Chapter 8

"Bersembunyi di sini, jangan membuat suara apapun!"

Seorang gadis kecil duduk meringkuk di dalam gelap dan sempitnya lemari dengan raut wajah takut dan wajahnya yang sudah basah dengan air mata dan keringat. Badannya bergetar hebat. Terdengar suara bentakan dan teriakan menggelegar di dalam rumahnya.

Bunyi sambaran petir yang saling menyahut dan cahaya kilat yang menembus ruangan tersebut membuat keadaan semakin mencekam.

"Mama." gadis kecil tersebut hanya bisa mendesis menahan tangis sambil memanggil Mamanya.

Dia tidak boleh mengeluarkan suara, itu pesan Mamanya tadi. Gadis kecil itu bisa melihat Mamanya berdiri dengan wajah ketakutan dari celah pintu lemari.

Wanita tersebut berdiri menatap ke arah pintu kamar dengan tubuh bergetar. Air matanya menetes dalam diam. Wanita itu tidak ingin membuat anaknya semakin ketakutan melihatnya menangis.

Suara bising di luar sana membuat jantungnya semakin berdegup panik. Suara teriakan, pecahan barang dan bunyi tembakan memenuhi tempat tersebut, seakan rumah ini akan roboh sebentar lagi.

Gadis kecil tersebut menangis mendengar suara mengerikan itu. Wanita tersebut dengan panik melangkah mendekati lemari karena mendengar suara tangisan anaknya.

"Jangan menangis sayang! Dengar Mama, jangan mengeluarkan suara apapun!" ujar Wanita itu menatap gadis kecilnya yang duduk menyedihkan di dalam lemari.

Gadis kecil itu masih menangis tak tertahan. "Mama, Crys takut." ujarnya dengan penuh derai air mata.

Wanita tersebut menatap anaknya dengan wajah menahan tangis. Tangannya meremas lengan anaknya dengan mata berkaca-kaca. Matanya memerah, bibirnya bergetar. "Crys, jaga diri baik-baik ya, Mama sayang kamu." ujar wanita tersebut hingga akhirnya air matanya menetes pilu.

Wanita itu mengusap pipinya, beranjak berdiri dan menutup kembali lemari tersebut. "Mama." meninggalkan gadis kecil itu di sana.

Hingga tiba-tiba lampu padam. Seisi rumah gelap gulita tanpa pencahayaan. Hanya ada cahaya kilat yang menyambar dan terkadang mengisi gelapnya ruangan tersebut.

BRAK...BRAK..

Gadis kecil tersebut menutup telinganya rapat, saat pintu kamar di dorong dengan kuat. "ARGHH" terdengar suara teriakan Mamanya setelah pintu tersebut berhasil terbuka dengan kasar.

Gadis kecil tersebut berusaha menutup mulutnya dengan tangan kecilnya, saat suara tangisnya kembali datang. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis ditengah ketegangan ini. Tubuhnya hanya bisa bergetar sambil menutup matanya rapat-rapat. Dalam hati, ia hanya bisa menyebut 'Mama' berulang kali.

"Tolong, jangan bunuh kami, kami tidak bersalah. Bukan kami yang melakukannya."

Tidak ada jawaban yang terdengar, hanya ada suara petir serta guntur yang bersahutan.

"Kami tidak tau apa-apa." Wanita tersebut kembali berbicara dengan frustasi.

Dor... Dor.

Hingga akhirnya terdengar suara tembakan menggema di dalam kamar. Gadis kecil tersebut tersentak kaget sambil berusaha terus menutup mulutnya rapat.

Air matanya menetes. Tidak ada suara lagi dari Mamanya. Crys kecil mencoba membuka matanya menatap ke celah lemari. Gelap, dia tidak bisa melihat apapun.

Hingga akhirnya saat kilat menyambar, tampaklah tubuh Mamanya terbujur kaku di atas lantai dengan darah menggenang di sekitar tubuhnya. "Mama." batinnya dengan dada begitu sesak.

Kilat kembali menyambar. Memperlihatkan sosok pria berdiri dengan sebuah pistol di tangannya dan wajahnya yang tidak terlalu jelas karena berdiri menyamping. Gadis kecil tersebut hanya bisa melihat sebuah tato di bawah telinga kanannya, tepat di bagian leher.

