Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Terdengar suara motor masuk ke halaman rumah. Rupanya Shaka baru saja pulang dari kerjanya. Wajahnya terlihat sangat lelah. Mungkin karena ada banyak barang yang harus ia antar ke para pelanggan nya
Keyla yang mendengar suara motor Shaka tiba di rumah, segera keluar dari kamarnya untuk menyambut kedatangan Shaka.
Ceklek.
Shaka membuka pintu depan lalu menutupnya kembali. Begitu berbalik, ia terkesima melihat senyum seorang gadis cantik dengan memakai dress yang panjangnya tepat di atas lutut. Kulitnya yang putih, rambutnya yang panjang, serta bibirnya yang merah jambu seolah memberikan kesejukan bagi Shaka setelah lelah bekerja satu harian penuh. Tanpa sadar, Shaka ikut membalas senyuman itu.
“Kamu baru pulang? Udah makan belum? Aku udah siapin makan malam buat kamu,” kata Keyla sambil berjalan mendekati Shaka.
Shaka dapat menghirup aroma bunga-bunga yang segar dari gadis yang kini sudah ada di depannya sekarang. Sungguh, hatinya senang sekali pulang kerja disambut seperti ini!
“Kok diem aja? Udah makan belum?” ulang Keyla yang menatap aneh pada Shaka yang diam sambil tersenyum sendiri.
“Ekhem...” Shaka berdehem untuk menetralkan rasa canggungnya. “Aku udah makan. Mau mandi dulu,” jawab Shaka yang membuat Keyla cemberut.
“Yah...padahal aku kan udah siapin makan malam buat kamu,” ucap Keyla.
“Memangnya aku suruh kamu siapin makan malam buat aku? Nggak kan? Ya udah!” kata Shaka dengan enteng.
Saat hendak masuk ke kamarnya, Shaka sempat melihat ke kamar Keyla yang kebetulan terbuka pintunya. Ia melihat kamar itu sudah bersih dan terisi beberapa barang disana. Ia pun mengurungkan niat untuk masuk ke kamarnya.
“Kamu yang beli semua barang-barang ini?” tanya Shaka yang kini berada di depan kamar Keyla sambil terus melihat satu per satu barang yang Keyla beli siang tadi.
“Iya. Kamarnya kan masih kosong. Jadi aku beli beberapa barang yang dibutuhkan aja. Aku pake kipas angin kok, nggak pake AC,” jawab Keyla.
“Ngapain kamu beli barang-barang ini? Kan kamu disini cuma sebentar, paling semingguan. Buang-buang duit tau. Setelah kita pisah, nggak mungkin kita tinggal sama-sama lagi,” ucap Shaka.
Keyla mengerucutkan bibirnya. Ia tak suka Shaka terus mengungkit soal pernikahannya yang harus segera berakhir.
“Kalau aku pindah nanti barang-barangnya aku bawa kok. Lagian aku mau tidur dimana kalau nggak ada kasur? Trus baju-baju aku mau aku taruh dimana kalau nggak ada lemari? Aku nggak bisa tidur di lantai. Nanti badan aku sakit semua,” gerutu Keyla.
“Makanya sekali-sekali biasakan hidup susah. Itu kan ada sofa bed di ruang tamu, kamu bisa pakai buat tidur. Baju-baju kamu kan bisa disimpan di koper aja. Nggak perlu lemari. Kamu tu harus berhemat, harus membiasakan diri untuk......”
Tok tok tok.
“Permisi...”
Suara ketukan pintu dari luar menghentikan Shaka yang sedang mengomeli istrinya.
“Siapa sih malam-malam bertamu?” gerutu Shaka.
Keyla hanya mengangkat bahunya saja. Shaka pun beranjak membukakan pintu rumahnya.
