"Gadis itu, juga tidak bisa diselamatkan."
Kenzo terdiam mendengarnya. Kenzo menatap ke arah kotak yang Ansell berikan dengan lekat. Kenzo meraih kotak tersebut dan membukanya perlahan.
Kalung yang ia beli dari pelelangan itu selamat sampai ke tangannya. Namun pemiliknya harus pergi bahkan sebelum ia menerima kalung tersebut.
Kenzo menutup kotak tersebut kasar, lalu beranjak dari tempat tidurnya. "Kau mau kemana?" tanya Ansell heran.
Kenzo melepas infus yang melekat di tangannya, sampai-sampai darah menetes dari pergelangan tangannya tersebut.
"Memastikan perkataanmu." ucap Kenzo, lalu pergi keluar dari ruangannya.
Kenzo menatap ke arah para pengawalnya yang terlihat menjaga kamar sebelahnya. Kenzo mengernyit mencoba memahami keadaan sekitarnya. Para pengawalnya menunduk hormat.
Kenzo melangkah ke arah kamar sebelahnya dengan pakaian pasien yang ia kenakan. Disamping pintu terlihat nama 'Ms. Duanovic' yang terpajang di sana.
Kenzo membuka pintu tersebut, lalu terlihatlah sosok Crys yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, lebam, infus yang berada di tangannya, dan perban di kepalanya.
Kenzo melangkah mendekat ke arah Crys yang terbaring tenang. Gadis itu masih hidup dan kini berada dihadapannya. Beraninya Ansell menipu dirinya.
Kenzo menggeram kesal, lalu meninggalkan kamar tersebut. Tiba-tiba langkahnya terhenti, saat sebuah suara kecil terdengar di telinganya.
"Mama."
Kenzo menoleh ke arah Crys yang memasang wajah mengerut sambil menutup matanya. Kenzo berjalan mendekatinya. Apa gadis itu mimpi buruk?
"Kakak." Crys lagi-lagi mengigau sambil memanggil keluarganya.
Kenzo tidak ingin merasa kasihan. Kenzo tidak ingin merasa tersentuh oleh gadis itu. Hingga akhirnya, Kenzo memutuskan untuk pergi dari sana tanpa sepatah katapun.
Kenzo masuk kembali ke ruangannya dengan tatapan tajam yang siap ia berikan pada Ansell. Ansell duduk manis diatas sofa sambil menatap Kenzo yang berdiri dengan wajah marah.
"Chill Dude." ujar Ansell memasang wajah konyol.
"Aku hanya bercanda." tambahnya lagi, berharap agar emosi Kenzo mereda.
Kenzo membuang nafas tak ingin ambil pusing, lalu duduk di sofa yang sama dengan Ansell.
"Sudah kau cari tau?" tanya Kenzo tiba-tiba.
Ansell menunjuk ke arah iPad-nya, mengisyaratkan Kenzo untuk melihat sendiri. Kenzo membuka iPad tersebut dan melihat data seseorang di sana.
"Dia suruhan Kanye." ucap Ansell.
Lagi-lagi Kanye. Kenzo benar-benar habis kesabaran untuk tidak menghabisi kelompok kecil tersebut. Kenzo melempar iPad tersebut ke atas meja. Ansell menoleh ke arah Kenzo sambil mengeluarkan sebuah foto dari kantung jasnya.
Ansell menyerahkan foto tersebut pada Kenzo. "Dia adalah Kakak gadis itu. Dia mencari adiknya kemanapun dan tak pernah berhenti mencari." ujar Ansell.
Kenzo menatap sebuah foto laki-laki yang sedang menyerahkan selebaran orang hilang pada orang-orang di jalanan. Kenzo menatap lekat foto tersebut, lalu lagi-lagi melemparnya ke atas meja.
"Ada waktunya dia akan menyerah." ujar Kenzo tak peduli.
Ansell terdiam. Ansell meraih foto tersebut dan menyimpannya kembali. "Entah apa tujuan utamamu menahan gadis itu, aku tidak ingin tau alasannya. Kau mengurungnya sekarang, namun ada saatnya suatu hari nanti, kau tidak punya pilihan lain selain melepaskannya."
"Lepaskan dia, sebelum akhirnya kau menyesal karena tidak memulai semuanya dengan benar." ucap Ansell panjang lebar, lalu pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Kenzo yang terdiam seorang diri didalam sana.