Ia menyaksikan bagaimana nyawa Mamanya melayang tepat di depan matanya. Gadis kecil tersebut bahkan sekuat tenaga masih berusaha menahan suaranya dengan susah payah. Rasanya ia ingin menangis keras dan berlari ke arah Mamanya sekarang juga.

Yang bisa ia lakukan hanya duduk meringkuk di dalam lemari dengan tubuh bergetar.

"MAMA."

Crys membuka matanya lebar dengan nafas ngos-ngosan seperti habis berlari. Keringat membasahi tubuhnya dan tangannya mencengkram erat selimutnya. Mimpi itu lagi. Kejadian yang menjadi kenangan terburuk dalam hidupnya.

Crys bangkit dan duduk dengan tubuh lemas. Kepalanya pening setelah ia bangun dari atas ranjang.

Crys menoleh ke sekitarnya dan menyadari kalau ini bukan kamarnya. Kejadian semalam, bukanlah mimpi.

Crys terbangun di sebuah kamar dengan nuansa putih bersih, dengan sentuhan cream lembut di beberapa sudut. Kamar tersebut rapi, mewah dan besar, tidak seperti kamarnya yang minimalis.

Namun, bukan saatnya untuk terkesan. Dia pasti berada di tempat tinggal pria pembunuh itu.

Crys bangkit berdiri dan menyadari bahwa ia sudah mengenakan gaun tidur tipis. Dia terbangun dengan baju yang sudah diganti. Kemana baju kerjanya?

Crys melangkah ke kamar mandi, berharap ia menemukan bajunya di sana. Nihil. Tidak ada baju apapun di dalam kamar mandi, kecuali handuk dan bathrope.

Crys keluar dari kamar mandi, masuk ke dalam ruangan Walk in Closet dan tidak menemukan baju apapun di sana. Lemari pakaian tersebut kosong melompong. Apa yang harus dia gunakan?

Crys kembali ke dalam kamar mandi, memutuskan untuk mencuci muka dan menyikat gigi saja.

Setelah selesai, Crys melangkah memutari kamar tersebut, melihat dan meneliti dengan seksama. Tadinya ia mencoba membuka pintu kamar dan ternyata pintu tersebut terkunci.

Crys mencoba membuka pintu balkon dan pintu tersebut juga ikut terkunci. Bahkan tidak ada jendela di sini. Hanya ada kaca tembus pandang besar di kedua sisi pintu balkon untuk masuknya cahaya.

Tidak ada celah untuk bisa kabur dan melarikan diri dari rumah ini. Crys hanya bisa melihat taman hijau serta kolam ikan dari dalam kamarnya.

Hingga bunyi pintu terbuka terdengar, membuat Crys tersentak waspada. Muncullah seorang pelayan paruh baya dan dua orang pelayan lagi di belakangnya dengan senyum sopan.

Crys berdiri menatap mereka dengan pandangan kaku. "Nona, ini pakaian anda." ujar wanita paruh baya tersebut sambil meletakkan sebuah gaun di atas ranjang.

"Kami akan bantu memandikan nona jika anda berkenan." ujar pelayan itu lagi.

Crys menggeleng cepat. "Tidak perlu. Kalian pergi saja!" ujar Crys sambil melangkah ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan panik.

Para pelayan tersebut hanya bisa berdiri diam menatap pintu kamar mandi yang kini tertutup rapat.

Di lain sisi.

"Kau membawa seorang gadis ke sini? Kau sudah gila?" Kenzo duduk dengan tenang di sofa ruang kerjanya sambil meminum kopinya.

Membiarkan Ansell berdiri sambil mengoceh di depannya. "Apa dia salah satu musuhmu? Mata-mata? atau salah satu jalangmu?" tanya Ansell beruntun dengan tidak sabar.

Kenzo meletakkan cangkirnya dengan pelan, lalu menggeleng. "Lalu dia siapa?" tanya Ansell mulai geram.

"Dia mencoba membunuhku." ujar Kenzo yang membuat Ansell langsung mendengus sambil tertawa sumbang.

"Seorang gadis kecil mencoba membunuhmu?" tanya Ansell tidak salah dengar sambil tertawa lepas.

"Seperti apa orangnya? Aku ingin lihat dia secara langsung" ujar Ansell menatap Kenzo.

