Chapter 12

"Perutnya kosong. Semua penyakit akan mudah datang jika tidak ada asupan yang masuk ke dalam tubuh. Intinya, dia maag hingga gejala sakitnya separah ini."

"Nona memang tidak makan semenjak sampai kesini Tuan, dia menolak menyentuh makanannya." ujar Pelayan tersebut.

"Karena lambungnya dalam keadaan rentan, sebaiknya beri dia makanan halus terlebih dahulu sampai pencernaannya kembali membaik. Sementara aku menyuntiknya dengan Paracetamol dan infus untuk memberi asupan pada tubuhnya. Setelah dia sadar, beri dia makan dan obat. Obatnya diminum sebelum makan. " ujar Dokter pria tersebut pada Ansell dan pelayan wanita tersebut.

Pelayan tersebut mengangguk paham. Ansell melangkah beriringan dengan Dokter pria tersebut keluar dari kamar itu. Meninggalkan pelayan yang menjaga Crys yang kini tertidur lelap diatas ranjang.

"Katakan siapa gadis itu?" tanya Dokter tersebut sarkas sambil menatap Ansell lekat.

Ansell bergidik bahu pada temannya tersebut. Dokter tampan tersebut mendecak sambil menatap Ansell kesal.

"Kau sudah menggangu tidurku dan tidak ingin memberitahuku." ujar pria tersebut kesal.

"Kenzo, dia menculik gadis itu dan menyekapnya disini." ujar Ansell apa adanya. Dokter tersebut mengangguk paham seakan sudah mengerti.

"Pria itu dan kegilaannya, entah kapan dia akan berhenti." ujar Dokter tersebut sambil membuang nafas perlahan.

"Ryan, bagaimana perkembangannya?" tanya Ansell.

"Tidak berkembang. Psikiaternya mengatakan, dia tidak bisa melakukan apapun untuk merubahnya, karena Kenzo memang tidak memiliki keinginan diri untuk berubah." ujar Dokter bernama Ryan tersebut.

Ansell membuang nafasnya lagi dan lagi. Dia tau akan seperti ini. Jam menunjukkan pukul 12 malam. Ryan kembali ke rumahnya dan Ansell memutuskan untuk tinggal di Mansion Kenzo.

Kenzo tidak kembali malam itu. Hingga matahari menyapa, pria itu tidak pulang ke rumahnya sendiri. Ansell tidak heran, Kenzo sering tidak kembali ke Mansion miliknya sendiri. Pria itu lebih suka menghabiskan waktu di luar sana dengan wanita dan pekerjaannya.

Matahari menyapa langit timur dengan begitu cerah. Sinar hangat tersebut masuk menembus kaca bening dan menerpa wajah Crys yang masih terbaring di atas kasurnya.

Crys merasa sinar tersebut memaksanya untuk tersadar. Crys mengerjabkan matanya perlahan, merasakan tubuhnya yang begitu pegal dan tak bertenaga. Rasa pening menghampirinya saat ia mencoba untuk duduk di atas kasur. Crys menatap pada tangannya yang terdapat selang infus yang menggantung di samping ranjangnya.

Pintu terbuka menampilkan sosok pelayan paruh baya yang membawa nampan seperti hari sebelumnya.

"Nona, silahkan sarapan anda. Saya harap Nona memakan sarapan anda agar kesehatan Nona kembali pulih." ujar pelayan tersebut panjang lebar. Crys menatap pelayan tersebut lekat. Wanita paruh baya didepannya ini dengan sabar melayaninya. Crys merasa sedikit menyesal sudah menyusahkan wanita tersebut.

Crys mengangguk pelan. Pelayan tersebut meletakkan meja kecil diatas kasur dan meletakkan makanan tersebut diatas meja.

Crys menatap semangkuk bubur didepannya dengan lekat. "Aku tidak suka bubur." ujar Crys menatap wanita tersebut sambil menggeleng tidak suka.

"Anda hanya diperbolehkan memakan bubur oleh dokter karena perut Nona kosong sejak kemarin." ujar pelayan tersebut. Crys tampak memngerucutkan bibirnya kecewa.

Wanita tersebut menyerahkan beberapa butir obat yang berada di mangkuk kecil pada Crys beserta air minum.

"Silahkan obat anda." ujarnya.

Crys meneguk obat tersebut, lalu meminum air dengan cepat untuk menghilangkan rasa pahit di lidahnya.

"Pahit." ujar Crys sambil mencecap lidahnya yang masih terasa pahit dengan wajah mengkerut tidak suka.

Wanita paruh baya tersebut tampak tersenyum lembut. "Obat manis hanya untuk anak-anak Nona." ujarnya sambil tersenyum geli.

Crys terdiam sambil memasang wajah cemberut. Setelah meminum obatnya, Crys berusaha memakan bubur tersebut walau ia tidak menyukainya. Memakannya hingga habis ditemani pelayan wanita tersebut yang senantiasa berdiri menatapnya, guna memastikan bubur tersebut habis.

