"Aku sudah memutuskan untuk memilikimu, dan apa yang sudah menjadi milikku tidak bisa lepas dariku. Satu-satunya cara agar kau lepas dariku adalah, ketika aku memutuskan untuk melepaskanmu atau ketika kau—Mati."
Dengan kata terakhirnya yang begitu kejam, Kenzo menatap Crys dengan wajah menantang. Crys terdiam sambil menatap Kenzo tak kalah tajam. Bibirnya mengetat menahan amarah dihatinya.
"Kalau begitu aku pilih mati." desisnya dengan penuh emosi.
Kenzo tertawa sumbang sambil menatap Crys dengan wajah menyedihkan. "Kau mau mati? Apa perlu kuingatkan kakakmu yang begitu kau cintai itu?"
"Jika kau memang memilih mati, maka kakakmu akan menyusulmu dengan kematian yang lebih menyakitkan dari wanita kemarin." Crys menatap Kenzo dengan mata memerah. Gadis itu kini menahan tangis mendengar ancaman kejam pria di depannya.
Kenzo berbalik meninggalkan kamar tersebut dengan wajah dingin. Pintu tertutup dan saat itulah tubuh Crys merosot ke tanah. Tangisnya pecah bersama air mata yang berderai di pipinya.
Crys terisak kencang menumpahkan segala perasaannya. Dia menyesal berurusan dengan pria itu. Dia merindukan kakaknya, bagaimana keadaan kakaknya saat ini. Crys tidak bisa membayangkan bagaimana kakaknya tidak menjaga kesehatan jika terus mencarinya. Crystal khawatir.
Pagi itu, pagi terburuk yang pernah ada dalam hidupnya. Crys menghabiskan paginya dengan menangis dan menolak untuk diganggu oleh siapapun.
***
Crystal duduk dengan tenang di atas ranjangnya sambil menatap seorang dokter pria yang sedang mencabut selang infus dari tangannya. Setelah infusnya terlepas dengan sempurna, dokter tersebut membereskan barang-barangnya kembali untuk bersiap pergi.
"Jangan lupa habiskan obat anda." ujar dokter tersebut sambil meraih tasnya dan bersiap pergi dari kamarnya.
"Terimakasih." ujar Crys setelah mengangguk kecil. Dokter tersebut melangkah pergi dan Crys sedikit menunduk sopan ketika dokter itu pergi tanpa banyak bicara.
Setelah dokter tersebut menghilang ditelan pintu, tak lama pintu kamarnya kembali terbuka, menunjukkan sosok Rose yang masuk ke dalam kamarnya.
"Permisi Nona, perlengkapan anda sudah datang."
Crystal menoleh ke sumber suara, mendapati Rose masuk dengan senyum manisnya. Hingga beberapa detik kemudian, para pelayan lain dari belakang Rose ikut masuk membawa berkantong-kantong tas dengan merek ternama didepannya.
Mata Crystal membulat kaget. Seakan tidak berhenti, para pelayan tersebut terus masuk dengan kantong-kantong di tangan mereka tanpa henti.
Crystal melangkah mendekati Rose dengan wajah bingung sekaligus terkejut. "Ini apa?" tanya Crys.
"Pakaian, sepatu, heels, aksesoris, tas, dan lain-lainnya Nona. Semua akan disusun dengan rapi di Walk in Closet anda." ujar Rose dengan senyum hormat.
Crys menganga tak percaya. Mata Crys berkunang setiap kali membaca merek-merek di kantong belanja yang berlalu-lalang di depannya. Ini semua uang.
"Berapa yang dihabiskan pria itu untuk membeli ini semua?" batin Crys takjub.
Crys menggelengkan kepalanya cepat, menyadarkan diri dari lamunannya. Pelayan-pelayan tersebut menyusun satu demi satu isi kantong tersebut dengan rapi di Walk in Closet. Crystal hanya dapat duduk di ranjangnya sambil mengusap kepala yang sedikit pusing.
Dulu dia tidak asing dengan ini semua. Pakaian, sepatu, dan tas bermerek yang pastinya mahal sudah menjadi makanan sehari-harinya dulu. Namun sekarang beda cerita, Crys malah merasa risih melihat ini semua.
Setelah menghadapi kehidupan yang sulit, Crys menyadari betapa pentingnya menghemat dan tidak menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting.
"Nona, saya tidak tau Nona terbiasa menggunakan produk apa, semoga Nona suka dan cocok." ujar Rose tiba-tiba sambil menyerahkan satu kantong tas padanya.
Crys menerima dan segera melihat ke dalam isinya. Astaga, ini semua adalah produk kecantikan dengan merek ternama. Sangat banyak, Crys bahkan tidak tau urutan pemakaian yang benar bagaimana. Melihat ini, Crys malah semakin tidak berminat melihatnya.
