★★★
Di dalam kamar tentu saja Ariel kembali menggida Viona dan mereka ciuman dengan sangat panas, saling melucuti pakaian dan bercinta lagi. Suara erangan keras dan ******* penuh kenikmatan keluar dari mulut Viona, membuat Ariel semakin menggila. Menambah suasana semakin menyenangkan. Ariel tidak lagi ingat dan peduli dengan Elea yang ada di luar, dia tidak tahu apakah saat ini Elea sedang menangis, sudah tidur atau bahkan memilih perrgi dari apartemenya.
Keesokan harinya, Ariel terbangun kesiangan dan merasakan kepalanya pening dan Viona masih tidur disebelahnya sambil memeluknya. Ariel tersenyum dengan hal itu dan dia kembali menggoda Viona dengan cara merem*s kedua buah di dada Viona agar perempuan itu bangun lagi. Itu berhasil, Viona bangun dengan binar-binar kebahagiaan di matanya. Ariel terus menggoda Viona dan pagi itu mereka awali dengan bercinta lagi. Pening yang dirasakan Ariel seolah hilang begitu saja karena kenikmatan bercinta dengan Viona mengalahkan rasa sakit itu. Ariel sadar sekali melakukan penyatuan ini. Bahkan Ariel semakin menggila lagi dan penuh semangat menggauli Viona. Desah*n dan erangan yang begitu keras keluar dari mulut keduanya. Saking kerasnya mungkin Elea yang ada di luar juga bisa mendengarnya.
Ada sekitar satu jam mereka bercinta, Ariel memang sangat ahli dan tahan lama. Ketika sesi di ranjang pagi itu berakhir, mereka mandi bersama dan melanjutkan lagi, hingga akhirnya sekitar jam 9 lebih mereka baru keluar dari dalam kamar itu. Viona memakai pakaian Elea juga make up milik Elea serta menenteng sebuah tas branded dengan harga ratusan juta milik Elea yang diberikan oleh Ariel beberapa waktu yang lalu. Sementara Ariel sudah rapi dengan kemeja dan jasnya, siap untuk pergi ke kantor, ditanga Ariel ada berkas di dalam map.
Elea duduk di sofa menatap mereka berdua dengan mata sembab dan kantung matanya menghitam. Itu terjadi ketika seseorang tidak tidur semalam dan banyak menangis. Ariel tidak peduli dengan apa yang dialami Elea semalam. Dia hanya merasa puas dan senang bisa menghabiskan waktu bersama Viona.
Ariel berjalan mendekat ke Elea dan melempar map yang di pegangnya. Map itu jatuh tepat di meja di depan Elea. Sedetik kemudian Ariel melempar bolpoin tepat mengenai wajah Elea. "Buka dan segera tanda tangani berkas itu....! Jangan banyak bicara dan tanda tangani saja....!" Teriak Ariel.
Elea mengernyit. "Apa ini???" Tanya nya.
"Sudah ku bilang, buka saja, tanda tangani dan jangan banyak bertanya.....!!!"
Elea membuka berkas itu dan membacanya. Betapa terkejutnya dia ketika melihatnya. Itu adalah berkas perceraian dari pengadilan agama antara dirinya dan Ariel. Elea langsung berdiri dan memandang Ariel.
"Kau ingin menceraikanku???" Tanya Elea.
"Kau bisa membacanya sendiri tanpa perlu aku menjawabnya...!" Jawab Ariel ketus.
Kali ini Elea tidak bisa lagi membendung airmatanya, dia mendekati Ariel, memegang kedua bahu suaminya itu sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan tatapan nanar. "Bagaimana bisa kau melakukan ini Iel??? Ku pikir semalam kau hanya mabuk, tapi sekarang ku lihat kau tidak sedang mabuk, apa kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan ini???" Tanya Elea sambil terisak berharap suaminya bisa menyadari keputusan yang saat ini diambil.
Ariel melepaskan pegangan Elea dari bahunya dengan keras. "Meskipun aku semalam mabuk tapi aku sadar sepenuhnya... Begitu juga dengan saat ini, aku ingin menceraikanmu karena kau sama sekali tidak berguna menjadi istriku...! Kau membohongiku, kau perempuan mandul dan tidak bisa memberiku anak, aku muak dengan semuanya, kau sama sekali tidak berguna...! Sekarang cepat tanda tangani itu, aku sudah terlambat ke kantor...!"
Elea menangis kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak Iel... Aku tidak akan menandatangani ini, aku tahu kau sekarang masih dalam pengaruh buruk seseorang atau lengaruh dari alkohol, kau tidak bisa melakukan ini padaku...!"
"Kenapa tidak bisa.....??? Aku berhak menceraikan istri yang mandul....!" Bentak Ariel.
