"Kak Adam..Ya Allah, aku nggak salah lihat kan? Kak Adam adalah calon suamiku." Batin Zahira tidak menyangka.
"Nduk.." panggil Bapak karena putrinya itu diam saja.
"Eh, i-iyya Pak." Sahut Zahira gelagapan menoleh ke arah Bapaknya.
"Kamu pasti kaget kan, Nak Adam yang bakal jadi suami kamu." Terang Bapak melihat raut wajah Zahira.
Zahira mengangguk. Adam masih menatap Zahira dengan wajah datar. Sedangkan Ibu Zahira dan Ayah Adam tersenyum karena dapat di pastikan jika Zahira pastinya terkejut.
"Jadi bagaimana Nak Hira, apa kamu bersedia menikah dengan Adam?" Kali ini yang bertanya adalah Ayah Adam tanpa adanya basa-basi.
Zahira melihat kedua orang tuanya. Sungguh Zahira tidak tahu harus bagaimana. Zahira masih di selimuti rasa tidak percaya, bahwa laki-laki yang selalu bersikap dingin padanya kini menjadi calon suaminya. Melihat kedua orang tuanya yang menganggukkan kepala membuat Zahira tidak bisa menolak.
"Bismillah." Ucap Zahira dalam hati dengan pikiran mantap.
"Zahira setuju paman." Jawab Zahira, menunduk antara gugup dan malu.
Mereka semua senang dengan jawaban Zahira.
"Alhamdulillah.." Ucap syukur mereka. Kecuali Adam yang masih diam dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan.
"Baiklah besan, karena mereka berdua sudah setuju maka tugas kita selanjutnya adalah mencari tanggal yang pas untuk pernikahan mereka." Sahut Ayah Adam dengan bahagia.
Di saat mereka memikirkan tanggal yang pas untuk pernikahan anak-anak mereka. Adam meminta izin untuk mengobrol dengan Zahira di luar.
***
Di sinilah mereka sekarang, duduk di teras rumah dengan ditemani bintang yang bertaburan cukup banyak malam ini. Suasana juga cukup sepi hanya terdengar suara jangkrik yang mengerik.
"Apa alasan kamu mau menerima perjodohan ini." Suara dingin Adam mengawali pembicaraan.
Zahira sangat gugup berdekatan dengan Adam. Baru kali ini laki-laki tampan ini mau bicara padanya, meski nadanya dingin tapi tak masalah menurutnya.
"K-karena aku tidak bisa menolak permintaan mereka Kak." Jawab Zahira mencoba menguasai kegugupan dalam dirinya.
"Hanya itu?" Tanya Adam merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Zahira.
Zahira menghela napas, kenapa Adam tidak percaya dengan jawabannya? Ya, dia mengakui pasti Adam keberatan karena telah lancang menerima perjodohan ini tanpa minta persetujuan dulu pada dirinya. Tapi mau bagaimana lagi, ia juga tidak bisa menolak keinginan terbesar kedua orang tuanya.
"Memang begitu, terus Kak Adam sendiri bagaimana?" Zahira memberanikan bertanya meski sedikit ragu.
"Sama seperti kamu." Jawab Adam singkat tanpa memandang gadis yang duduk di sampingnya.
"Emm.. apa Kak Adam tidak menyesal, setelah tahu kalo aku yang bakal jadi istri Kakak?" Zahira menelisik raut wajah Adam tapi tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
"Itu tidak penting, karena bagiku melihat kebahagiaan para orang tua, sudah membuatku lega." Jawab Adam datar dengan pandangan lurus ke depan.
Zahira dibuat bingung dengan perkataan Adam.
"Aku minta nomer Wa kamu." Adam memberikan ponselnya agar Zahira segera mengetik nomor kontaknya.
"Sudah Kak." Ucap Zahira sambil mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya.
"Baiklah, ayo masuk. Pembicaraan kita sudah selesai." Nada bicara Adam masih saja dingin.
"Sabar Zahira sabar..." Batin Zahira mengikuti langkah kaki Adam masuk ke dalam rumah.
"Sudah selesai ngobrolnya?" Tanya Ayah ketika Adam dan Zahira kembali duduk.
"Sudah Yah." Jawab Adam singkat.
"Kami sudah sepakat bahwa pernikahan kalian, akan diadakan satu bulan lagi." Kata Ayah.
"Apa tidak terlalu cepat Yah?" Sungguh bagi Adam ini terlalu mendadak, seharusnya mereka bertanya dulu pada dirinya dan Zahira.
"Tentu tidak Nak Adam.. karena sesuatu yang baik itu tidak pantas jika di tunda-tunda." Sahut Bapak.
"Iya Nak Adam, kami hanya ingin memberikan yang terbaik untuk putri kita. Tahu sendiri kan, gimana pandangan warga di kampung ini yang selalu membicarakan Zahira karena belum menikah. Sedangkan semua teman-temannya sudah memiliki anak." Sambung Ibu Zahira dengan nada halus menimpali pembicaraan mereka.
"Kamu tidak perlu risau Dam, semua urusan pernikahan kalian akan kami tangani. Kamu hanya perlu mengajak Nak Hira pergi membeli cincin kawin dan juga seserahannya saja." Ucap Ayah.
"Kalau untuk surat-suratnya kami juga akan ikut bantu mengurusi, jadi kalian tidak usah ambil pusing." Lanjut Bapak.
"Kalian hanya perlu Akad saja, karna kesehatan Ibumu belum sembuh total." Imbuh Ayah.
Adam menghela napas.
"Gimana, kamu bersedia juga kan Nduk?" Tanya Ibu kepada Zahira karena sedari tadi putrinya itu diam saja.
"Zahira ikut saja Mak." Jawab Zahira karena tidak tahu harus berkata apa.
"Akadnya dilakukan di rumah Nak Adam Nduk, biar Ibunya bisa melihat proses pernikahan kalian secara langsung." Sahut Bapak.
Zahira hanya bisa mengangguk.
"Baiklah San, karena semua keputusan telah di sepakati. Kami permisi pulang, kasihan Ibunya Adam sendirian di rumah." Ucap Ayah.
"Tunggu sebentar, hidangannya silahkan di cicipi lagi. Masih banyak yang belum kalian makan." Ucap Ibu Zahira.
"Kami sudah kenyang San, terimakasih untuk jamuannya malam ini. Maaf kami jadi merepotkan." Jawab Ayah merasa sungkan.
"Tidak masalah San, kami malah senang." Sahut Bapak sambil tersenyum.
"Ya sudah, kami permisi pamit pulang." Ayah beranjak dari duduknya. Bersalaman dengan calon besannya di ikuti juga oleh Adam.
Adam mengulurkan tangannya pada Zahira membuat hati Zahira bergetar sejuk ketika Adam menyalami dirinya. Zahira senang tiada terkira sembari menampilkan senyum manisnya kepada laki-laki tampan itu.
"Assalamu'alaikum." Ucap Ayah.
"Wa'alaikumsalam." Di jawab mereka serempak.
Bapak, Ibu dan Zahira mengantarkan mereka keluar rumah.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Yunisa
Sabar Zahira nanti lama-lama Adam akan bucin
2022-08-12
1
Risna Polapa
masih jadi misteri knp sikamnya adam begitu
2022-06-17
5
Mima
jangan gengsi nanti nagih loh
2022-06-16
4