Seorang pria dengan tubuh tegap dan gagah sedang mengatur nafasnya yang memburu di sebuah ruangan remang minim pencahayaan. Tubuhnya tampak berkilat di bawah cahaya bulan dikarenakan keringat yang membasahi tubuhnya.
Pria itu tampak mempesona bahkan dari belakang. Tubuhnya yang liat dengan otot-otot kekar, bagai pahatan dari para Dewa. Pria itu bangkit dari atas ranjang, melangkah menjauh dari seorang wanita yang terkulai lemah di atas ranjang.
Pria itu mengambil jubahnya dan memakainya untuk menutup tubuh polosnya.
"Kenzo." Pria itu menoleh menatap wanita yang terbaring lemas di ranjang dengan tubuh polos. Wanita itu tampak terbujur tak berdaya setelah kegiatan panas mereka.
"Aku mencintaimu." tambah wanita itu lagi.
Kenzo tampak tersenyum miring mendengarnya. Cinta. Dia benci mendengar kata itu. Beraninya wanita ini mengucapkan kata yang paling ia benci di dunia.
Kenzo melangkah pelan dan mengintimidasi ke arah wanita tersebut, lalu duduk di atas ranjang dan mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi wanita itu.
"Kau mencintaiku?"
"Ya." jawab wanita itu dengan senyum lembut.
"Kau mencintaiku hanya karena hartaku bukan? Aku benci mendengar kata itu. Kau salah satu dari sekian banyak wanita yang langsung mengatakan hal itu setelah kutiduri."
"Katakan apa yang membedakanmu dengan wanita-wanita yang lain?" tanya Kenzo dingin. Wanita yang berbaring tersebut memasang wajah takut melihat raut wajah Kenzo.
"Aku mencintaimu dengan tulus." ujarnya kaku sedikit tersendat merasakan aura gelap Kenzo yang mulai membuatnya ketakutan.
Kenzo tertawa miring mendengarnya, lalu dengan gerakan cepat, Kenzo mencekik leher wanita tersebut dengan raut marah. Wanita tersebut memberontak sambil mencakar lengan kokoh Kenzo yang mencengkeram kuat lehernya.
"Sudah kukatakan aku membenci kata itu." ujar Kenzo dingin. Tatapan mata tajamnya seakan menusuk wanita yang memberontak di bawahnya.
Wanita itu tampak mulai kehabisan nafas dengan wajah memerah. Hingga akhirnya wanita tersebut terkulai dengan wajah pucat. Kenzo melepas cengkramannya dan menatap tubuh dingin wanita tersebut. Dia meninggal.
Dengan santai Kenzo bangkit dari atas ranjang, meraih ponselnya dan mendial nomor seseorang.
"Bereskan!" Satu kata mutlak yang sudah dimengerti oleh orang di seberang sana. Kenzo melangkah ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Kenzo keluar dari ruangan tersebut hanya dengan menggunakan jubahnya. Kenzo melangkah menuruni anak tangga, hingga terdengar sapaan akrab seseorang memanggilnya.
"Uncle." Kenzo menoleh dan tersenyum lembut penuh kasih sayang. Tampak seorang bocah laki-laki kecil berusia tiga tahun berada digendongan seorang pria.
"Hai Boy." sapa Kenzo sambil menghampiri bocah tersebut.
"Aku menculiknya dari Davin dan membawanya kemari dengan iming-iming menemuimu agar dia mau mengikutiku." ucap pria yang menggendong anak laki-laki tersebut.
"Dasar bodoh. Dia bisa membunuhmu Ansell." ucap Kenzo sambil mengambil alih bocah tersebut dari gendongan pria bernama Ansell tersebut.
"Uncle, I miss you. You don't miss me?" tanya bocah tersebut dengan wajah imutnya.
"Of course I miss you Vian." ujar Kenzo dengan senyum lembut yang sangat jarang sekali ia tampilkan.