***
Duanovic's Mansion
Crys mengerjabkan mata perlahan, menyesuaikan cahaya yang menyelip masuk ke pupil matanya. Crys menatap ke sekitarnya dan menyadari bahwa ia berada di dalam kamarnya.
Crys mencoba duduk, namun rasa sakit langsung menyerang kepalanya. "Aws."
"Nona, anda sudah siuman." Rose yang tepat waktu masuk ke dalam kamar, langsung menghampiri Crys dengan wajah khawatir.
"Nona, sebaiknya anda berbaring dulu." ujarnya sambil membantu Crys membaringkan tubuhnya.
Rasa sakit di kepalanya perlahan hilang ketika ia kembali berbaring. Crys menatap Rose dengan mata sayu. "Aku haus." ujarnya serak.
Rose langsung memberikan minum pada Crys dan membantunya minum. Tenggorokannya yang terasa kering akhirnya mulai lebih baik setelah meneguk habis satu gelas air tersebut dengan sekali tegukan.
Crys menatap tangannya yang kembali tersambung dengan infus. Crys juga melihat beberapa luka lecet diarea tangan dan lengannya. Crys juga bisa merasakan perban di kepalanya.
Crys ingat kejadian terakhir didalam mobil setelah ia kecelakaan.
Flashback On.
Bruk.
Bunyi dentuman keras itu terdengar mengerikan. Bunyi pecahan kaca serta bunyi klakson mobil mengisi pendengarannya. Terdengar bunyi sirine yang semakin mendekat.
Crys mengerjabkan matanya pelan. Crys meringis merasakan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Namun hal yang membuat Crys kaget adalah, Kenzo berada diatasnya, memeluk tubuhnya erat seperti melingkupinya. Mobil terbalik. Seharusnya Kenzo berada aman di kursi karena ia mengenakan sabuk pengaman, namun ternyata, pria itu melepas sabuk pengamannya setelah mobil mulai tidak bisa dikontrol dan mulai terjungkal untuk menangkap tubuh Crys.
Crys tidak ingin merasa percaya diri, namun tingkah Kenzo yang melepas sabuk pengamannya sendiri untuk melindunginya, terasa begitu mengganjal dihatinya. Hingga akhirnya kegelapan juga datang melingkupinya.
Flashback Off.
"Dimana pria itu?" tanya Crys membuka suara.
Rose mengerut tidak mengerti siapa yang Crys maksud, namun akhirnya Rose memahami maksud Crys.
"Tuan Kenzo beristirahat di kamarnya Nona." ujar Rose.
Crys menggigit bibir ragu. Ia ingin menanyakan bagaimana keadaan pria itu, namun tertahan diujung lidahnya. Rose yang juga mengerti dengan raut wajah Crys akhirnya membuka suara.
"Tuan Kenzo baik-baik saja Nona. Tuan Kenzo siuman lebih awal di rumah sakit, lalu membawa Nona pulang kemari untuk dirawat." ujar Rose.
Crys mengangguk. Dia menghela nafas lega. Dia pikir pria itu lebih parah darinya. Crys tersentak saat menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Apa dia khawatir dengan pria itu?
"Aku tidak khawatir dengan keadaannya, aku hanya tidak ingin merasa mempunyai hutang budi pada pria itu." batin Crys membela diri.
"Nona, ini makan siang anda." ujar Rose menyerahkan makan siang Crys diatas meja didepan gadis itu.
Crys memakan makan siangnya dalam diam. Hanya ada suara dentingan sendok dengan piring. Namun suara ketukan pintu tiba-tiba membuat Crys menoleh terkejut.
Pintu terbuka dan menunjukkan sosok seorang laki-laki asing yang masuk ke dalam kamarnya. "Siapa kamu?" tanya Crys dengan kening mengerut.
"Tuan Ansell." sapa Rose sambil menunduk hormat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
dd
masih jauhh ini kalau mau nebak2 buah manggis berapa isinya. ..ini baru bab berapa.. ga langsung tau lah yaaa... 😁😁😁
2023-10-22
0
Triiyyaazz Ajuach
apa jgn" crystal salah org? yg membunuh org tuanya bkn Kenzo tapi Kanye
2021-08-07
1
Evitha Junaedy
lanjuut pleaseeee😢
2020-12-14
0