"Bersembunyi di sini, jangan membuat suara apapun!"
Seorang gadis kecil duduk meringkuk di dalam gelap dan sempitnya lemari dengan raut wajah takut dan wajahnya yang sudah basah dengan air mata dan keringat. Badannya bergetar hebat. Terdengar suara bentakan dan teriakan menggelegar di dalam rumahnya.
Bunyi sambaran petir yang saling menyahut dan cahaya kilat yang menembus ruangan tersebut membuat keadaan semakin mencekam.
"Mama." gadis kecil tersebut hanya bisa mendesis menahan tangis sambil memanggil Mamanya.
Dia tidak boleh mengeluarkan suara, itu pesan Mamanya tadi. Gadis kecil itu bisa melihat Mamanya berdiri dengan wajah ketakutan dari celah pintu lemari.
Wanita tersebut berdiri menatap ke arah pintu kamar dengan tubuh bergetar. Air matanya menetes dalam diam. Wanita itu tidak ingin membuat anaknya semakin ketakutan melihatnya menangis.
Suara bising di luar sana membuat jantungnya semakin berdegup panik. Suara teriakan, pecahan barang dan bunyi tembakan memenuhi tempat tersebut, seakan rumah ini akan roboh sebentar lagi.
Gadis kecil tersebut menangis mendengar suara mengerikan itu. Wanita tersebut dengan panik melangkah mendekati lemari karena mendengar suara tangisan anaknya.
"Jangan menangis sayang! Dengar Mama, jangan mengeluarkan suara apapun!" ujar Wanita itu menatap gadis kecilnya yang duduk menyedihkan di dalam lemari.
Gadis kecil itu masih menangis tak tertahan. "Mama, Crys takut." ujarnya dengan penuh derai air mata.
Wanita tersebut menatap anaknya dengan wajah menahan tangis. Tangannya meremas lengan anaknya dengan mata berkaca-kaca. Matanya memerah, bibirnya bergetar. "Crys, jaga diri baik-baik ya, Mama sayang kamu." ujar wanita tersebut hingga akhirnya air matanya menetes pilu.
Wanita itu mengusap pipinya, beranjak berdiri dan menutup kembali lemari tersebut. "Mama." meninggalkan gadis kecil itu di sana.
Hingga tiba-tiba lampu padam. Seisi rumah gelap gulita tanpa pencahayaan. Hanya ada cahaya kilat yang menyambar dan terkadang mengisi gelapnya ruangan tersebut.
BRAK...BRAK..
Gadis kecil tersebut menutup telinganya rapat, saat pintu kamar di dorong dengan kuat. "ARGHH" terdengar suara teriakan Mamanya setelah pintu tersebut berhasil terbuka dengan kasar.
Gadis kecil tersebut berusaha menutup mulutnya dengan tangan kecilnya, saat suara tangisnya kembali datang. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis ditengah ketegangan ini. Tubuhnya hanya bisa bergetar sambil menutup matanya rapat-rapat. Dalam hati, ia hanya bisa menyebut 'Mama' berulang kali.
"Tolong, jangan bunuh kami, kami tidak bersalah. Bukan kami yang melakukannya."
Tidak ada jawaban yang terdengar, hanya ada suara petir serta guntur yang bersahutan.
"Kami tidak tau apa-apa." Wanita tersebut kembali berbicara dengan frustasi.
Dor... Dor.
Hingga akhirnya terdengar suara tembakan menggema di dalam kamar. Gadis kecil tersebut tersentak kaget sambil berusaha terus menutup mulutnya rapat.
Air matanya menetes. Tidak ada suara lagi dari Mamanya. Crys kecil mencoba membuka matanya menatap ke celah lemari. Gelap, dia tidak bisa melihat apapun.
Hingga akhirnya saat kilat menyambar, tampaklah tubuh Mamanya terbujur kaku di atas lantai dengan darah menggenang di sekitar tubuhnya. "Mama." batinnya dengan dada begitu sesak.
Kilat kembali menyambar. Memperlihatkan sosok pria berdiri dengan sebuah pistol di tangannya dan wajahnya yang tidak terlalu jelas karena berdiri menyamping. Gadis kecil tersebut hanya bisa melihat sebuah tato di bawah telinga kanannya, tepat di bagian leher.
Ia menyaksikan bagaimana nyawa Mamanya melayang tepat di depan matanya. Gadis kecil tersebut bahkan sekuat tenaga masih berusaha menahan suaranya dengan susah payah. Rasanya ia ingin menangis keras dan berlari ke arah Mamanya sekarang juga.
Yang bisa ia lakukan hanya duduk meringkuk di dalam lemari dengan tubuh bergetar.
"MAMA."
Crys membuka matanya lebar dengan nafas ngos-ngosan seperti habis berlari. Keringat membasahi tubuhnya dan tangannya mencengkram erat selimutnya. Mimpi itu lagi. Kejadian yang menjadi kenangan terburuk dalam hidupnya.
Crys bangkit dan duduk dengan tubuh lemas. Kepalanya pening setelah ia bangun dari atas ranjang.
Crys menoleh ke sekitarnya dan menyadari kalau ini bukan kamarnya. Kejadian semalam, bukanlah mimpi.