Pelayan tersebut membereskan mangkuk dan meja kecil tersebut dengan lihai setelah sarapan Crys selesai.

Crys menatap pergerakannya dengan lekat. Wanita tersebut tampak membuka laci dan mengambil termometer dari sana. Crys terdiam saat wanita itu meletakkan termometer digital tersebut didepan keningnya.

"37,4°C. Demamnya sudah mulai turun walau belum normal." ujar pelayan tersebut sambil menyimpan kembali termometer ke dalam laci.

"Saya akan mengantar pakaian Nona sebentar lagi." ujarnya sebelum keluar dari kamar tersebut meninggalkan Crys yang masih terdiam disana.

***

Ansell menatap pelayan paruh baya kemarin yang baru saja menuruni anak tangga dengan nampan di tangannya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Ansell tiba-tiba yang berhasil mengagetkan wanita itu.

"Nona sudah baikan Tuan. Demamnya mulai turun walau belum normal." jawabnya sambil menundukkan kepalanya.

"Baguslah. Hari ini Ryan akan datang lagi untuk melepas infusnya." ujar Ansell, lalu pergi begitu saja dari hadapan pelayan tersebut.

Ansell meraih ponselnya, mencoba menghubungi Kenzo kembali. Menunggu beberapa saat sampai akhirnya Kenzo menerima telepon darinya.

"Halo."

"Kembali ke Mansionmu, kau hampir membunuh gadis itu tanpa sengaja." ujar Ansell.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." ujar Kenzo diseberang sana dengan nada ogah-ogahan.

"Kuberi waktu dua puluh menit jika kau masih ingin menyekap gadis itu. Lebih dari itu, aku akan melepaskannya." ujar Ansell dengan nada mengancam, lalu memutuskan sambungan telepon dengan sepihak. Membuat orang diseberang sana mengumpat marah dengan kata-kata serapahnya.

***

Kini Crys sedang merendam diri didalam bathub ditemani oleh pelayan itu lagi. Pelayan tersebut tidak membiarkan Crys mandi sendiri karena kondisinya yang masih lemah. Bahkan ia mandi dengan tiang infus yang senantiasa mengikutinya kemanapun ia pergi.

"Aku harus memanggil Bibi apa?" tanya Crys tiba-tiba pada pelayan paruh baya tersebut. Wanita didepannya ini kelihatan seumuran dengan Mamanya jika Mamanya masih hidup sampai sekarang.

"Panggil saya Rose Nona." jawabnya. Crys mengangguk paham.

"Nama pria itu?" tanya Crys lagi dengan ragu-ragu.

Rose tampak berpikir dan mengerti siapa yang Crys maksud. "Pria yang menolong Nona kemarin adalah Tuan Ansell." ujar Rose dengan senyum.

"Ansell? Jadi nama pemilik rumah ini Ansell?" tanya Crys. Rose menggeleng dengan wajah bingung.

"Pemilik rumah ini adalah Tuan Duanovic." ujar Rose lagi.

"Lalu siapa Ansell?" tanya Crys bingung.

"Nona tidak ingat? Semalam Tuan Ansell yang menolong Nona." ujarnya. Crys mengernyit, mencoba mengingat kejadian semalam.

Lalu muncullah wajah pria yang tidak ia kenal itu. "Ahh, dia. Apa dia teman Tuanmu?" tanya Crys setelah mengingat wajah pria itu.

"Iya Nona." jawabnya.

"Dia punya teman juga ternyata." desis Crys sambil memasang raut mengejek. Pria itu kejam, temannya juga mungkin sama kejamnya dengan dia. Tapi mengingat kebaikan pria yang menolongnya semalam, mungkin hanya pria kejam itu saja yang menjelma menjadi iblis haus darah.

"Lalu, siapa nama Tuanmu?" tanya Crys.

"Tuan Kenzo Edzard Duanovic."

Crys terdiam mendengarnya. Kenzo. Nama itu melekat sempurna di otaknya. Crys akan selalu mengingat nama itu sejak hari ini. Ah benar juga, bukankah saat kejadian dirinya menjebak pria itu di Club, seseorang memanggil pria itu dengan nama Kenzo. Karena waktu itu ia sangat panik, Crys jadi tidak mendengar dan memperhatikan sekitarnya dengan seksama.

"Aku selesai." ujar Crys. Rose mengangguk mengambilkan bathrope dan memakaikannya pada Crys.

Rose menuntun Crys keluar dari bathub dengan hati-hati. Crys melangkah ke luar dari kamarnya dan memakai pakaiannya dengan santai.

Hingga suara pintu terbuka tepat saat Crys sudah selesai memakai bajunya, membuat Crys menoleh ke arah pintu.

Mulut Crys terkatub saat sosok Kenzo masuk ke dalam kamarnya dengan raut dingin dan datar. Crys menggenggam gaunnya dengan erat saat Kenzo melangkah semakin dekat ke arahnya.

