulang sama Dini aja." Jawab Zahira sungkan.
"Aku tidak menerima penolakan Zahira!" Ucap Adam tegas.
Adam sedikit geram dengan Zahira, ia sudah bela-belain menjeput ke tempat kerjanya namun di tolak begitu saja.
"Ra, kamu pulang dengan Kak Adam saja. Lihat itu tatapannya, dingin banget Ra." Bisik Dini takut melihat wajah Adam yang menatap Zahira datar.
Zahira pun mengangguk. "Baiklah, aku pulang dengan Kak Adam ya Din, hati-hati kamu pulangnya." Ucap Zahira tidak jadi pulang dengan Dini.
"Iya, Bye Zahira.. aku duluan!" Seru Dini meninggalkan dua orang itu.
"Ayo naik." Perintah Adam, Zahira pun naik ke motor sebelum Adam memberi tatapan tajamnya.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Yunisa
haha Andi bisa saja menggoda Adam. mau deketin Zahira segala
2022-08-12
1
Vera Diani
Suka karya mu Thorr..ga melulu crita tentang CEO kaya..
2022-07-04
8
Wa Japulina 99
aduh gemes banget
2022-06-17
4