Kenzo menatap Ansell lekat dengan tatapan datar. Ansell yang ditatap, terdiam bingung. "Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Ansell tidak nyaman.

"Membunuhku dengan racun, kurasa dia kehilangan akalnya sebelum menetapkan diriku sebagai target." ujar Kenzo dengan rahang mengeras. Dia kesal, tentu saja. Dia merasa rendah karena gadis itu menganggapnya seseorang yang mudah dimusnahkan dari muka bumi ini.

Ketukan pintu menyela keheningan kedua orang tersebut. "Masuk!" ujar Ansell.

Seorang pelayan wanita paruh baya masuk dengan kepala menunduk. "Permisi Tuan. Pakaian sudah saya berikan. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya?" tanya pelayan tersebut.

"Berikan dia makan! Jangan biarkan dia keluar!" ujar Kenzo. Ansell menatap Kenzo takjub. Sekarang pria ini memperlakukan seorang gadis sebagai hewan peliharaan.

"Baik Tuan, saya permisi." ujarnya, lalu keluar dari sana.

"Kau akan menahannya berapa lama?" tanya Ansell.

"Selama yang aku mau." jawab Kenzo santai.

"Kau gila. Kenapa tidak langsung membunuhnya saja?" tanya Ansell geram.

"Aku tidak suka jalan singkat seperti itu. Biarkan dia tersiksa di dalam neraka yang dia buat sendiri." ujar Kenzo sambil menyesap kopi paginya. Ansell hanya bisa menggeleng pasrah tak bisa mengatakan apapun lagi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

dd

dd

bisa2 nya crys inget sikat gigi dengan keadaan dirumah seorang yg dia duga pembunuh ortu nya... hahahaaa... masih santuyy lah yaa crys . yg penting ga belekan dan ga bau jigong🤣🤣🤣🤣

2023-10-22

1

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

kakak crys pasti cemas adiknya tdk pulang

2021-08-07

0

Arellya Putri

Arellya Putri

Pda akhirnya ap mereka saling mencintai atau sebaliknya thor?

2021-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1 - Beginning
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Pengumuman Comeback
59 Chapter 57
60 Chapter 58
61 Chapter 59
62 Chapter 60
63 Chapter 61
64 Chapter 62
65 Chapter 63
66 Chapter 64 - Damian is Back
67 Chapter 65 - Levin's Feeling
68 Chapter 66 - Nathalie & Kenzo
69 Chapter 67 - Nathalie's Past
70 Chapter 68
71 Chapter 69
72 Chapter 70
73 Chapter 71
74 Chaper 72
75 Chapter 73
76 Chapter 74
77 Chapter 75
78 Chapter 76
79 Chapter 77
80 Chapter 78
81 Chapter 79
82 Chapter 80
83 Chapter 81
84 Chapter 82
85 Chapter 83
86 Chapter 84
87 Chapter 85
88 Chapter 86
89 Chapter 87
90 Chapter 88
91 Chapter 89
92 Chapter 90
93 Chapter 91
94 Chapter 92
95 Chapter 93 - The End
96 Extra Chapter 1
97 -
98 Extra Chapter 2
99 Last Extra Chapter
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1 - Beginning
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Pengumuman Comeback
59
Chapter 57
60
Chapter 58
61
Chapter 59
62
Chapter 60
63
Chapter 61
64
Chapter 62
65
Chapter 63
66
Chapter 64 - Damian is Back
67
Chapter 65 - Levin's Feeling
68
Chapter 66 - Nathalie & Kenzo
69
Chapter 67 - Nathalie's Past
70
Chapter 68
71
Chapter 69
72
Chapter 70
73
Chapter 71
74
Chaper 72
75
Chapter 73
76
Chapter 74
77
Chapter 75
78
Chapter 76
79
Chapter 77
80
Chapter 78
81
Chapter 79
82
Chapter 80
83
Chapter 81
84
Chapter 82
85
Chapter 83
86
Chapter 84
87
Chapter 85
88
Chapter 86
89
Chapter 87
90
Chapter 88
91
Chapter 89
92
Chapter 90
93
Chapter 91
94
Chapter 92
95
Chapter 93 - The End
96
Extra Chapter 1
97
-
98
Extra Chapter 2
99
Last Extra Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!