Shaka terkejut melihat Ketua RT nya sudah berada di depan pintu rumahnya. Apalagi pria itu datang dengan beberapa warga lainnya. Shaka merasa dejavu. Mirip kejadian tadi pagi saat berada di kosnya Keyla. Ketua RT datang bersama warga menggerebeknya. Apa kali ini terulang kembali?
“Maaf, Pak RT. Ada apa ya, malam-malam begini Bapak datang ke rumah saya dengan warga lain?” tanya Shaka keheranan.
“Begini, Mas Shaka. Maaf sebelumnya sudah mengganggu istirahatnya. Saya mendapat laporan warga ada seorang wanita yang ikut tinggal di rumah Mas Shaka, apa benar begitu, Mas? Karena setau saya dan warga lain, Mas Shaka kan belum menikah. Jadi, aturan disini kalau belum menikah tidak boleh membawa orang lain tinggal bersama jika tidak ada hubungan keluarga,” tanya Pak RT panjang lebar.
Tuh kan, bener. Pasti ada hubungannya dengan Keyla. Batin Shaka.
“Betul, Pak. Saya memang sudah menikah pagi tadi. Dan wanita yang Bapak maksud itu adalah istri saya sendiri,” jawab Shaka yang membuat para warga berbisik satu sama lain. Ada yang terkejut, ada juga yang sakit hati karena Shaka sudah ada yang memiliki.
“Maaf, Mas. Apa boleh saya lihat surat nikahnya? Bukan apa-apa Mas, biar semuanya lebih jelas,” kata Pak RT.
“Betul tu, Pak. Harus ada bukti. Kalau sekedar omongan, saya juga bisa ngaku jadi istri Mas Shaka,” timpal salah satu warga yang tak lain adalah Widya.
Shaka menoleh ke sumber suara. Dia tau itu adalah Widya yang suka cari perhatian padanya. Tapi memang Shaka tak pernah menggubrisnya.
“Ada, Pak. Sebentar saya ambil ke dalam.”
“Oke, Mas. Silahkan.”
Shaka pun masuk ke dalam kamarnya dan mengambil surat keterangan nikahnya. Beruntung tadi setelah selesai akad nikah, ia membawa suara keterangan nikah dari KUA setempat.
Shaka pun kembali keluar dengan menggandeng Keyla. Sekalian ia ingin menunjukkan Keyla pada tetangganya. Keyla yang kebingungan hanya mengikuti langkah suaminya saja.
Saat keluar, mata para warga tertegun melihat kecantikan istri Shaka. Penampilan Keyla bahkan sangat berbeda dari warga yang tinggal disana. Dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya tidak ada cacat cela. Bahkan kuku-kukunya saja tampak indah terawat.
“Wid, Wid, itu istri Mas Shaka? Pantesan Mas Shaka nikah sama dia, bukan sama kita. Kuku aku aja minder sama kukunya dia. Pasti rajin perawatan di salon tuh,” bisik Ema pada Widya.
“Ck, apaan, sih?! Biasa aja tuh!” gumam Widya yang tidak suka karena Ema memuji kecantikan Keyla.
Shaka pun memberikan bukti surat pernikahannya pada Ketua RT. Setelah dilihat oleh pria itu, ia mengangguk, surat itu memang sah adanya. Artinya Shaka memang sudah resmi menikah dengan Keyla.
“Bagaimana, Pak? Sah kan suratnya?” tanya Shaka.
“Iya, Mas. Suratnya sah. Bapak ibu sekalian, jadi sudah terbukti wanita yang tinggal dengan Mas Shaka ini adalah istrinya. Jadi, saya harap tidak ada permasalahan lagi ke depannya,” kata Pak RT pada warganya.
“Wah, beruntung ya Mas Shaka punya istri cantik seperti ini. Selamat ya Mas, Mba,” ucap istri Ketua RT dengan ramah sambil menyalami Shaka dan Keyla bergantian.
“Sama-sama, Bu. Ibu juga cantik sekali. Oh iya, kenalkan nama saya Keyla, Bu,” kata Keyla dengan ramah.