Crys meletakkan kantong tersebut ke atas kasur. Rose melihatnya dan mengambil kembali kantong tas tersebut.
"Biar saya susun di meja rias anda Nona." ujar Rose dengan senyum hormat itu lagi.
Crys tidak menjawab. Ia terdiam membiarkan para pelayan tersebut merombak kamar yang ia tempati. Crys membuang nafas lelah, memutuskan untuk berbaring di atas ranjang dengan mata berkedip-kedip pertanda ia mengantuk.
Hingga akhirnya Crys tertidur begitu saja tanpa merasa terganggu dengan suara grasak-grusuk di dalam kamarnya. Malahan, Crys merasa lebih nyenyak tidur mendengar suara grasak-grusuk tersebut.
Tak terasa bebeberapa jam berlalu, mata lentik itu kembali terbuka sambil mengerjab menyesuaikan pandangannya. Crys mengambil sikap duduk, lalu menatap kamarnya yang sudah rapi dan kosong tidak ada siapapun. Crys menatap ke arah meja rias yang penuh dengan produk kecantikan.
Crys melangkah ke arah walk in closet dan takjub melihat ruangan tersebut kini penuh dengan pakaian, tas, sepatu dan aksesoris.
Crys mendecak kagum sambil memutari ruangan tersebut dengan mata berbinar takjub. Crys menatap berbagai gaun indah tergantung dengan begitu rapi. Sepatu yang tertata dengan sangat elegan, begitu pula tas yang tampak terlihat berjejer seperti di Mall yang pernah ia lihat.
"Jika semua ini kujual, mungkin aku sudah bisa membeli rumah." ucapnya sambil menggeleng tak percaya.
"Sudahlah, aku ingin mandi saja." ujarnya lagi tak ingin ambil pusing, lalu keluar dari ruangan tersebut dan bergegas mandi.
***
**Duanovic's Mansion **
08.20 PM
Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Rose dengan trolinya. Crys duduk di kursi meja yang penuh dengan make up dan skincare dengan raut bingung
Crys memegang sebuah botol dan membacanya dengan seksama. Rose yang melihat hal tersebut akhirnya berniat untuk memberi bantuan.
"Ada apa Nona?" tanya Rose. Crys terpenjat dan tersadar kalau Rose masuk ke dalam kamarnya.
Crys mengusap dadanya sambil membuang nafas lega. "Huhhh."
"Ini, bagaimana cara penggunaan mereka semua? Ini terlalu banyak, aku tidak mengerti." ujar Crys sambil menunjuk botol-botol di tangannya.
Rose mengangguk mengerti. "Orang suruhan Tuan menyuruh untuk membelinya, namun mereka tidak tau merek apa yang cocok dengan anda, jadi mereka membelinya dengan berbagai merek. Nona coba saja salah satu merek yang menurut Nona bagus." ujar Rose dengan senyum begitu manis.
Crys terperangah. Skincare yang ia punya di rumah begitu minimalis. Sabun pencuci wajah dan sunblock. Ia bahkan tidak menggunakan cream siang atau malam seperti orang-orang. Tidak memakai moisturizer, eye cream dan apalah itu. Crys pusing memikirkannya.
"Lalu urutan penggunaannya bagaimana?" tanya Crys lagi pada Rose.
Rose tertawa mendengar pertanyaan Crys padanya. "Nona, lihat saya yang sudah tua ini. Saya tidak mengerti dan bahkan tidak pernah memakai hal seperti ini." ujar Rose.
Crys menepuk jidat dan tersadar. "Benar juga." kata Crys.
"Makan malam anda Nona." ucap Rose yang sadar akan tugasnya.
"Kalau begitu aku akan makan saja." ujar Crys yang menyerah dengan masalah kecantikan seperti itu.
Crys memakan makan malamnya dengan penuh nikmat. Ya, Crys masih seorang tahanan rumah yang bahkan keluar kamar saja ia tidak bisa. Crys hanya bisa menurut saat ini demi keselamatan Kakaknya dan dirinya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
dd
cemungguutttt... eeeaaaaaa🤗🤗🤗
2023-10-22
0
dd
sikap crys disini seakan tidak merasa disekap.. masih bisa skincare an😂😂😂😂
Mayan lah yaa crys secara harii gini masih ngmuk2 brontak ga tau bisa bebas atau tidak.. mending dinikmati yaa . gaaakkkkk🤣🤣🤣
paling ga nya ga rugi2 amat walau disekap sama cwo guanteng lagi😂😂😅
2023-10-22
0
Sidieq Kamarga
Kasian Crystal
2022-03-02
0