"Kenapa kau berkata seperti itu??? Dokter bilang kondisiku baik-baik saja begitu juga denganmu... Pernikahan kita baru berjalan beberapa bulan, kita masih punya waktu untuk menunggu itu....!"
"Aku..... Tidak Bisa menunggu lagi.......!!!!!! Kau itu memang mandul jadi janganlah membantah....!" Ariel semakin murka
dan Elea beringsut ke belakang karena kemarahan Ariel.
Elea diam tetapi air matanya masih mengalir dari kedua matanya. Dia berusaha menemukan lagi kelembutan di mata suaminya dan berharap ini hanya mimpi atau sekedar kekhilafan Ariel semata. Tetapi mata Ariel masih membara penuh dengan kemarahan, emosi yang memuncak. Elea akan memberi waktu suaminya itu agar sadar dan kembali padanya. Dia pun memutuskan menghentikan perdebatan ini dan memilih meninggalkan Ariel yang sedang marah. Elea melangkah pergi menuju kamar. "Tenangkan pikiranmu dulu, dan pikirkan semuanya dengan baik, kita saling mencintai, kau hanya sedang termakan oleh omongan orang lain yang ingi menghancurkan pernikahan kita, maaf aku tidak bisa menuruti keinginanmu, aku harus mandi...!" Ujar Elea kemudian berlalu meninggalkan Ariel dan Viona di ruang depan ke kamar.
Baru beberapa langkah, Ariel langsung menarik pergelangan tangan Elea dengan kasar hingga Elea memundurkan langkahnya. Ariel memaksa Elea duduk lagi di sofa dan menjambak rambut Elea dengan kasar.
"Auuuuwww sakit Iel.....!!!" Rintih Elea. "Lepaskan aku....!!! Kau menyakitiku....!"
Tatapan Ariel seperti singa kelaparan, matanya melotot dan memerah, gigi atas dan bawahnya menutup mulutnya menandakan bahwa dia marah sekali pada Elea. "Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mau menandatangani berkas ini... Cepat tanda tangani....???" Geram Ariel.
"Tidak....!!! Aku tidak akan melakukannya...!" Elea kembali menolak permintaan Ariel.
Ariel semakin kuat menarik rambut Elea dan kembali membentak Elea untuk kesekian kalinya. "Cepat tanda tangani....!!!"
"Tidak....!!!" Elea menangis semakin menjadi jadi dan kekeuh dengan penolakannya.
Karena tidak kunjung di turuti, Ariel semakin marah, semakin kuat menjambak rambut Elea dan dengan kasar dia tiba-tiba mendorong kepala Elea ke meja, sontak wajah Elea langsung menyentuh meja itu. Saking kerasnya dorongan Ariel, terdengar juga bunyi retakan dari kaca meja itu. Ariel kembali menarik ke belakang rambut Elea, wajah perempuan itu memerah dan ada darah yang keluar dari hidungnya. Ariel tidak memperdulikannya. "Cepat tanda tangani atau aku akan melakukannya lagi pada wajahmu, bukan lagi di meja ini, tetapi aku akan membuat wajahmu mencium tembok dengan keras.. Jangan coba melawanku dan lakukan saja ini, apa susahnya menandatanganinya, meskipun kau menolak ratusan kali, aku tetap akan menceraikanmu....!!!" Ucap Ariel lagi tidak oeduli dengan darah yang keluar dari hidung Elea.
Elea menangis semakin menjadi-jadi dan menatap Ariel dalam-dalam. "Iel... Ada apa denganmu sebenarnya... Kemana Arielku yang penuh cinta dan kelembutan kemarin??? Sadar Iel aku mohon...!" Suara Elea terdengar serak dan sangat pilu.
Ariel kembali melotot dan semakin kuat menjambak Elea. Perempuan itu masih enggan menandatanginya dan dengan kesal Ariel menarik Elea untuk di bawanya berdiri dan mendekati tembok. Entah karena takut atau apa, akhirnya Elea menyerah. "Oke stop Iel stop, baiklah, as you wish...! Aku akan menandatanganinya sesuai keinginamu" Gumam Elea sambil terisak. Elea mengambil bolpoin dan menandatanginya surat cerai itu.
Setelah selesai, senyum sumringah ada di wajah Ariel, dan dengan santainya lelaki itu mengusap kepala Elea. "Good job...! Aku akan pergi ke kantor, dan ku harap ketika keputusan perceraian ini keluar kau bisa langsung pergi meninggalkan apartmen ini, karena kau sudah bukan lagi istriku, dan kau tidak ada hak apapun lagi atasku, pergi dengan cepat dan kemasi semua barangmu tanpa terkecuali...!" Ucap Ariel kemudian mengajak Viona untuk keluar dan meninggalkan Elea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 397 Episodes
Comments
Halimah Saadiyah
😭😭😭😭
2022-05-29
2