“Oh, Mba Keyla ya. Semoga langgeng terus ya, Mba. Saya doakan cepat dapat momongan, ya,” ucap Bu RT yang diaminkan warga lain kecuali Widya dan teman-temannya.
“Ya sudah, kalau begitu kami pamit dulu Mas, Mba. Maaf mengganggu waktu istirahatnya,” pamit ketua RT.
Barulah rombongan warga pergi meninggalkan halaman rumah Shaka. Setelah mereka pergi, Shaka dan Keyla kembali masuk ke dalam rumah.
“Tetangga disini pada kepo, ya. Di rumahku dulu malah saling cuek,” ucap Keyla.
“Beda perumahan beda aturan, Key,” sahut Shaka. “Ya udah, aku mau mandi,” lanjut Shaka.
“Kamu beneran nggak mau makan, ya?”
“Aku udah makan.”
“Ya udah, aku simpen di kulkas aja makanannya.”
“Kulkas?” Seingat Shaka tak ada kulkas di rumahnya.
“Iya. Biar nggak basi. Besok bisa dipanasin. Kan kamu bilang harus berhemat.”
“Kamu beli kulkas?” tanya Shaka dengan suara agak tinggi.
Keyla menunduk. Ia lupa ijin sama Shaka untuk membeli kulkas juga.
“Maaf, nanti listriknya aku bantu bayar,” ucap Keyla dengan wajah tertunduk.
Shaka menghela nafas kasar. Belum ada sehari rumahnya sudah diisi macam-macam sama Keyla. Padahal ia hanya tinggal sementara disana.
“Aku bukan marah soal listrik. Tapi kamu itu boros. Boros banget malah. Uang kamu bisa habis kalau kamu pakai belanja peralatan seperti itu, Key. Kamu harus belajar hemat. Itu buat kebaikan kamu sendiri,” omel Shaka.
“Maaf...” Keyla semakin menunduk. Ia tak berani menatap Shaka.
“Pantes aja warga pada dateng. Kamu beli barang-barang sebanyak itu ya pasti ngundang perhatian warga lah. Ingat, status kamu sekarang istriku, istri seorang kurir. Bukan istri pengusaha yang bisa belanja apapun sesuka hati,” tambah Shaka lagi.
Keyla mengangkat wajahnya menatap Shaka. Ia tak suka mendengar Shaka terlalu merendahkan dirinya sendiri. Semua pekerjaan baginya sama saja.
“Kamu kenapa ungkit soal pekerjaan kamu? Aku bangga kok jadi istri kamu, apapun pekerjaan kamu. Aku nggak malu punya suami seorang kurir,” kata Keyla.
“Aku ungkit pekerjaan aku apa, biar kamu ingat, wajar nggak dengan gaji aku yang nggak seberapa bisa beli barang-barang mahal dalam sekejap? Perumahan disini sama perumahan elite tempat kamu tinggal beda, Key. Dan selama kamu disini, tolong patuhi aturan disini. Cuma seminggu. Se-ming-gu. Setelah itu terserah kamu mau berbuat apa,” ketus Shaka lalu masuk ke kamarnya dengan membanting pintu.
Braaakkkkkkk.
Keyla terkejut hingga badannya sedikit terlonjak mendengar suara pintu dibanting. Tanpa bisa ditahan, airmatanya menetes begitu saja. Ia merasa bersalah telah membuat Shaka tersinggung. Ia juga kecewa niat baiknya untuk menyambut sang suami dengan baik, malah berujung pertengkaran.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dwi Riyanto
laki laki kalo dh di kasih apem lembut baru bisa di setir.. wkwkwkkwkwkwk
2023-06-28
0
Merry Dara santika
sabar keyla ambil hatinya shaka buat shaka jatuh cinta
2023-01-23
0
Inru
Senangnya Shaka..
2022-08-19
0