Rose seakan mengerti, menunduk sopan sebelum akhirnya menghilang ditelan pintu.

"Ada apa?" tanya Crys memberanikan diri.

"Kudengar kau sakit. Bagaimana?" Crys mengernyit tidak mengerti dengan pertanyaan Kenzo. Apa pria ini menanyakan keadaannya?

"Bagaimana rasanya menerima akibat kebodohanmu? Kau tidak makan juga bukan masalahku. Jika kau mati juga aku tinggal membuang mayatmu. Kau merusak tubuhmu sendiri, sakit itu juga kau rasakan sendiri. Kau menikmatinya?" tanya Kenzo lagi. Crys terdiam mendengarnya. Rahang Crys mengeras, hatinya bergetar sakit.

"Iblis." ujar Crys menatap Kenzo dengan mata tajam.

Kenzo meraih rahang Crys, mencengkeramnya kuat dan membawanya sangat dekat dengan wajahnya.

"Kau sudah melihat kebuasanku kemarin. Aku bukan orang yang bermurah hati dan penyabar, jadi berhati-hatilah dengan mulutmu." ujar Kenzo tajam, lalu menghempaskan rahang Crys menjauh.

"Kau akan tinggal di sini mulai sekarang." gumam Kenzo yang berhasil membuat Crys membelalak kaget.

"Atas dasar apa kau menahanku untuk tinggal di rumah ini. Aku ingin pulang."

Bibir Kenzo tampak tersenyum, namun matanya tidak. Matanya bersinar dengan tajam dan dingin.

"Kau tidak bisa pulang."

Kenzo maju mencengkeram pundak Crys dengan tangan kekarnya. Crys tersentak dan terdiam saat bibir Kenzo menabrak bibirnya dengan begitu cepat. Crys mendorong tubuh Kenzo keras dan memalingkan wajahnya.

Kenzo menatap wajah Crystal yang memicing tajam sambil mengusap bibirnya. Gadis didepannya ini menatapnya dengan sorot mata benci.

"Aku sudah memutuskan untuk memilikimu dan apa yang sudah menjadi milikku tidak bisa lepas dariku. Satu-satunya cara agar kau lepas dariku adalah, ketika aku memutuskan untuk melepaskanmu atau ketika kau—Mati."

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Aduh Thor aku benar-benar tegang bacanya 🙁

2022-03-02

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

seremmmmm

2022-02-28

0

🎼retha🎶🎵🎶🎵

🎼retha🎶🎵🎶🎵

d'Beast tanpa sadar masuk dlm trap takdir....Crys si mungil yg tegar ; ujianmu masih terlalu berat namun harus dilalui.

2021-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 - Beginning
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Pengumuman Comeback
59 Chapter 57
60 Chapter 58
61 Chapter 59
62 Chapter 60
63 Chapter 61
64 Chapter 62
65 Chapter 63
66 Chapter 64 - Damian is Back
67 Chapter 65 - Levin's Feeling
68 Chapter 66 - Nathalie & Kenzo
69 Chapter 67 - Nathalie's Past
70 Chapter 68
71 Chapter 69
72 Chapter 70
73 Chapter 71
74 Chaper 72
75 Chapter 73
76 Chapter 74
77 Chapter 75
78 Chapter 76
79 Chapter 77
80 Chapter 78
81 Chapter 79
82 Chapter 80
83 Chapter 81
84 Chapter 82
85 Chapter 83
86 Chapter 84
87 Chapter 85
88 Chapter 86
89 Chapter 87
90 Chapter 88
91 Chapter 89
92 Chapter 90
93 Chapter 91
94 Chapter 92
95 Chapter 93 - The End
96 Extra Chapter 1
97 -
98 Extra Chapter 2
99 Last Extra Chapter
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 - Beginning
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Pengumuman Comeback
59
Chapter 57
60
Chapter 58
61
Chapter 59
62
Chapter 60
63
Chapter 61
64
Chapter 62
65
Chapter 63
66
Chapter 64 - Damian is Back
67
Chapter 65 - Levin's Feeling
68
Chapter 66 - Nathalie & Kenzo
69
Chapter 67 - Nathalie's Past
70
Chapter 68
71
Chapter 69
72
Chapter 70
73
Chapter 71
74
Chaper 72
75
Chapter 73
76
Chapter 74
77
Chapter 75
78
Chapter 76
79
Chapter 77
80
Chapter 78
81
Chapter 79
82
Chapter 80
83
Chapter 81
84
Chapter 82
85
Chapter 83
86
Chapter 84
87
Chapter 85
88
Chapter 86
89
Chapter 87
90
Chapter 88
91
Chapter 89
92
Chapter 90
93
Chapter 91
94
Chapter 92
95
Chapter 93 - The End
96
Extra Chapter 1
97
-
98
Extra Chapter 2
99
Last Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!