Sesampainya di rumah, bu Rita masih termenung kebingungan, kemudian dia memanggil Nadira.
"Nadira"
"iya bu"
"sini sebentar nak"
"ada apa bu? gimana Susi bu?"
"itu yang mau ibu tanyakan, kamu bilang Susi gak boleh sekolah sama emaknya karna dia gak mau jadi bidan kan?"
"iya bu"
"kenapa tadi emak susi bilang kamu memberi pengaruh yang enggak baik sama Susi, ibu percaya sama kamu nak, kamu hanya mengajak Susi belajar kan?"
"iya bu, ibu kan tahu semua kegiatan Nadira, pengaruh buruk apa yang Nadira berikan bu?"
"itulah nak ibu juga bingung. Oh iya nak, apa benar kamu sering jajan ikut susi?"
"iya buk, hampir setiap hari Susi ngajakin Nadira jajan bu."
"astaghfirullah nak, kenapa kamu mau, kamu harusnya gak boleh gitu nak, uang Susi kan juga terbatas"
"tapi Nadira gak pernah minta buk, Nadira juga awalnya menolak, tapi Susi maksa katanya karna Nadira sering bantuin Susi belajar, jadi Susi mau berterima kasih sama Nadira."
"astaghfirullah nak, seharusnya kalau membantu sesama harus ikhlas, ibu tahu kamu gak bermaksud minta jajan, tapi emaknya Susi beranggapan kamu morotin Susi nak."
"astaghfirullah, enggak bu, Nadira gak pernah begitu bu."
"iya nak ibu percaya, emak Susi bilang Susi gak boleh sekolah kalau kamu masih sekolah disana karna dia gak mau Susi berteman sama kamu."
"gimana ni bu?"
"coba kamu ke atas temui emaknya Susi dan minta maaf, mungkin setelah itu emak Susi mengijinkan Susi sekolah lagi!"
"baik bu."
Nadira segera naik ke rumah Susi.
"assalamualaikum."
namun tidak ada jawaban.
2 kali Nadira mengucap salam, masih tidak ada jawaban, dan ketiga kalinya barulah emak Susi menjawab
"waalaikum salam" ucap emak Susi dengan tidak ramah.
"ada apa kamu kesini?"
"maaf bi Nadira minta maaf kalau Nadira sudah salah" Nadira berbicara sambil menangis.
emak Susi hanya diam.
"tolong ijinkan Suusi sekolah lagi ya bik!"
"untuk apa Susi sekolah, biar kamu bisa terus jajan ikut Susi, keenakan yah kamu jajan ikut Susi terus. bisa bangkrut kami karna kamu morotin Susi setiap hari."
"maaf bik, tapi Nadira tidak bermaksud seperti itu bik."
"terus apa kalau bukan morotin?"
Nadira hanya terdiam, karna benar apa yang diucapkan emak Susi, walaupun dia tidak bermaksud seperti itu tapi kenyataannya setiap hari Susi selalu membelikannya jajanan.
"saya tidak sudi Susi sekolah kalau masih berteman sama kamu."
"kalau kamu mau Susi sekolah lagi, kamu gak boleh berteman lagi sama Susi."
Nadira tidak bisa menjawab, dia hanya terdiam dan terus menangis,
"iya bik, saya janji tidak akan berteman lagi dengan Susi, asal Susi kembali ke sekolah."
"awas kamu yah kalau bohong, kalau sampai aku ngelihat kamu ngomong sama Susi aku gak bakalan ngijinin Susi sekolah lagi."
"iya bik, saya janji."
"dan ingatkan juga ibumu untuk segera mencari kontrakan baru karna kami ingin menggunakan rumah yang kalian tempati sekarang."
Nadira terkejut, karna secara tidak langsung emak Susi mengusir mereka.
"sekarang kamu pulang, karna saya harus memandikan Riri. Dan ingat pegang janjimu"
Nadira hanya menganggukkan kepalanya, dan turun ke rumahnya.
Saat turun Nadira terkejut melihat ibunya, ternyata bu Rita mendengar semua percakapan emak susi dan Nadira. Dia segera memeluk Nadira dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
bu Rita terus memeluk Nadira sampai tangisnya reda. Dia tidak mengucapkan apapun hanya memeluk Nadira.
Setelah Nadira berhenti menangis bu Rita menyuruhnya untuk segera mandi.