Crys terbangun di sebuah kamar dengan nuansa putih bersih, dengan sentuhan cream lembut di beberapa sudut. Kamar tersebut rapi, mewah dan besar, tidak seperti kamarnya yang minimalis.
Namun, bukan saatnya untuk terkesan. Dia pasti berada di tempat tinggal pria pembunuh itu.
Crys bangkit berdiri dan menyadari bahwa ia sudah mengenakan gaun tidur tipis. Dia terbangun dengan baju yang sudah diganti. Kemana baju kerjanya?
Crys melangkah ke kamar mandi, berharap ia menemukan bajunya di sana. Nihil. Tidak ada baju apapun di dalam kamar mandi, kecuali handuk dan bathrope.
Crys keluar dari kamar mandi, masuk ke dalam ruangan Walk in Closet dan tidak menemukan baju apapun di sana. Lemari pakaian tersebut kosong melompong. Apa yang harus dia gunakan?
Crys kembali ke dalam kamar mandi, memutuskan untuk mencuci muka dan menyikat gigi saja.
Setelah selesai, Crys melangkah memutari kamar tersebut, melihat dan meneliti dengan seksama. Tadinya ia mencoba membuka pintu kamar dan ternyata pintu tersebut terkunci.
Crys mencoba membuka pintu balkon dan pintu tersebut juga ikut terkunci. Bahkan tidak ada jendela di sini. Hanya ada kaca tembus pandang besar di kedua sisi pintu balkon untuk masuknya cahaya.
Tidak ada celah untuk bisa kabur dan melarikan diri dari rumah ini. Crys hanya bisa melihat taman hijau serta kolam ikan dari dalam kamarnya.
Hingga bunyi pintu terbuka terdengar, membuat Crys tersentak waspada. Muncullah seorang pelayan paruh baya dan dua orang pelayan lagi di belakangnya dengan senyum sopan.
Crys berdiri menatap mereka dengan pandangan kaku. "Nona, ini pakaian anda." ujar wanita paruh baya tersebut sambil meletakkan sebuah gaun di atas ranjang.
"Kami akan bantu memandikan nona jika anda berkenan." ujar pelayan itu lagi.
Crys menggeleng cepat. "Tidak perlu. Kalian pergi saja!" ujar Crys sambil melangkah ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan panik.
Para pelayan tersebut hanya bisa berdiri diam menatap pintu kamar mandi yang kini tertutup rapat.
Di lain sisi.
"Kau membawa seorang gadis ke sini? Kau sudah gila?" Kenzo duduk dengan tenang di sofa ruang kerjanya sambil meminum kopinya.
Membiarkan Ansell berdiri sambil mengoceh di depannya. "Apa dia salah satu musuhmu? Mata-mata? atau salah satu jalangmu?" tanya Ansell beruntun dengan tidak sabar.
Kenzo meletakkan cangkirnya dengan pelan, lalu menggeleng. "Lalu dia siapa?" tanya Ansell mulai geram.
"Dia mencoba membunuhku." ujar Kenzo yang membuat Ansell langsung mendengus sambil tertawa sumbang.
"Seorang gadis kecil mencoba membunuhmu?" tanya Ansell tidak salah dengar sambil tertawa lepas.
"Seperti apa orangnya? Aku ingin lihat dia secara langsung" ujar Ansell menatap Kenzo.
Kenzo menatap Ansell lekat dengan tatapan datar. Ansell yang ditatap, terdiam bingung. "Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Ansell tidak nyaman.
"Membunuhku dengan racun, kurasa dia kehilangan akalnya sebelum menetapkan diriku sebagai target." ujar Kenzo dengan rahang mengeras. Dia kesal, tentu saja. Dia merasa rendah karena gadis itu menganggapnya seseorang yang mudah dimusnahkan dari muka bumi ini.
Ketukan pintu menyela keheningan kedua orang tersebut. "Masuk!" ujar Ansell.
Seorang pelayan wanita paruh baya masuk dengan kepala menunduk. "Permisi Tuan. Pakaian sudah saya berikan. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?" tanya pelayan tersebut.
"Berikan dia makan! Jangan biarkan dia keluar!" ujar Kenzo. Ansell menatap Kenzo takjub. Sekarang pria ini memperlakukan seorang gadis sebagai hewan peliharaan.
"Baik Tuan, saya permisi." ujarnya, lalu keluar dari sana.
"Kau akan menahannya berapa lama?" tanya Ansell.
"Selama yang aku mau." jawab Kenzo santai.
"Kau gila. Kenapa tidak langsung membunuhnya saja?" tanya Ansell geram.
"Aku tidak suka jalan singkat seperti itu. Biarkan dia tersiksa di dalam neraka yang dia buat sendiri." ujar Kenzo sambil menyesap kopi paginya. Ansell hanya bisa menggeleng pasrah tak bisa mengatakan apapun lagi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
dd
bisa2 nya crys inget sikat gigi dengan keadaan dirumah seorang yg dia duga pembunuh ortu nya... hahahaaa... masih santuyy lah yaa crys . yg penting ga belekan dan ga bau jigong🤣🤣🤣🤣
2023-10-22
1
Triiyyaazz Ajuach
kakak crys pasti cemas adiknya tdk pulang
2021-08-07
0
Arellya Putri
Pda akhirnya ap mereka saling mencintai atau sebaliknya thor?
2021-03-05
1