"Uncle Ansell said you'd buy me a legos." ucap bocah bernama Vian tersebut. (Paman Ansell bilang, Paman akan membelikanku Lego)
"Of course I will. But, you have too many legos in your house." jawab Kenzo. (Tentu saja. Tetapi, kamu sudah memiliki banyak Lego di rumah)
"Not too much Uncle. That's not enough." ujar Vian dengan wajah tak setuju. Buah memang tidak jauh dari pohonnya. Mirip sekali dengan Ayahnya yang serakah dan seluruh perkataannya harus dituruti. (Tidak terlalu banyak Paman. Itu tidak cukup)
"Okay, I'll buy it for you." jawab Kenzo sambil mengecup pipi Vian.
"Hooray. I wouldn't share it with Vano." ujar Vian lucu sambil menggoyangkan tangannya. (Hore. Aku tidak akan membaginya dengan Vano)
"Mommy will mad at you then." ucap Kenzo menakuti Vian. (Mommy akan memarahimu jika begitu)
"Then, Uncle Ansell will buy legos for Vano." ucap Vian dengan nada cadelnya sambil menunjuk Ansell.
"Uncle will buy anything for Vian and Vano." ujar Ansell yang berhasil membuat Vian tersenyum dengan begitu senang.
"Thank you Uncle." ujar Vian begitu gembira sambil terkikik manis.
Ansell yang melihatnya geram sendiri dan akhirnya mencubit pipi chubby Vian.
"Anaknya siapa sih kamu?" tanya Ansell gemas.
"Mommy Vania and Daddy Dave." jawab Vian lucu yang berhasil membuat Ansell semakin geram.
"Kamu tinggal sama Paman aja ya?" tanya Ansell gemas.
"No, Mommy will be sad. Uncle can take Vano with you and I'll with Mommy and Daddy." ucap Vian sambil menggeleng tak setuju. (Tidak Paman. Mommy akan sedih. Paman bisa mengambil Vano dan aku akan bersama Daddy and Mommy)
"Vano doesn't like Uncle." ujar Ansell sambil memasang wajah pura-pura sedih.
"Vano doesn't like Uncle, because uncle too noisy." ujar Vian dengan nada memberitahunya yang begitu lucu. (Vano tidak suka Paman, karena Paman terlalu berisik)
Kenzo tertawa mendengarnya. Sedangkan Ansell terdiam setelah mendengar ucapan Vian yang menusuknya.
Vian hanya memasang wajah polos melihat kedua pamannya tersebut. Hingga akhirnya, suara menggelegar memenuhi kediaman Kenzo.
"Devian." Vian menoleh ke sumber suara dengan wajah senang dan senyum lebar.
"Daddy." ujar Vian gembira sambil meloncat-loncat digendongan Kenzo.
"Easy boy!" ucap Kenzo.
Dave menghampiri putranya, lalu mengambil alih Vian ke dalam gendongannya. Vian memeluk leher Dave erat, lalu mengecup pipi Daddynya cepat.
"Vian, Uncle Ansell brought you here?" tanya Dave pada putranya yang dibalas anggukan lucu Vian. (Vian, Paman Ansell yang membawamu ke sini?)
"Daddy was looking for you everywhere." ujar Dave sambil mengelus kepala Vian lembut. (Daddy mencarimu kemana-mana)
"Uncle took me away while I was playing with Lia." adu Vian lucu. Dave menatap Ansell tajam. (Paman membawaku pergi saat aku bermain dengan Lia.)
"Mommy's worried. Let's go home, okay." Vian mengangguk setuju sambil memeluk leher Dave lebih erat. (Mommy khawatir, kita pulang okey.)
"Bye Uncle Ken, bye Uncle Ansell." ujar Vian sambil melambaikan tangannya pada Kenzo dan Ansell. Dave melangkah menjauh, hingga akhirnya kedua papa-anak tersebut menghilang dari pandangan mereka.
Kenzo ikut melambaikan tangannya pada Vian sambil tersenyum begitu manis.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
dd
aduhhh.. aku kayaknya ketinggalan bnyak cerita nih. soalnya baru ke hal ini perdana baca🤭🤭
jgn bilang aku lompat bacanya. JD ga tau awal mula cerita pertama dr mana.. can who something to me
2023-10-22
0
Putri
nggak si bos, asistennya pun sama suka teh celup berbagai rasa....
2021-12-30
0
🎼retha🎶🎵🎶🎵
D' Underground Guy's ; Dave, Kenzo, Ansell, Lewis, and ? who 1 ; oh no I forgot it
2021-10-06
1