Melihat Nadira beranjak bu Rita bergumam dalam hatinya, "maafkan kami nak karna tak bisa memberikan kehidupan yang layak untukmu, jika saja kami bisa memberi uang jajan, maka tidak akan ada yang mengatakan kamu seperti tadi
" tidak terasa air mata bu Rita menetes.
Menjelang maghrib bu Rita hanya berdua dengan Nadira karna pak Heru dan Naufal pergi ke masjid desa untuk sholat berjamaah.
"Ra kamu beneran gak mau berteman dengan Susi lagi?"
"Nadira sangat ingin berteman lagi dengan Susi bu, tapi Nadira tak ingin menyebabkan Susi putus sekolah, biarlah Nadira tidak punya teman bu, dari pada Nadira harus menjadi penghalang orang lain"
"maafkan ibu ya nak, bu Rita memeluk Nadira
"kenapa ibu minta maaf, mungkin ini yang terbaik untuk Nadira bu."
flashback off
"Semenjak saat itu Nadira menutup diri dan gak berteman dengan siapapun, bahkan dia menjauhi aku dan menyuruhku berteman dengan Susi saja,
dia pun tidak mau menerima pemberian apapun dari orang lain, karena dia merasa trauma dengan perkataan emak Susi yang mengatakan bahwa dia morotin Susi, dia pun sekeluarga pindah dari desa tersebut, dan kami tidak tahu alamat barunya ". Sarah menutup ceritanya tentang masa SMA mereka.
"kasihan sekali si Nadira sar"
"itu belum seberapa Vi, setelah kejadian itu, Nadira benar-benar menutup diri, dia tahu susi mengambil jurusan IPA karna emak susi memaksanya, agar tidak sekelas dengan susi Nadira jadi mengambil jurusan IPS, sedang aku tetap di jurusan IPA."
"duh sayang banget yah, nadira yang pintar harus ambil jurusan IPS."
"aku pun tidak menyangka Vi, dan setiap kali aku mendekatinya, dia selalu menghindar, sampai aku pamit pada Nadira bahwa aku akan pindah dari desa dan sekolah itu, Nadira baru mau ku ajak bicara."
"hari itu aku memintanya untuk berteman lagi dengan Susi, karna sama seperti Nadira, Susi pun sangat ingin berteman lagi dengan Nadira".
"tapi Nadira sudah berjanji dengan emak Susi bahwa dia tidak akan mendekati Susi lagi, dan dia harus memegang janjinya."
"aku hanya bisa bersedih melihat kedua sahabatku itu Vi, aku sangat tahu perasaan mereka, mereka sungguh saling menyayangi sebagai sahabat cuma karna salah paham emak Susi saja membuat mereka tidak bisa berteman."
"hmmm ini namanya sahabat terhalang emak" Evi berkata dengan gaya sambil berfikir seperti detektif.
"ada-ada aja pribahasa mu Vi"
"hahaha" mereka tertawa berdua.
"tapi kok kamu tahu sampai sedetil itu Sar? tanya Evi.
"yah karna aku mendengar cerita dari Susi dan juga dari Nadira, bahkan sampai sekarang masih ada yang tidak mereka tahu satu sama lain tentang perasaan mereka berdua, Susi sungguh merasa bersalah kepada Nadira, atas ucapan-ucapan emaknya, dan dia sungguh ikhlas setiap mengajak Nadira jajan, dan uang itu pun jatah jajan Susi, Susi tidak meminta lebih untuk membelanjai Nadira, sedang Nadira sangat merasa bersalah karena Nadira telah menyebabkan Susi dan emaknya bertengkar, hingga hampir saja Susi putus sekolah".
"Terus sekarang Susi apa kabar yah? apa jadi dia sekolah bidan?"
"yah gak tau aku Vi, sejak aku pindah aku gak pernah tahu lagi kabar dari desa itu ataupun sekolah itu begitupun juga Susi. Aku senang sekali bisa bertemu Nadira lagi.
"dan aku ingin Nadira kembali ceria dan terbuka seperti sebelumnya, yuk Sar kita bebaskan Nadira dari traumanya!" ucap Evi dengan menggebu.
"bebaskan?.... emang Nadira tawanan?"
"ih saraaaaaah." pekik Evi.
"iya, iya Vi. aku setuju" jawab Sarah sambil menutup telinganya yang terkejut dengan suara Evi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments